BAB 9

Others Completed 8365

Kugelengkan kepalaku. Pusing oleh kenyataan kalau Delia begitu bermasalah.

Aku mengeluarkan blister obat dan fotokopi resep dari dalam tasku, lalu menyerahkan kepada Dokter Aulia. Lelaki itu mengerutkan alisnya.

“Apa ada yang salah, Dok?” aku merasa jauh dari harapan.

“Dari mana kau peroleh ini?”

Kuceritakan dengan singkat penemuanku kemarin di kamar Delia.

“Resep ini benar, dokter yang mengeluarkan juga benar. Tetapi tidak boleh menebusnya dengan menggunakan salinan resep, apalagi fotokopi.”

Bagaimana aku tahu kalau Delia sudah begitu menyalahi aturan? Dokter Aulia tersenyum. Mungkin ia bisa merasakan kegundahan hatiku.

“Kau mungkin akan terkejut jika mendengar fungsi Exelon.”

Kejutan lain apa yang bisa membuat hariku bertambah buram?

“Exelon adalah obat yang digunakan sebagai terapi Alzheimer.” Aku terperangah. Alzheimer? Pikun? Delia? Aku menatapnya kaget.

“Mana mungkin? Delia baru berumur tiga puluhan!” seruku tidak percaya. Dokter Aulia mengangguk.

“Walau jarang terjadi, kasus Alzheimer dapat terjadi di usia tiga puluh limaan. Jadi mungkin saja Delia mengalaminya. Itu pula yang menjelaskan mengapa ia terserang anoreksia karena salah satu efek pemakaian obat ini adalah menurunkan nafsu makan.”

Aku terenyak di hadapan dokter yang menjelaskan panjang lebar mengenai penyakit Delia. Seandainya tidak ada bunyi telepon masuk, mungkin ceramah dokter itu masih terus berlanjut dan membuatku makin bingung.

Dari Ardi. Dokter Aulia menyilakan aku untuk menerima telepon itu.

“Ya, Ar? Sudah baca e-mail-ku?”

Kudengar tawa Ardi jauh di sana.

“Jam dua malam? Kau sama gilanya dengan kakakmu ya!”

“Sudahlah... ada info yang bisa kudapat?” Ia menghela napas dalam-dalam.

“Kebetulan aku lagi di Yogya, sudah cari info sejak pagi tadi. Buruk, Ran.” Ia terdiam sejenak, membuatku menjadi mulas oleh rasa tegang.

“Akademi Sekretaris dan Manajemen Dharma Jaya Yogya memang pernah ada,

tapi itu jadul banget. Menurut cerita, sebenarnya sekolahnya cukup baik, tetapi ada konflik di yayasannya sehingga akhirnya ditutup pada awal ’80-an.

Mereka hanya sempat meluluskan satu angkatan saja.”

Satu angkatan? Ini mengejutkan, karena pada ijazah Nadia dan Delia dinyatakan lulus namun berdasarkan tahun kelulusan yang berbeda.

“Kau yakin?”

“Seribu persen. Aku mendapat info ini dari salah seorang agen besar kita, Bu Maryam. Beliau asli sini dan tahu seluk-beluk sekolah itu karena menjadi salah satu almamaternya.”

Perutku terasa kaku. Ada yang salah dengan ketiga sekretaris itu.

“Ar, aku akan kirim beberapa file padamu siang ini dan tolong dikonfirmasikan ke Bu Maryam segera. Kuharap malam ini sudah ada report-nya,”

“Tapi, aku harus balik ke Semarang siang ini.”

“Ar, please... jangan khawatir, nanti aku yang bilang ke Satya.”

Ardi tertawa,

“Anything, Bos. Anything!”

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience