Kemudian, dengan bantuan Matias, kenalan Zamir kenali ketika kita mengorak langkah ke Andalusia Selatan Zamir selalu berhubung dengan anak kelahiran Huelva, sebuah wilayah di
barat daya Sepanyol itu kerana dia juga mempunyai minat yang sama seperti
kita. Alhamdulillah secara tidak langsung kita juga ada kenalan.
Usai saja kaki melakangkah di tanah bAndalus, ketika mengagumi Granada dari jauh,
Kau sempat menulis sebuah puisi pendek dan kau berikan pada aku untuk sebagai memori untuk disimpan. Subhanallah, Indah sungguh puisimu yang kubaca selalu,
Saat mata terpejam ku buka, di hadapanku ku melihat langit tidak sendiri, Kubukakan mataku yang
Ada daratan yang selalu mencurah air,
Ada puncak gunung putih bersalut salji indah,
kuda dan baghalmu merenung gunung-gunung sambil menyantap hidangan mewah sang bumi,
para kelasi-kelasi mengesat peluh di perut kapal, dari Andalus kukirimkan padamu sang Granada, bersama cinta tulus yang terpatri.
Sungguh Mikael ! Jika kau ada, pasti kau masih ingat. Si Matias memiliki anak dara nan rupawan yang
menjadi pembantu setia ibunya di rumah atas lereng bukit itu. SIapa entah namanya, aku sudah lupa namanya. Tapi aku yakin, tentu Zamir masih ingat siapa nama si gadis manis itu. Yang aku masih ingat dan tak lupa hingga kini, cerita bagaimana dia jatuh cinta pada Zamir. Jatuh cinta sedalam-dalamnya.
Share this novel