BAB 1

Fanfiction Completed 355

Semarang, 12 Februari 2012.

Gemercik suara air terdengar menetes di sebuah bilik kamar gadis bermata teduh. Ia meraupkan banyu untuk mensucikan diri sebelum mengahadap Ilahi. Dua rakaat pertama jiwanya seakan di sirami embun sejuk. Dua rakaat kedua hatinya tenang. Dua rakaat ketiga, ia tidak mampu menahan air matanya. Kelopak muda berair. Gadis itu menangis.

Haneem . Biasa gadis itu di panggil. Sifat yang telah menjadi tabiat dan kebiasaannya adalah duduk di atas jendela tepat dini hari, lalu menatap bintang hingga fajar menjelang. Saat mendengar Azan subuh. Ia beranjak dari kusen itu untuk beribadah. Kemudian bersepeda mengelilingi kota hingga langit menampakkan sinarnya. Haneem adalah gadis yang luar biasa. Memiliki sejuta mimpi dan asa yang tak pernah padam. Satu prinsip dalam hidupnya selama ini adalah, Jadilah yang terbaik.

Khayalan Haneem

12 April 2034.

Sudah empat belas kali gadis berjilbab itu pindah kantor. Mulai dari kantor amatiran hingga kantor profesional. Jabatannya tidak pernah berubah. Dia tetaplah menjadi seorang, kepala wartawan. Lalu apa yang dicarinya hingga ia rela keluar masuk kantor dengan leluasa? Hanya satu kata, yaitu, ‘kesuksesan’. Dia ingin sukses tanpa menyuap seperti rekan seprofesi lainnya, dia ingin maju meski komentar buruk terus menghujam telinganya, dia tetap tersenyum tulus, mencari sumber terpercaya untuk setiap artikel yang di muat di media. Dialah Haneem . Gadis anggun yang penuh pesona.

Menara Srikandi. Kemayoran. Jam 13:12 Wib. Lantai 121.

Kriiiiinggggggggg. Suara alarm di meja gadis itu memekik. Sontak ia terbangun dari mimpinya di siang bolong. Matanya mengitari setiap sudut kantor. Sepi. Pada kemana?

Setelah shalat zuhur Haneem duduk di tepi kursi menatap gedung tetangga dari balik jendela kaca. Tugasnya masih menumpuk. Dia di kejar Dead line. Minggu ini semua artikel harus selesai. Naasnya, Tuhan tidak selalu memudahkan setiap jalan hamba-Nya yang shaleh. Semakin tinggi pohon. Semakin kencang angin bertiup. Artez adalah kantor terakhir dimana Haneem bisa bekerja sebagai seorang Jurnalis. Jika dia keluar dari kantor tersebut, namanya pasti di Black List oleh pemerintah Indonesia. UU telah memutuskan, seorang Jurnalis tidak boleh pindah kantor lebih dari lima belas kali. Demi privasi dan keamanan.

Gadis yang selalu berjilbab modis itu duduk didepan mejanya. Menunggu laporan sambil berlayar di Marion. Sebuah situs yang mengupdate kejadian sekecil apapun di seluruh penjuru belahan dunia setiap detiknya. Bahkan seekor semut yang tewas terinjak kaki di ujung kolon pun bisa di deteksi lewat Marion. Apa yang zaman sekarang manusia tidak bisa lakukan? Semua mudah dan murah. Tinggal klik. Datang.

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience