Entah apa maksud Ali. Aku sedikitpun tak mengerti. Untuk apa dia repot repot membelikan aku buku. Jika aku mau, aku bisa membelinya sendiri. Aku diam, mematung bingung menghadap rak buku. Ali berjalan melewatiku, melihat lihat buku di sebelahku. Meraih sebuah buku persampul merah muda lalu menyerahkannya padaku.
Sebuah buku bertuliskan "FIQIH WANITA".
Aku meraihnya, membolak balik bukunya.
"Itu bacaannya ringan, cocok buat kamu yang kebanyakan baca novel" jelasnya.
"Oohhh, gituuu" balasku singkat.
"Baca yaa" bicaranya singkat, tapi tangannya.....
Deg deg deg deg. Apaan nih, tangannya naik ke kepalaku. Tersenyum, mengusap usap kepalaku dengan lembut. Rasanya aku ingin pingsan. Aku membalas senyum kikuk.
Jantungku rasanya mau meledak, untuk pertama kalinya kepalaku diusap oleh lelaki. Seingatku terakhir kepalaku di usap, saat papa masih ada. Sudah lama sekali. Tapi ini rasanya berbeda.
"Hahahahaa" Ali tertawa, lalu menurunkan tangannya dari kepalaku.
"Ihh ko ketawa?" tanyaku bingung. Rasanya masih sangat lemas badanku.
"Pipinya merah, hahahaha" Ali kembali tertawa.
Ahhh, malu sekali rasanya, pipiku nerona hanya karna dia mengusap kepalaku. Hei, itu bukan hanya mengusap, tapu, tapi. Entahlah, mengapa aku malah tersipu dan pipiku memerah.
"Enggak" jawabku sambil menunduk, memegangi pipiku yang sepertinya masih merah.
Dia masih sedikit tertawa. Agak tersenyum. Kami saling diam beberapa saat. Aku mengalihkan pandangan pada buku. Tapi Ali, sepertinya masih memperhatikanku sambil tersenyum.
Aku mendongakkan kepala. Tanpa ku sadari jarak kami benar brnar dekat. Kira kira hanya dua jengkal. Dan rasanya dia benar benar tinggi seperti tiang listrik.
Ali melihat wajahku, matanya membulat, rasanya gemas. Tapi tak berani aku menyentuh wajah gemasnya yang membulat itu.
"Apa?" tanya Ali.
"Udah?" tanyaku.
"Kalo kamu tak suka buku itu, pilih saja yang lain, atau ambil beberapa buku, lalu kita ke kasir" jawab Ali sambil tersenyum.
"Mmmmh, ini saja" jawbku singkat.
Aku mundur beberapa langkah, melihat ke Arah Ririn yang masih berkutat dengan buku buku yang terhalang beberapa rak, tapi terlihat dari sela sela buku yang berjejer.
"Ayo!"
Ali mengajakku ke kasir, membayar buku yang dipilihkannya untukku, juga membeayar 1 buku yang sedari tadi ada di tangannya.
Kami berpisah di pintu keluar, sebenarnya Ali mengajakku untuk makan bersama, tapi ku bilang, aku datang bersama teman. Ali bilang tak masalah, tapi rasanya akan aneh jika tiba tiba aku juga mengajak Ririn makan bersama. Ali pergi menaiki motornya yang terparkir persis disamping motorku. Bisa bisanya aku tak tau itu motornya.
Aku berbalik, kembali pada Ririn. Jantungku mulai terasa aman, tak begitu berdebar. Tapi masih lemas.
"Hhmmmm, malah pacaran" celetuk Ririn pelan.
"Nggak" jawabku singkat.
"Itu tadi apa? Kepalanya diunyeng unyeng sama cowok. Mana ganteng lagi" wajah Ririn sewot.
"Yaaa, itu temen" elak ku.
"Muka kamu merah Nay" balas Ririn sambil tertawa kecil.
"ihh apa sih, udah ah yu pulang" jawabku singkat tak kalah sewotnya.
Wajahku ternyata masih merah. Malu juga wajah merah begini.
****
Pulang ke rumah, aku duduk diatas kasur empuk kesayanganku. Membuka buku berwarna merah muda yang dibelikan Ali untuk ku. Tanpa ku sadari, bibirku tersenyum menatap lamat buku itu.
"Fiqih Wanita" gumamku.
Kubuka plastik pembungkusnya, buku ini cantik, entah apa isinya, aku tak mengerti. Arti dari istilah Fiqih saja aku tak tau, yang ku mengerti hanya wanita nya saja, hehehe.
Aku lupa belum mengucapkan terimakasih pada Ali, tadi jantungku berdetak terlalu cepat, membuatku tak bisa berpikir.
Ku buka Hp, membuka chat ku dengannya. Memfoto buku berwarna merah muda itu, lalu mengirimkannya pada Ali.
Terimakasih Ali (Najwa)
Sama sama:) (Ustadz Ali)
Aku mau mulai membacanya nanti malam (Najwa)
Semoga bermanfaat Nay (Ustadz Ali)
Aamiin (Najwa)
Aku mengakhiri percakapan, menutup Hp, lalu bergegas untuk membersihkan diri.
Share this novel