MASIH BERLANJUT

Romance Series 1531

Hari ini aku pulang agak sore, pukul setengah 5 baru sampai rumah. Aku baru saja mengantar Ririn ke toko buku. Mencari novel dari penulis kecintaannya.

Aku masuk ke rumahku yang kosong karna mama belum pulang. Mama masih di warung bakso. Mama biasa berangkat pukul 10 pagi dan pulang pukul 9 malam. Khusus hari minggu, mama berangkat pukul 5 sore dan pulang pukul 9 malam. Di warung sudah ada orang kepercayaan mama, jadi tak terlalu repot.

Aku menurunkan tas, menyimpannya di bawah meja belajar. Ku buka jilbab, melemparnya asal ke sudut kasur. Ku rebahkan badanku diatas kasur, menelungkup. Hp ku terasa mengganjal di saku baju. Ku keluarkan, setelah pelajaran bahasa indonesia tadi belum ku aktifkan lagi hp ini. Ku tunggu beberapa saat setelah menekan lama tombol untuk mengaktifkan.

Ada notifikasi, pesan dari nomor tak dikenal tadi.

Deg.... Jantungku kenapa berdebar dagi?

klik... ku buka notif itu.

Iya, saya Ali... BTW panggil saja Ali, jangan pake mas2 mbak, hehehe (nomor tak dikenal)

Ohhh iya mas siap (Najwa)

mas lagi ?? (nomor tak dikenal)

Save ya mbak, Ali (nomor tak dikenal)

Okee (Najwa)

Aku save nomor itu sesuai dengan namanya, Ali. Aku teringat pada ucapan Rehan waktu itu, apa benar yang kirim salam Ali yang ini?
Sepertinya aku harus bertanya.

Ini ustadz Ali yang waktu itu titip salam ke Rehan? (Najwa)

Malu juga bertanya seperti itu. Tapi biarlah, aku kan penasaran.

Hanya dibaca. Apa aku salah bertanya seperti itu? Harus ku tarik kah pesannya?

Beberapa saat sebelum ku tarik pesannya, dia membalas.

Iya itu saya:) (Ali)

Waduh, kualat ga ya ga manggil ustadz?

Aduh maaf ustadz, saya gatau hehehe (Najwa)

Kenapa minta maaf? Gapapa. Saya lebih suka dipanggil Ali ko mbak ?? (Ali)

Buru buru ku ubah namanya menjadi Ustadz Ali.

mmmh, panggil Najwa saja usadz. hehhe (Najwa)

mmh, boleh. Tapi jangan panggil saya ustadz (Ustadz Ali)

Siap... (Najwa)

Jadi panggil saya apa? (Ustadz Ali)

Ali saja hehehe (Najwa)

Nah... Jangan pke saja (Usadz Ali)

hehehe... Rehan gimna? (Najwa)

Rehan udh main bola tadi, udh sehat (Ustadz Ali)

Syukur klo gtu (Najwa)

Sore itu aku menghabiskan waktu dengan berbalas pesan Ustad Ali.

Pesan pesan nya taada yang berisi gombalan, tapi itu semua malah membuatku degdegan terus menerus.

Aku mengakhiri obrolan untuk pergi mandi. Sampai malam aku tak berani mengirim pesan padanya lebih dulu. Takut dikira wanita ganjen.

Aku menghabiskan malam dengan mengerjakan tugas, lalu menonton drakor favoritku.

Sampai hampir pukul 12, aku masih menonton.

Drrtttt..... Hp ku bergetar. Satu notifikasi muncul dari atas layar hp yang ku pakai untuk menonton.

Sudah tidur Nay? (Ustadz Ali)

Deg... Jantungku berdebar.

Belum Ustadz (Najwa)

Jangan ustadz Nay, aku gasuka (Ustadz Ali)

Iya maaf Ali (Najwa)

Besok sekolah? (Ustadz Ali)

Sekolah (Najwa)

Pulang jam berapa? (Ustadz Ali)

Jam stengah 3 (Najwa)

Ohhh, kamu sekolah di SMA 45 kan? (Ustadz Ali)

Iya, ko tau? (Najwa)

Dari Rehan, hehehe (Ustadz Ali)

Pulang sekolah ke toko buku Setia ya (Ustadz Ali)

Deg deg deg deg.... duhhh ko makin kenceng si degdegan nya.

Mau apa? (Najwa)

Bantu aku cari buku (Ustadz Ali)

Ko aku? (Najwa)

Jngan bnyak tanya, besok dtang saja. Aku tunggu (Ustadz Ali)

Okee (Najwa)

Pesanku hanya dibaca. Ku simpan hp diatas nakas. Rasanya sudah tak nafsu untuk melanjutkan nonton. Jantungku malah berdebar debar tak karuan. Aku mau tudur saja. Nonton juga gabakalan fokus.

****

Untuk kesekian kalinya jantungku berdebar. Sebelum naik ke kelas 12, belum pernah aku merasa berdebar debar saat menerima pesan dari lelaki. Aku belum pernah pacaran, jadi belum tau bagaimana rasanya. Berbeda dengan Ririn, dia sudah punya 2 mantan selama SMA.

Aku tidak punya keberanian untuk memberitahu mama mengenai jantungku yang berdebar debar, yang ada mama nanti menggodaku. Jadi, lebih baik aku diam saja. Biarkan mama tahu tanpa harus ku beritahu.

****

Pukul stengah 3 sore, pulang sekolah.

"Nay, anter ke toko buku yuuuu" ajak Ririn.

Deg..... Ririn ko mau ke toko buku si, aku kan juga mau kesana.

"Mau cari apa? Kan kemaren udah" tanyaku.

Ririn menarik tanganku sambil berjalan.

"Cari novel 'Negeri Banteng' buak kakak ku. Hari ini dia ulang tahun, request novel itu" jelas Ririn singkat.

"Yaudah yok" jawabku.

Aku dan Ririn penrgi ke toko buku Setia. Tempat dimana aku dan Ali akan bertemu hari ini.

Sampai depan toko buku, aku tak memberitau apapun soal Ali pada Ririn, termasuk pertemuan yang akan berlangsung di toko buku ini.

Kami parkir di bawah pohon pendek yang entah apa je isnya itu, depan toko buku terluas di kotaku ini.

Memasuki toko buku ini, rasanya sejuk, AC nya cukup kuat, membuat keringatku membeku setelah seharian di sekolah. Ririn menarikku ke rak novel. Mencari novel "Negeri Banteng" untuk kakak tercintanya.

Aku membuka hp, taada pesan. Apa Ali belum sampai? Atau tak jadi datang.

Aku celingak celinguk, mencari cari apakah ada Ali disekitar sini.

*****

Deggg....

Jantungku berdebar melihat punggung seorang lelaki, berdiri agak jauh dari tempatku dan Ririn. Sedang memilih milih buku. Aku ingin kesana, tapi harus bicara pada Ririn dulu agar dia tidak curiga.

Ririn sibuk, melihat lihat, masih mencari, sambil melihat novel novel lainnya.

"Rin, aku ke sebelah sana dulu ya" izinku.

"Okee" jawab Ririn tanpa menoleh.

Aku melangkahkan kaki, berjalan perlahan, menuju sosok lelaki itu. Tak membuat suara apapun, dadaku malah berdebar debar. Ku atur nafas, rasanya tak karuan. Lelaki yang ku hampiri ini agak beda penampilannya. Tanpa sarung dan peci. Hanya mengenakan kemeja warna maroon (menurutku) juga celana bahan berwarna hitam. Membawa tas selempang kecil, dengan sneakers dikakinya. Sampai saat satu meter dibelakangnya dia menoleh. Terkejut, terperanjat mengelus dadanya dengan sambil memalingkan wajah. Aku ikut terkejut, dan mundur satu langkah.
Ternyata benar, itu Ali.

"Huhh, ngagetin" Desahnya sambil melihat ke arahku.

"Loh, aku ga ngapa ngapain" balasku.

"Hmmm, sini" Ali bergumam, membalikan badanya menghadap rak buku.

Aku mendekat, melihat isi rak, pengetahuan agama islam. Rak dengan lebar hampir 5 meter dan tinggi 2 meter, berisi buku buku bertema islami. Aku baru pertamakali melihat bagian rak ini. Mataku menyapu buku buku dihadapan. Banyak judul judul buku dengan istilah istilah yang tak ku mengerti. Beberapa saat aku malah melamun, ternyata aku ini tak tau apa apa soal agama, istilah istilah di judul buku seperti ini saja sangan sulit dimengerti

"Assalamu'alaikum Nay" salam Ali.

Aku baru ingat, kami belum mengucapkan salam sedaritadi. Dan Ali mengawalinya sekarang.

Aku menoleh, mendongak,melihat Ali yang tinggi perawakannya, sedang membuka beberapa halaman buku.

"Wa'alaikumussalam Ustadz Ali" jawabku.

Ali menoleh, wajahnya... Ohhhh... membuat jantungku semakin berdebar. Dia tak tersenyum, tapi malah menatapku lamat lamat.

"Nay, panggil Ali saja. Aku tak suka" protesnya dengan nada dingin, lalu kembali fokus pada buku yang dipegangnya.

"Maaf, Ali" jawabku.

Ali tak berbicara. Diam, hening sesaat. Aku tak tau harus berbuat apa, karna ini pertamakalinya aku merasa sedikit kikuk didepan lelaki, padahal disekolah rasanya biasa saja. Aku harus memberanikan diri bertanya. Akhirnya ku putuskan untuk mempertanyakan prihal buku apa yang harus ku carikan.

Ali menoleh, menatapku. Kenapa dia suka sekali menatap hari ini. Aku kan dag dig dug serrrr. Rasanya mau jatuh badanku jika dia menatap.

"Nay sedang butuh buku apa?" Tanya nya balik.

"Loh, ko aku?" Tanyaku heran.

"Iyaaa, aku ngajak kesini buat nanya itu. Aku mau belikan kamu 1" jelasnya singkat.

"Jangan repot repot Ali, aku bisa beli sendiri" elak ku.

"Aku memaksa" jawabnya singkat, lalu kembali pada buku yang dipegangnya.

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience