Kecupan Terakhir

Romance Completed 1245

Di pagi yang cerah ini Aisyah sudah mulai di perbolehkan pulang.Aisyah sangat senang sekali karena kini ia akan membuka lembaran baru dengan suami nya itu.

"Biar ku bantu mas." Ucap Aisyah sambil memasukan pakaian nya.

"Tidak usah dek,kau istirahat saja."

Ari langsung menuntun Aisyah ke tempat tidur nya, "aku tidak mau mas!" Tolak Aisyah.

Ari pun pasrah dengan nya saat ini,lalu melepaskan tangan Aisyah.kini Aisyah berjalan menuju koper nya tersebut.

"Kau duduk saja mas,biar aku yang membereskan nya."

"Tidak,biar ku bantu ya?" Izin Ari.

Aisyah menghela nafas, "ya sudah deh mas,kita bereskan sama-sama ya?"

Baju yang ia bawa cukup banyak,karena Aisyah menginap di rumah sakit pun cukup lama.

Ari memegangi tangan kanan Aisyah,tapi ia berusaha melepaskan pegangan nya.

"Mas,ih lepaskan!aku mau membereskan pakaian nya." Gumam Aisyah.

"Ku mohon lihat aku dulu!" Perintah Ari.

Aisyah pun kini menatap nya, "apa?!" Aisyah pun tertawa tipis.

Ia memberhentikan tertawa nya saat melihat tatapan yang begitu dalam dari Ari.

"Iy..iya maaf,apa mas?" Tanya Aisyah gugup.ia tak enak saat di tatap seperti itu oleh sang suami.

"Dek,,," Aisyah pun mendongak ke arah nya

"Iya mas?" Jawab nya.

Mata Ari kini tengah berkaca-kaca,ia menunduk dan mengecup punggung tangan Aisyah.

"Kenapa mas?"

Aisyah menatap heran ke arah nya.

"Maafkan semua kesalahan ku,aku janji tidak akan meninggalkan mu lagi."

Ucapan maaf Ari membuat Aisyah tercengang.tak sepatah katapun yang mampu ia ucapkan saat ini.

Ia tak sadar ternyata air mata telah membasahi pipi nya, "iy..iya mas,aku sudah memaafkan mu." Aisyah tersenyum.

"Aku mencintai mu,dek." Ucap Ari

Tak berfikir lama Aisyah pun membalas ucapan Ari tersebut.

"Aku pun juga mencintai mu mas."

Kini mereka berdua menangis bahagia,kebahagiaan mereka tak mampu di ucapkan oleh sepatah kata pun.

Ia merasa Allah sangat baik sekali kepada nya.meskipun dulu ia telah merasakan sakit yang amat dalam demi sebuah cinta,kini ia kembali menelan manis nya ke harmonisan.

"Aku berjanji tidak akan meninggalkan mu,dek."

"Jangan pernah berjanji untuk tidak akan pergi,mas.semua orang pasti akan meninggal dunia itu tanda nya ia akan pergi untuk selama-lama nya! Tapi berjanjilah untuk saling setia meskipun ajal menjemput.jika Allah lebih dahulu memanggil mu,aku bersumpah!akan tetap setia kepada cinta mu itu,mas. Lalu bagaimana dengan mu,mas?apakah kau akan tetap setia jika Allah lebih dahulu memanggil ku untuk balik ke hadapan nya? "

Ari pun mengangguk dan tersenyum, "aku juga berjanji pada mu,dek. Aku akan tetap setia kepada cinta mu itu."

Lagi-lagi Aisyah tersenyum, "aku yakin,mas. Allah akan mempertemukan kita di surga nya kelak."

Ari pun langsung memeluk Aisyah dengan erat.

Jangan tinggalkan aku dulu,Aisyah. Aku belum memperbaiki semua kesalahan ku pada mu.

Aisyah menangis tersendu-sendu di pelukan Ari.

Ya Allah beginikah rasa nya perasaan seseorang yang akan pergi untuk selama-lama nya?-batin Aisyah.

Tangisan Aisyah semakin mendalam, Ari pun tak mengerti mengapa Aisyah menangis sampai segitu nya.

Ia pun melepaskan pelukan nya tersebut, "Kau kenapa terus-terusan menangis,dek?"

Aisyah menggelengkan kepala nya, "entah,mas. Aku hanya merasakan kesedihan,rindu yang amat mendalam di hati ku."

Ari tak mengerti perkataan Aisyah tersebut.

"Jangan bersedih,dek.aku di sini selalu setia menemani mu sampai akhir hayat ku!"

Aisyah tersenyum,ia pun langsung membereskan pakaiannya lagi.

Sesudah membereskan pakaian,Ari segera keluar untuk memanggilkan taksi.

Ari melambaikan tangan nya,kini ia pun menyuruh pak supir nya untuk membantu mya membawakan pakaian istri nya tersebut.

Pak supir membawakan pakaian,sedangkan Ari menuntun Aisyah menuju taksi.

Selama perjalanan berlangsung Aisyah sangat manja sekali dengan Ari. Ari mengira kalau ia hanya rindu dengan nya.

"Aku sayang kamu,mas." Ucap nya sambil bergandeng tangan dengan Ari.

"Me too." Ari tersenyum dan mengecup dahi Aisyah.

Setiba nya di rumah,ia langsung di sambut oleh sanak keluarga.

"Rindu sekali mamah melihat kamu kembali tersenyum,sayang" ucap mamah Ari seraya mengecup dahi Aisyah.

"Aku juga merindukan mamah" ucapan nya begitu datar dan tersenyum.

Aisyah pun langsung memasuki kamar nya tersebut.

"Kamu mau mandi,dek?" Ucap Ari.

Ia menggelengkan kepala nya, "ya sudah aku mandi dulu ya,dek."

Aisyah tersenyum lemah.

***

Aisyah akan melakukan persalinan malam ini.perasaan Aisyah kini tengah campur aduk.

Sekarang sudah pukul 20.30.
Semua keluarga dan sanak saudara sudah berkumpul di rumah sakit bersalin 'Kasih Ibu'.

Sedangkan Ari tengah setia mendampingi Aisyah yang akan bersalin.

Ari melirik peralatan yang akan di gunakan untuk bersalin Aisyah,ia pun langsung menutup kedua mata nya.

Perasaan tak tega,senang,khawatir pasti di rasakan oleh nya.

Ya Allah. Lancarkan lah proses persalinan Aisyah.

Satu persatu bidan mulai berdatangan di dampingi dengan asisten nya.
Benda-benda untuk bersalin pun mulai di gunakan nya.

Ari melihat raut wajah Aisyah yang tengah menahan sakit nya, sesekali ia menghela nafas panjang nya.

"Mas,,tolong panggilkan mamah, mas.cepat!" Perintah nya.

"Mamah mana nih?" Tanya nya.

"Dua-dua nya mas!"

Tanpa berfikir lama ia pun segera keluar ruangan dan menghampiri orang tua nya.

"Mah,mamah masuk yu ke ruangan Aisyah." Ucap Ari panik.

"Mamah mana nih?" Tanya mamah Ari.

"Dua-dua nya!seperti nya ia mau mengatakan sesuatu." Jelas Ari.

Mereka pun langsung berjalan cepat menuju ruang berasalin Aisyah.

"Mamah!..." Aisyah kini menangis melihat kehadiran mamah nya.

"Kamu yang kuat sayang,mamah yakin kamu bisa!berjuanglah demi buah hati yang kau sayangi." Berusaha menguatkan Aisyah.

"Mamah di sini sayang." Ucap mamah Ari.

Aisyah tersenyum sambil meneteskan air mata.

Kurang lebih 5 menit sudah bberlalu,kini Aisyah harus berjuang mati-matian demi sang buah hati.

Aku kuat,jangan lemah Aisyah!ingat perjuangan mamah mu dulu untuk melahirkan mu.

Uh!...

Aisyah menggeram kesakitan yang amat dalam,sesekali ia beristighfar meminta pertolongan pada-Nya agar ia bisa melewati persalinan dengan selamat.

Ari hanya bisa berdo'a untuk Aisyah,dan mengecup halus dahi nya.

"Yang kuat,Dek." Hanya kata-kata itulah yang mampu ia katakan.

Simple tapi entah mengapa saat Aisyah mendengar nya ia menjadi semangat lagi.

Kurang lebih hampir satu jam ia melakukan persalinan.

"Ayo,dikit lagi!"

"Aku gak kuat mas!" Lirih nya.

"Kamu kuat!" Mengelus dahi Aisyah.

Selang beberapa waktu akhirnya sang buah hati dapat melihat dunia.

Semua yang ada di ruangan itu menangis bahagia.

"Selamat sayang,kamu sekarang menjadi ibu." Ucap mamah nya seraya mengecup pipi Aisyah.

"Mamah bangga sama kamu,sayang." Lagi-lagi mamah Ari mengecup pipi Aisyah.

Aisyah hanya tersenyum dan meneteskan air mata.buah hati yang di nanti-nantikan kini akhir nya dapat melihat dunia.

"Anak nya laki-laki,bu. selamat yah!" Ucap bidan nya itu.

Ari pun langsung mengumandangkan azan di telinga anak nya tersebut,suara nya yang serak akibat menangis bahagia.

Setelah selesai mengumandangkan azan,ia pun menghampiri Aisyah yang tengah berbaring.

Aisyah terus menangis, "aku bangga sama kamu,Cha."

"Terimakasih,mas.ini semua juga berkat do'a kamu."

Ari mengangguk dan tersenyum tipis, "mau di kasih nama siapa anak kita,dek?." Tanya Ari.

"Bagaimana jika Muhammad Lail Asy'ari?,anak ini kan lahir di malam hari." Jawab Aisyah.

Ari hanya mengangguk, "itu nama yang bagus,dek."

***

Sudah dua minggu ia di rumah sakit bersalin.
Aisyah sangat rewel ingin segera balik ke rumah.

Ari pun yang tak tega melihat rengekan nya akhirnya ia menyetujui

Di bantu oleh kedua orang tua mereka akhirnya kini ia segera pulang menggunakan mobil pribadi milik nya.

Ari menuntun Aisyah menuju dalam mobil,kemudian Bayi nya pun di pegang oleh mamah Aisyah.

Selama di perjalanan ia pun terus tersenyum,ia sangat bahagia karena telah melahirkan buah hati yang selama ini ia nantikan.

"Mas,aku bahagia banget telah berhasil melahirkan Lail." Ucap nya tanpa mengok ke Ari.

"Aku juga bangga sama kamu,Dek." Ari mengecup pucuk kepala Aisyah yang tertutupi hijab.

"Masa cucu mamah laki tiga-tiga nya sih!bikin dong yang perempuan." Timbrung mamah Ari.

"Iyah nanti di bikin lagi kok mah.tapi kalau Lail nya sudah agak besaran saja,kalau ia masih kecil seperti ini.kasihan istri ku ini capek merawat bayi dua." Ari menjawab sambil terkekeh geli.

Sedangkan Aisyah menunduk malu,wajah nya kini tengah memerah.

"Iya kalo goal perempuan,Kalau dapat nya laki-laki lagi bagaimana?" Kini mamah Aisyah pun ikut berbicara.

"Ya,tidak apa-apa nanti kan mereka berdua awet muda jika mempunyai dua anak laki-laki." Jawab Ayah Ari yang tengah menyupir.

"Ah,sudah-sudah jangan di bicarakan itu urusan ku sama Aisyah,tuh lihat istri ku pipi nya sudah memerah,jadi gemas aku." Mengangkat dagu Aisyah yang tengah menunduk.

"Ih mas!" Ia berusaha melepaskan pegangan Ari di dagu nya.

"Bercanda,sayang.huh! Ku gigit mau?" Saking gemas nya kini Ari pun menggigit bibir bawah milik nya.

Aisyah sangat malu saat orang tua nya membicarakan hal seperti itu.

***

"Selamat datang kembali di istana kita.ini karpet merah nya transparan jadi jangan terlalu kecewa." Goda Ari sambil menujuk aspal depan rumah nya.

Saat ingin memasuki rumah,ia pun sudah di sambut oleh Asisten rumah tangga mereka.

"Hallo,non!bibi rindu sekali sama non Aisyah,bagaimana proses persalinan nya,non?" Sapa bibi dengan ramah seraya membukakan pintu rumah mereka.

"Hallo juga bi,aku juga rindu sekali dengan bibi.Alhamdulillah baik bi." Jawab Aisyah ramah.

"Nama jagoan nya siapa nih,non?" Tanya bibi penasaran.

"Muhammad Lail Asy'ari bi,bibi bisa memanggil nya Lail." Jelas Aisyah.

"Oh,kalau saya panggil Ari bagaimana,non?" Ia tertawa tipis.

"Jangan dong,bi!itu kan nama saya,nanti kalau saat bibi panggil Ari terus saya dan anak saya menoleh bagaimana?" Jawab Ari.

Bibi hanya terkekeh geli, "Ya sudah. Bi,tolong bawa masuk koper-koper nya ya!" Perintah Ari.

Bibi pun segera membawa nya ke dalam rumah.

Aisyah tak sempat menimang Lail,sebab orang tua nya sedang sibuk memanjakan nya.

"Kamu istirahat aja,dek!." Perintah Ari.

"Tidak mau,mas!aku mau menimang Lail!" Tolak Aisyah.

Ari pun pasrah kemudian ia menghampiri orang tua nya tersebut.

"Mah,beri Lail ke Aisyah.dia mau menimang nya!dari sejak ia selesai bersalin sampai sekarang, belum menimang Lail." Gumam Ari.

"Nanti saja,kan kalau kita pulang Aisyah bisa menimang nya dengan puas." Ucap Mamah Ari.

Aisyah pun ngambek,lalu ia pergi ke memasuki kamar nya.

Ari langsung mengikuti Aisyah, "sudahlah,dek.jangan ngambek!"

"Ih,mas itu tidak merasakan jadi aku!" Balas Aisyah.

"Kamu juga tidak merasakan jadi aku!" Goda Ari.

"Merasakan apa emang?" Tanya Aisyah penasaran.

"Aku kan juga mau di manjaain sama kamu,masa Lail doang sih yang di manjain.iri tahu!" Cetus Ari.

Aisyah yang mendengar nya langsung terkekeh geli.

"Ih,apa sih mas!mas kan sudah sering ku manja!" Memukul pelan punggung Ari.

"Tapi sejak kamu hamil.aku jarang di manja,yaaang." Ucapan manja nya mulai keluar dari bibir Ari.

"Manja deh!."

"Biarin!sama istri sendiri ini manja nya." Jawab Ari sambil memeluk pinggang Aisyah.

Krek!...

Seperti nya ia tak menyadari kehadiran mamah Ari.

"Ehem!" Suara dengkuran nya pun masih tak di hiraukan oleh mereka berdua yang tengah bermesraan.

Ia pun mulai menghampiri seraya menggendong bayi mereka, "duh!masih pagi-pagi sudah bermesraan saja!"

Aisyah pun berusaha melepas pelukan Ari yang ada di pinggang nya. Tapi Ari masih saja tak peduli dengan apa yang di katakan mamah nya.

"Ari!!" Panggil mamah nya dengan nada agak tinggi.

"Apa mah?." Tanpa menoleh ke arah nya.

"Mas,itu kamu di panggil mamah!" Ucap Aisyah.

Kini Ari pun menoleh ke arah mamah nya tersebut.

"Apa mah?" Ucap nya datar.

"Ini bayi kamu!mamah dan mamah nya Aisyah mau pulang." Menyerah kan bayi nya.

Dengan gesit Aisyah pun langsung menerima nya.

"Ya sudah mamah pulang dulu ya?" Izin mamah nya.

Aisyah dan Ari pun mengecup punggung tangan mamah dengan halus.

"Sana pamit dengan Ayah mu dan mamah nya Aisyah!" Perintah nya.

Ia pun segera menuju ruang tamu dan Aisyah menggendong bayi nya.

"Mamah pulang dulu ya?yang akrab loh!" Nasihat mamah nya.

"Iya mah, kita disini akrab kok. Paling berantem nya di kamar doang." Jawab Ari begitu vulgar. Tanpa rasa malu ia pun tersenyum.

Aisyah pun langsung menyenggol sikut Ari, "mas,itu aib tahu!"
Ari dan orang tua nya hanya terkekeh geli.

Sepeninggalan orang tua mereka,mereka pun segera memasuki kamar sambil menimang Lail.

"Ibu sayang kamu,nak. Jadilah anak berbakti kepada orang tua,pintar dalam segala hal,menolong masyarakat luar,memberi kepada yang membutuhkan.dan terpenting kamu harus rajin ibadah dekat kan diri kepada Allah.dan di saat itu pula kamu akan merasa dekat dengan ibu." Air mata Aisyah menetes saat mengucapkan kata-kata tadi.
Ia pun mengecup Lail dengan penuh kehangatan.

Ari terfokus dengan kata-kata Aisyah yang terakhir, "apa maksud mu,dek?"

Aisyah tak menjawab pertanyaan Ari tersebut. Ia hanya meneteskan air mata dan melihat ke arah jendela.

Ya Allah. Jangan sekarang!ku mohon. Aku masih ingin menimang buah hati ku,izin kan aku memberikan kecupan terakhir untuk nya.

Ari tak mengerti apa maksud Aisyah,sedari ia sakit sampai sekarang fikiran nya sudah ngawur.

"Mas,,tolong timang Lail. Aku ngantuk mau tidur!" Perintah Aisyah.

Ari pun langsung menimang Lail.dan membiarkan Aisyah tidur.ia mengira Aisyah kelelahan.

Aisyah berjalan menuju kasur,air mata nya tak usai membasahi pipi.

Ia berbaring bertolak arah dengan Ari yang tengah menimang Lail.

Wajah nya pucat pasi, "mas,,," lirih Aisyah memanggil Ari.

Ari langsung menghampiri Aisyah, "wajah kamu pucat sekali,dan kaki mu dingin,dek.ayo kita kerumah sakit!"

Aisyah menggelengkan kepala nya dengan lemah, "sakit ini hanya sementara mas,insha Allah esok aku dapat tersenyum kembali di sana."

Air mata Ari mengalir membasahi pipi Aisyah yang sedang berbaring, "kami berbicara apa?!!"

Aisyah hanya tersenyum tipis,mata nya sayup. "Jangan pernah su'udzhon dengan kehendak Allah,mas. Allah tengah memberikan yang terbaik untuk kita berdua. Akan ada yang datang setelah pergi,kau lihat Lail?ia sudah datang dan kini saat nya aku pergi.jaga dia,mas. Dia putra kita satu-satu nya.jangan kau sia-sia kan dia,kau boleh memarahi nya bahkan mememukul nya jika ia bersalah.tapi ingat mas!jangan pernah menyumpahi nya.karena do'a orang tua akan selalu di kabul kan oleh Allah."
Nasihat Aisyah.

Ari berusaha semaksimal mungkin menahan bendungan air mata nya,tapi ketika ia melihat ke bawah air mata pun berjatuhan.

"Mas,,boleh aku mengecup mu?" Pinta Aisyah.

Ari mengangguk, Ari mendekatkan wajah nya kepada Aisyah.

Aisyah pun mulai mengecup bibir Ari dengan lembut,dan ketika ia mengecup dahi nya. Air mata pun lagi-lagi terlepas.

Selesai mengecup,Ari pun keluar kamar dan mencoba menelepon mamah nya tapi tak kunjung di angkat.

Sial!dalam keadaan seperti ini tak ada yang bisa di hubungi.

Kring!...

Telepon nya mulai berdering, ternyata yang menelepon balik adalah mamah nya.

"Kenapa,Ri?" Tanya mamah Ari.

"Mah..." Ari menangis tersedu-sendu.

"Kamu kenapa nangis,Ri?"

"Aisyah mah!"

"Aisyah kenapa?coba tenangi dulu diri mu!" Nasihat nya.

Ari mencoba menghela nafas dalam-dalam lagi-lagi air mata jatuh dengan cepat nya.

"Aku tak tahu apa yang terjadi dengan nya.mamah datang saja!" Ia langsung menutup telepon nya.

Orang tua mereka pun berbalik arah menuju rumah Ari lagi.

Satu jam sepeninggalan Ari dari kamar, Aisyah pun melirik Lail sambil menangis.

"Bila kini saat nya kita berpisah,ibu mohon kamu yang sabar ya nak. Semoga Allah telah menguatkan hati mu." Ia mengecup Lail untuk terakhir kali nya.

"Ib..ibu izin pergi nak, Assalamualaikum!" Izin Aisyah.

Ya Allah.lindungi Lail dari marabahaya dan malapetaka.

Sebenarnya Aisyah sudah sedari semalam merasakan sakit di kaki nya ini,ia merengek untuk pulang bukan pulang ke rumah yang mewah itu maksud nya,ia ingin cepat-cepat pulang menghadap sang kuasa.karena ia tak kuat menahan sakit yang luar biasanya.

Sekarang sudah pukul 2 siang,Ari sudah kembali dan berhadapan langsung dengan Aisyah.

Ia menuntun Aisyah untuk membaca surat-surat pendek.nafas nya tersengal-sengal.

Ia sempat izin untuk pergi,dan Ari pun mengizinkan nya.

"Pergilah,dek.Insha Allah aku ikhlas!"

Ia berusaha ikhlas meskipun air mata terus mengalir dan hati pun masih terus memanggil nama nya.

Aisyah menghembuskan nafas terakhir nya saat azan Ashar berkumandang.

Ari menangis tergugu sesekali mengucapkan 'innalillahi wa innailaihi rojiun'

Aku masih ingat janji ku,Aisyah.aku berjanji tak akan mencari wanita lain!hati ku sudah terlanjur berlabuh pada mu.akan ku besarkan Lail ku berusaha tuntun dia ke jalan yamg benar.

Ari masih tertunduk di hadapan Aisyah yang terbaring kaku.

Jangan menangis suami ku!aku terus ada di dalam hati kecil mu.

Bisikan suara Aisyah terdengar oleh Ari,Ari langsung menghapus air mata nya.sebisa mungkin ia harus kuat.

The end!maaf ya kalau cerita nya garing dan telat hehe namanya juga baru pertama,nanti insya Allah aku akan bikin baru lagi. TapiĀ  cerita cinta tentang Lail dan Adiba .kepo kan?fllw dong makanya hehe.

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience