Meraih Nikmat Bersama Supir Grab

Fantasy Series 9555

Aku berumur 43tahun dan suamiku sudah meninggal karena sakit diabetes yang dideritanya, sudah cukup lama aku tidak menikmati pelukan dari laki laki. Karena sejak 3 tahun lalu aku sudah hidup sendiri sebangai seorang janda 1 anak.

Sedangkan aku bekerja di sebuah pusat perbelanjaan yang ramai banget, kadang aku iri akan para pengunjung yang datang karena mereka tampak bahagia bersama pasangannya masing masing pasangannya, aku sering membayangkan betapa enaknya hubungan intim dengan suasana romantis.

Aku selalu berfantasi dengan nikmatnya, remasan, desahan, kenyotan pelintiran tangan yang ada diputingku, ciuman yang membikin aku terangasang, kapan aku dapatkan bayangan itu selalu membututi aku dalam hayalan.

Pada suatu pagi ketika anakku pamitan menginap di rumah kakakku, terasa hatiku sepi. Gerimis di luar menambah hatiku berontak, aku telah dibelenggu waktu. Apakah aku sedang menunggu? Apa yang sedang aku tunggu?

Bukankah hidup ini berjalan terus tanpa putus? Mengapa aku menyia-nyiakan hidupku? Apa yang aku inginkan sekarang? Yah... aku ingin menikmati laki-laki. Suamiku sudah tidak mungkin lagi bisa memberikannya untukku karena ia sudah tidak ada disini lagi.

Rasa berat antara perasaan ya dan tidak, akhirnya aku keluar rumah, aku sengaja tidak membawa kendaraan, aku mau naik kendaraan umum saja. Aku memesan Grab tanpa tujuan pasti, aku tidak tahu mau kemana. Akhirnya dengan sekenanya aku pergi ke " Ancol ".

Disana aku turun, meskipun aku telah 10 tahun tinggal di Jakarta, tapi tempat ini baru pertama kali aku kunjungi. Sebenarnya pikiranku tidak nyambung dengan pengelihatanku. Jadi apa yang aku lihat, tidak masuk ke otakku.

Keinginan yang menggebu dari rumah untuk dapat menikmati laki-laki menjadi hilang. Aku sepeti orang linglung. Akhirnya aku duduk di tempat tunggu sambil merencanakan pulang.

Keramaian pengunjung membawa pandanganku tertuju pada seorang laki-laki dengan umur kira- kira 45 tahun bersama anak-anak remaja perempuan. Kelihatan mereka berbincang membicarakan rencana kegiatan. Akhirnya remaja-remaja itu pergi meninggalkan laki-laki itu sendirian.

Laki-laki itu kemudian melangkah duduk disebelahku sambil membuka buku. Mungkin karena yang duduk disitu hanya aku dan dia, maka ia menawari aku membaca buku miliknya.

"Terima kasih Pak..." dan aku meraih buku itu.

"Bapak mengantar anak-anak mau jalan2?" aku mencoba membuka pembicaraan.

"Tidak Bu saya hanya supir Grab,,,saya hanya mengantarkan mereka yang katanya hendak kumpul dengan teman-temannya".

Kemudian aku dan dia tenggelam dalam obrolan biasa sampai obrolan rumah tangga. Dari ceriteranya aku tahu kalau Istrinya lagi keluar kota mengantar orangtuanya kembali ke kampung.

Obrolan itu cukup mengasikkan sehingga melupakan mengapa aku sampai kesini. Kemudian ia kembali asik membaca kembali bukunya, tapi aku malah melamun.

"Ibu sendirian? Dimana rumah ibu?" kembali dia memecahkan lamunanku. Aku sedikit kaget mendengar suaranya.

"Ya Pak, saya tinggal di daerah Sunter" jawabku.

"Kalau ibu mau pulang sekarang, kita bisa sama- sama, saya mau ke bengkel di Kelapa Gading."

Aku tidak menyambut tawaran itu karena aku belum ingin pulang.

"Terima kasih Pak, ngak usah repot-repot, saya masih ada keperluan di tempat lain".

"Oh begitu, barangkali tempat lain itu satu arah dengan tujuan saya, kita bisa melanjutkan obrolan tadi. Ibu kan belum cerita keluarga ibu?".

Akhirnya aku terima tawaran itu dan aku naik ke mobilnya. Ketika sudah ada di atas mobil, ia tidak segera menjalankan. Mungkin ada yang ditungu?

"Bu, maaf apakah ibu punya waktu kalau kita jalan-jalan sebentar sambil ngobrol? Saya kok merasa cocok dengan obrolan tadi".

"Boleh juga pak, saya hari ini juga tidak ada kegiatan yang perlu saya selesaikan".

Akhirnya aku mengenali namanya "Rio" dan aku mengenalkan diri "Juliana". Keakraban kami berdua menyebabkan cerita itu berubah menjadi cerita pribadi, cerita kehidupan seks. la menceriterakan hubungan dengan istrinya sangat terbatas, karena istrinya seorang sekretaris kepercayaan bosnya, sehingga sering ditinggalkan.

Umur istrinya 3 tahun lebih tua dari Mas Rio. Sedangkan aku menceritakan suamiku sudah tiada. Mulai saat itu kita sepakat, aku memanggilnya Mas Rio dan ia memanggilku Juliana.

Entah awalnya bagaimana, tangan kami saling meremas. Sambil menyetir, tangan kiri mas Rio meraba pahaku. Aku diam saja ketika tangan kiri itu menyusup dibawah rok. Namun ketika jarinya berusaha meraih celana dalamku, aku pegang dan aku tampik.

"Jangan Mas" aku menolak.

"Kemana kita Juliana... aku ingin bisa ngobrol dengan tenang" katanya.

"Terserah Mas Rio saja.."

Saat itu birahiku bangkit kembali, aku melirik ke mukanya, dalam hati aku berkata, apakah laki-laki ini yang akan memberiku kepuasan? Aku tidak punya pengalaman mengenai ini. la kembali meletakkan tangannya di pahaku sambil menarik rokku.

la dengan bebas memegang paha mulusku. Sesekali tangannya lebih ke atas sehingga menyentuh celana dalam bagian tengah agar bisa mengusap barang yang ada diantara pahaku.

Aku tidak memperhatikan jalan lagi ketika mobil itu masuk ke jalan tol. Dia meminta tanganku membuka celananya. Yah saat itu birahiku juga mulai muncul.

Ketika aku kesulitan membuka resluitingnya, Mas Rio meminggirkan mobilnya dan dia sendiri yang membuka resleting celananya, kemudian mengeluarkan kontolnya yang telah berdiri tegak.

Ketika mobil bergerak kembali, tangan kananku diminta memegangi kontolnya, aku merasakan kontol itu panas dengan denyut nadinya yang keras.

Tiba-tiba aku merasa ngantuk dan aku tertidur di sandaran mobil. Dalam tidurku aku masih bisa merasakan tangan Mas Rio sesekali menyentuh bibir dan hidungku, kemudian meraba susuku yang tertutup baju dan BH, kadang-kadang mengelus pahaku dan mengusap-usap turukku yang tertutup celana dalam.

Rasa kantukku lebih kuat sehingga pegangan tanganku di kontolnya lepas. Aku tidur, aku kantuk sekali, aku masa bodoh dengan rabaannya.

Entah berapa lama kemudian, aku terbangun dan mobil sudah terparkir di suatu penginapan yang tertutup di wilayah Cianjur. Mas Rio turun dan membimbingku menuju kamar. Aku duduk ditepi tempat tidur sambil makan roti dan minum teh yang telah tersedia diatas meja kamar hotel.

Tiba-tiba Mas Rio merebahkan aku di kasur.

Kakiku masih menjuntai di lantai ketika Mas Rio mencium dengan ganas. Aku pasrah ketika tangannya menyusup diantara Bhku mencari susuku.

"Aku pengin banget Juliana..." ia membisikkan di telingaku.

Aku didorong rebah ke tempat tidur. Aku pura- pura jual mahal, aku pegangi bajuku agar dia tidak mudah membuka. Aku masih ingin memperoleh ciuman Mas Rio lebih lama sebelum dimulai dengan yang lebih intim. Ternyata ia tidak memaksaku.

Sambil menindih badanku, Mas Rio mulai menciumi kembali mukaku, leherku dan bibirku dikecup dengan kuat. Kemudian ciuman itu bergeser ke telinga terus ke belakang telinga, sehingga membuat aku merinding nikmat.

"Ooohhh...... sss... ttttt" eranganku mulai terdengar.

Setelah puas menciumi belakang telinga, ciuman itu bergeser ke arah pundak. Rasanya nikmat sekali sepeti terbang, yah aku haus kenikmatan sepeti ini. Geseran bibirnya semakin turun ke dada. Tangan mas Rio mulai membuka satu persatu kancing baju atasanku. Kemudian ciumannya bergerak di dada.

Badanku digulingkang sedikit ke kiri agar tangannya dapat melingkar ke badanku untuk membuka kancing Bhku. Sekali raih Bhku terlepas dan kedua susuku tersembul. Mata mas Rio terbelalak memandangi susuku yang tidak begitu besar tapi kencang dan putingnya yang berwarna coklat tampak sudah mengeras karena sudah terangsang.

la kelihatan kagum memperhatikan susu yang masih ranum. Dengan pelan-pelan hidungnya diusapkan di puting susuku kemudian kumisnya ia geser-geserkan. Aku bagaikan melayang...

"Maa.. sss... oo... hhhh..." aku mengerang nikmat.

"Ter... r.. uss mas, kenyot yang kuat... M.. a.. s... oo.. hhh" pintaku keenakan.

Tangannya meremas susuku semakin kencang, sehingga nafasku terengah semakin memburu. Ketika puas menikmati susuku, mulut panas itu bergeser ke bawah diantara pusarku.

Tangannya langsung menjambret rok bawah. Untung rok itu pakai karet sehingga ketika ditarik tidak rusak. Tanpa menunggu waktu, tangan satunya telah memelorotkan celana dalamku.

Terpampang pemandangan indah mempesona dan sangat menggairahkan dihadapan Mas Rio, turukku yang ditutupi rambut-rambut jembut yang sangat lebat dan keriting itu, sekarang telah ada dimuka Mas Rio siap dihidangkan.

Mas Rio menarik napas panjang dan meloncat turun membuka baju dan celananya sendiri. Kini hanya tertinggal celana dalam saja yang belum dibuka. Dada bidang berbulu milik Mas Rio sangat mempesona.

Vagina, dalam bahasa daerahku disebut turuk, di dalamnya ada daging sebesar ujung kelingking terjepit diantara bibir vagina.

Daging itu namanya klitoris atau kelentit dan dalam bahasa daerahku disebut itil. Turukku dan itilku terasa tebal karena aku sudah sangat terangsang. Dengan penuh nafsu Mas Rio kembali meremas susuku, menghisap pentil susuku.

Hisapan itu dengan perlahan turun ke perut, ke pusar terus ke turukku. Namun kemudian Mas Rio mengalihkan hisapan ke pangkal pahaku. la menjilati dan menghisap pangkal pahaku sampai puas, sedangkan tangan kanannya mengusap- usap bagian luar turukku.

Aku masih dalam posisi rebah di tepi tempat tidur. Badanku ada di atas kasur sedangkan kedua kakiku terjuntai ke bawah. Posisi ini sangat pas buat Mas Rio yang mulai berjongkok dihadapan selangkanganku dan mendekatkan mulutnya ke turukku.

Tangan Mas Rio membuka bibir turukku yang membasah oleh lendir birahi dan lidah Mas Rio mulai menyentuk itilku. Aku menjerit nikmat.....

"Haa... ooo...... hhhh... ssttttt... haa... ooo... hhhh... ssttttt... haa... ooo...... hhhh... ssttttt" aku mengangkat pantatku biar lidah Mas Rio bisa lebih leluasa menjilat itilku.

Aku belum pernah senikmat ini memperoleh dari suamiku. Aku bermain cinta dengan suamiku tanpa ada rangsangan, begitu buka baju, langsung kontol suamiku ditancapkan. Baru kali ini aku menikmati kewanitaanku, aku benar-benar wanita yang merasakan gairah cinta yang sebenarnya.

"Haa... ooo.... hhhh... ssttttt... haa... o00... hhhh... ssttttt...... terruuusss... ter... us"

"Ooo... hhhh... ssttttt.. terruuusss... ter... us"

Mas Rio tidak berhenti disitu. Tiba-tiba itilku dihisap lembut. Aku kembali menjerit nikmat.

"Aaaaa...... ooohh... hhh...... Mas...... SS"

"Ttt... ee...... Γ.. Γ Γ... Uuusssssss..."

Aku terengah-engah merasakan geseran bibir dan hisapan yang bergantian. Kemudian hisapan itu semakin kuat, kuat dan kuat...... aku menjadi tidak tahan, kepalaku aku goyangkan ke kanan dan kiri, pantatku aku naikkan lebih ke atas, tanganku meremas kasur busa... dan...... tiba- tiba denyutan yang tiada tara nikmatnya menjalar melalui pinggulku menuju arah itilku. Nikmat... nikmat sekali.

Denyutan itu terjadi beberapa kali dan semakin memanjang... akhirnya hilang. Aku mencapai puncak orgasme, puncak kenikmatan yang tertinggi. Aku baru sekali ini merasakan. Tujuh tahun dalam hidup rumah tanggaku aku belum pernah merasakan senikmat ini dengan suamiku. Badanku lemas.. dan mataku terpejam nikmat melepas denyutan.

Tiba-tiba Mas Rio berdiri, ia membuka celana dalamnya... ia merapatkan pinggulnya ke pinggulku. Tangannya memegang kontol yang telah mengacung tegak. Aku belum sadar saat itu, aku masih menikmati orgasmeku. Ketika ia membuka kedua pahaku, mataku terbuka aku harus bergantian memberikan kepuasan kepada Mas Rio.

Aku bangkit, aku pegang kontol itu... kencang seperti batu. Mas Rio membisikkan kata-kata agar aku mengulum kontolnya. Aku ragu, aku belum pernah seperti itu. Tapi bukankan tadi Mas Rio menjilati turuk dan itilku? Bukankah aku telah menerima kenikmatan birahi dari jilatannya? Dengan rasa ragu aku mendekatkan mulutku dan memasukkan kontolnya ke dalam mulutku.

Mas Rio mendorong kontolnya masuk lebih dalam ke mulutku, aku malah terbatuk sehingga mau muntah.

Kembali Mas Rio merebahkan aku di pinggir tempat tidur. la tidak lagi meminta aku mengenyot kontolnya. Ia membuka selangkanganku dan kontolnya ia pegang dengan tangan kanan mulai digosok-gosokkan ke bagian itilku. Mungkin maksudnya agar kepala kontolnya basah dengan cairan birahiku. Mula-mula terasa geli. Kemudian geli itu berubah menjadi nikmat.

Aku mulai terangsang lagi. Kepala kontolnya digeser-geser semakin dalam. Aku mulai mendesah nikmat. Setelah cukup lama dengan permainan itu, kedua tangan Mas Rio meraih kakiku diangkat ke pundaknya. Aku belum pernah menikmati permainan senggama seperti ini.

Mas Rio mulai mengerakkan maju mudur kontolnya. Separuh kontolnya sudah masuk ke liang peranakanku. Tiba-tiba ia mendorong dengan satu gerakkan dan kontolnya amblas masuk seluruhnya ke turukku. Aku menjerit ketika menerima hentakan itu, ada sedikit rasa ngilu ketika kontol itu masuk seluruhnya.

Kembali gerakkan maju mundur dilakukan sangat pelan......... aku merasakan turukku mulai berdenyut menjepit kontol Mas Rio. Tampaknya Mas Rio menikmati sekali denyutan turukku yang memeras kontolnya sehingga terasa lebih sempit.

"Aaaaa... ooo... hhh... hhaaahhhhh... terushhh.. "

"Aaaaa... ooo... hhh... hhaaahhhhh... te... rus.. "

Mulutku tidak bisa diam... rasa nikmat menjalar dari dalam pinggangku... ke paha dan kaki. Susuku yang mengencang ingin sekali diremas. Turukku yang berdenyut-denyut ingin diberi gerakkan kontol yang lebih cepat. Aku menarik tangan Mas Rio yang bertumpu di kasur ke arah susuku. Aku minta dia meremas.

"Ma.. sss... r.. e.. Mas...... rem... aaa... sss k.. u.. a...t".

Mas Rio mulai meremas susuku sambil menggerakkan maju mundur pinggulnya. Jepitan turukku semakin kuat ketika jari Mas Rio menarik puting susuku yang tampak sudah mengacung dengan tingginya karena sudah sangat-sangat terangsangnya oleh persetubuhan ini.

Aku mulai menggoyang pantatku untuk menambah kenikmatanku. Begitu juga kepalaku mulai bergerak ke kanan dan kiri. kontol Mas Rio memompa keluar masuk turukku semakin cepat, aku semakin merasakan nikmatnya persetubuhan ini.

Kelihatannya Mas Rio tidak tahan lama, karena kelihatan dari gerakkannya yang semakin cepat. Ganti suara erangan kenikmatan Mas Rio yang lebih keras dari eranganku.

"Aaa... aaaa.. hhhh... Aaa... aaaa.. hhhh... Aaa... aaaa.. hhhh... Aaa... aaaa.. hhhh..."

"Juliana... a.. k.. u.. m.. a.. u...... ke lu.. a...... r"

"Sa.. ma... s.. a... m. a...... ki.. ta... b a r.. e... n.. g...... Ma a.. a... a.... a......."

Aku menjerit tidak bisa bisa meneruskan kata- kataku. Ketika gerakan, Mas Rio sangat cepat, terasa badanku berkontraksi.. dengan kenikmatan yang lebih hebat dibandingkan kenikmatan sebelumnya. Begitu juga aku Mas Rio mengejang, mendorong kontolnya sampai ke pangkal paha.

Aku merasakan peju Mas Rio menyemprot beberapa kali membasahi rahimku. Mas Rio jatuh tertelungkup lemas menindih dalam pelukanku, ia merangkul kuat dan mukanya dibenamkan diantara kedua susuku.

Setelah beberapa lama, Mas Rio kembali mengenyot susuku, menciumi leherku, memainkan kumisnya di daguku serta menyedot lembut bibirku. Pelukan Mas Rio semakin mengendor, begitu juga kontol dalam turukku ikut mengendur.

Kemudian Mas Rio berdiri mencabut kontolnya dan merebahkan badannya di kasur. la tertidur pulas tanda puas. Aku juga tertidur pulas sambil berpelukan. begitulah yang kualami karena aku lama dipeluk oleh suamiku. aku lampiaskan ke sopir Grab.......

TAMAT....

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience