"Nay, mau beli mie goreng ga?" tanya Ririn untuk kesekian kalinya, mengganggu kehusyuan ku mengerjakan pr matematika yang sebenarnya baru saja diberikan tadi pagi.
Aku yang tak menjawab berhasil membuat Ririn jengkel.
"Pr itu buat dikerjain dirumah Nay, bukan disekolah, lagian kan itu buat minggu hari Kamis depan". Ririn menggerutu disampingku. Perutnya yang keroncongan membuatnya sangat cerewet dari tadi.
"Bentar Rin, aku tau kamu tu lagi laper, tapi bentar ya, satu soal lagi ni tangguang" jawabku sembari sibuk menghitung.
Ririn tak menjawab. Memanyunkan bibirny, masih duduk di sampingku.
Selama sekolah disini, Ririn selalu bersamaku, tak pernah pergi ke kantin saat aku taada. Kalo aku sakit atau izin, aku harus mengabarinya subuh subuh agar dia tidak lupa membawa bekal, agar nanti siang tak perlu pergi ke kantin. Itulah Ririn. Gadis introvert, tapi sebenarnya tidak terlalu tertutup. Hanya sulit untuk bergaul. Sebenarnya aku juga sulit bergaul, tapi aku masih mau pergi ke kantin sendiri atau bersama orang lain jika Ririn tak sekolah.
Sekitar 2 menit aku mengerjakan soal terakhir, dan selesai. Aku menutup buku, memasukkannya ke dalam tas.
"Ayo!" ajak ku pada Ririn sambil berdiri.
Ririn tak bersuara. Ikut berdiri dengan sebal, lalu berjalan bersamaku menuju kantin. Ririn tak marah, hanya kesal menungguku terlalu lama.
Di kantin, aku memesan mie goreng Aceh dan Jusjas sirsak. Sedangkan Ririn memesan mie goreng Rendang dan Justea gulabatu. Kami duduk di bangku kantin, menunggu pesanan datang, berdua.
"Nay?" tanya Ririn beberapa saat setelah kami duduk.
"Hmm" jawabku.
"Mmmh, Nay... Nay punya pacar?" tanya Ririn.
"Nggak. Ngapain nanyain gituan Ririn, kita kan sama sama cewe" jawabku sambil tertawa.
"yeee.... emangnya kalo cewe gaboleh nanya gitu?" tanya Ririn sebal.
"ya gapapa sihhh... emang kenapa? gumben nanya gituan. Lagian nih ya, kalo aku punya pacar, pasti aku kasih tau sama kamu. Kamu kan tau aku belum nemu first love" aku menjelaskan sambil tertawa geli.
"untung deh kalo belum. Nih ya, temen SMP ku, ada yang minta nomor hp kamu" jelasnya singkat sambil cengengesan.
"trus, udah dikasih?" tanyaku.
"nggak lah, kan kamu belom ngizinin" jawabnya.
"Siapa emang?" tanyaku penasaran.
" Dito, anak kelas 12 IPS 3" jawabnya.
Aku berpikir beberapa saat.
"Ahh gatau" keluhku.
"ihhh nih ya, nanti aku kirimin fotonya ke kamu. Nahhh sekarang boleh ga aku kasih nomor kamu?" tanyanya lagi.
"Mmmh, boleh deh, asal jangan aneh aneh orangnya" jawabku.
"okee...." Ririn mengacungkan jempolnya.
Bapak kantindatang membawakan nampang berisi pesanan kami. Meletakan 2 mangkuk dan 2 gelas di hadapanku dan Ririn. Bau mie goreng Aceh ini selalu menggugah selera. Ini mie favoritku. Dan favorit Ririn adalah mie Rendang yang kanmta Ririn rasanya nendang hahaha....
Kami mulai menyantap makanan yang kami pesan. Beberapa saat sunyi. Taada yang bicara antara aku dan Ririn. Kami fokus dengan mie masing masing.
Drrrtttt... Hp ku bergetar, tanda chat whatsapp masuk.
Aku membuka hp ku. Melihat notifikasi. Ada yang chat dari nomor yang tak ku kenal. Apa Ririn langsung memberikan nomorku tadi?
"Rin, kamu udah ngasih nomorku?" tanyaku mengganggu Ririn yang husyu makan.
"Belom. Nanti pulang sekolah baru mau ku kasih. Sekarang mau fokus makan dulu hehehe" jawabnya.
Aku diam, masih belum membuka notifikasi itu.
"Emang kenapa? Udah pengen di chat Diti ya..." Ririn menggodaku.
"ihhh siapa juga yang pengen" elak ku.
"trus kenapa?" tanyanya.
"ini ada yang chat tapi ga kenal nomornya" jawabku.
"oohhh" Ririn diam sejenak.
"Siapa tau yang punya pulpen itu. Minta dibalikin" celetuk Ririn beberapa saat setelah dia menyeruput mie nya lagi.
Aku mengernyitkan dahi. Ririn tak tau aku sudah mengembalikan pulpennya, tapiitu masuk akal. Bukankah dia meminta nomorku waktu itu?
Aku membuka chat nya.
Assalamua'laikum (nomor tak dikenal).
Wa'alaikumussalam (Najwa)
Mbak Najwa? (Nomor tak dikenal)
Iya... Ini siapa? (Najwa)
(nomor tak dikenal) send foto.
Seseorang disana mengirimkan foto yang membuatku langsung teringat pada sosok mas santri itu. Pulpen diatas buku bertuliskan BUKU ABSEN. Dan pulpen itu bertuliskan namaku. 'Najwa Almaira'.
Ooh, mas santri yang pulpennya ada di saya (Najwa).
Beberapa saat taada jawaban. Aku menutup hp ku. Lanjut menyantap mie goreng aceh yang ku anggurkan sejak menerima chat tadi. Mangkuk Ririn sudah tinggal beberapa suap, dan mangkuk ku masih setengah penuh. Aku harus makan cepat cepat karna bel masuk akan segera berbunyi, dan Ririn akan merasa sebal jika harus menungguku lama seperti tadi.
Drrtttt..... Hp ku bergetar lagi, tapi tak ku hiraukan. Karna saat ini aku sedang mengejar waktu.
Setelah selesai makan. Aku dan Ririn segera membayar lalu pulang ke kelas. Sampai di kelas pas bel berbunyi. Aku duduk di bangku. Guru Bahasa Indonesia masuk. Segera ku matikan hp ku karna takut mengeluarkan suara secara tiba tiba. Lalu ku masukkan ke dalam tas.
Deg.... Dadaku bergetar saat mengingat chat tadi. Aku malah kepikiran. Sepertinya memang mas santri itu. Aku belum sempat memberi tahu Ririn. Mungkun nanti saja jika sudah pasti. Sebelumnya aku belum pernah dekat dengan laki laki manapun. Ada beberapa yang meminta nomorku tapi selalu lu tolak karna alasan menunggu waktu kelas 12. Dan sekarang aku sudah kelas 12, jadi kurasa siapapun boleh asal jangan aneh aneh.
Share this novel