Vanya&Dievo | 4 - Merasa Dicintai

Romance Series 4806

Tubuh atletis itu terbenam dalam kursi kokoh berlapis kulit dan bertekstur lembut serta elegan yang dengan setia selalu menemani serta memberikan kenyamanan ketika pekerjaan semakin mempersempit ruang gerak Dievo.

Terlihat ponsel pintar miliknya tergeletak tanpa daya karena terabaikan oleh pemiliknya. Tanpa ragu Dievo meraih ponsel itu dan memulai untuk mencari kabar tentang kekasihnya.

"Halo" terdengar suara merdu menjawab dengan lembut.

"Halo sayang, kamu sedang dimana" Dievo dengan cepat bertanya karena mendengar suara bising menjadi latar belakang obrolan mereka.

"Aku sedang di kampus, ada janji bertemu dosen, mau acc sebelum daftar sidang" Vanya berusaha memberi penjelasan.

"Apakah lama? Kapan kira-kira kamu selesai?" Dievo berbicara dengan nada bersemangat karena merasa akan segera bertemu dengan kekasih hatinya.

"Aku belum tahu, nanti kalau sudah selesai aku telepon kamu ya sayang" Sekilas senyum terlukis di wajah Vanya karena mendapat perhatian dari Dievo.

"Baiklah. Aku akan menjemputmu nanti ya" suara nge-bass itu terdengar begitu seksi.

"Apa pekerjaanmu sudah selesai sayang?" Vanya bertanya dengan nada yang lembut.

"Iya, aku akan punya banyak waktu untuk bersamamu, aku milikmu seutuhnya" Dievo berusaha menggoda Vanya. Vanya terkesiap mendengar kata-kata Dievo yang menggodanya. Seketika pipinya merona membayangkan dirinya bersama kekasihnya yang tampan.

"Halo. Vanya, kenapa sayang?" Dievo bertanya karena kebingungan tidak mendengar jawaban Vanya.

"Iya Dievo" Dengan gugup Vanya menjawab.

"Kamu sudah tidak sabar untuk bertemu denganku ya?" Dievo kembali mencoba menggoda Vanya dengan kata-katanya.

"Jangan membuyarkan konsentrasiku sayang, aku kan harus menemui dosen" Vanya berusaha menjawab dengan tenang dan menyembunyikan rasa gugupnya.

"Iya maafkan aku. Semoga berhasil ya" Vanya semakin gugup karena mendengar suara nge-bass milik Dievo yang begitu seksi ditelinganya secara terus-menerus.

"Sudah dulu ya Dievo, dosen yang aku cari sudah datang".

"Baiklah, bye Vanya"

"Bye Dievo"

***

Dievo sudah berada di lingkungan kampus Vanya. Menunggu di dalam mobilnya yang begitu menarik banyak perhatian puluhan pasang mata. Terdengar puluhan suara berbisik serta pandangan mata yang terlihat mengagumi sosok mobil yang terparkir serta sang pemiliknya.

Vanya tidak menyadari kehadiran Dievo. Dia melangkah dengan santai dan bersenda gurau dengan teman-temannya hingga dia melihat adanya kerumunan wanita yang terdengar dengan jelas sedang terpesona terhadap sesuatu. Dengan tergesa-gesa dia berlari mendekati kerumanan itu. Vanya terkesiap melihat Dievo sudah berada di depan matanya dan menarik perhatian banyak orang.

"Dievo!!" Vanya setengah berteriak memanggil nama kekasihnya itu dan seketika menarik perhatian kerumunan wanita yang mengagumi Dievo.

"Vanya" Dievo memberikan senyuman termanis miliknya ketika melihat Vanya sudah ada di depan matanya dan membuatnya terbebas dari gangguan para wanita yang begitu telihat agresif mendekatinya.

"Sejak kapan kamu disini?!" Vanya bertanya dengan nada kesal. Dievo segera berjalan mendekati Vanya. Semua mata memandang sinis ke arah Vanya seakan tidak terima pria tampan yang mereka kagumi malah tersenyum dan mendekati Vanya.

"Maaf aku berniat menunggumu di sini sayang, tapi lain kali aku akan lebih hati-hati" Dievo kembali mengeluarkan suara nge-bass miliknya dan membuat puluhan pasang mata wanita menjadi berdebar-debar. "Maaf aku tidak bermaksud membuat kamu kesal" Dievo membelai lembut kepala Vanya dan membuat puluhan pasang mata wanita yang sejak lama memperhatikan menjadi patah hati seketika. "Apa kita sudah bisa pergi sekarang?" Dievo bertanya dengan lembut dan meluluhkan kemarahan Vanya.

"Tapi aku tidak ingin hal seperti ini terulang lagi" Vanya memberikan senyuman termanis miliknya dan semakin mematahkan hati banyak wanita.

"Aku janji sayang" Dievo memberikan kecupan hangat di kening Vanya dan dengan segera dia menggenggam jemari indah milik Vanya menuju ke mobilnya.

***

Dievo melajukan mobilnya dengan santai. Suara merdu mengalun indah menghiasi suasana di dalam mobil. Tangan Vanya dan Dievo saling menggenggam hangat jemari dengan penuh cinta. Sesekali Dievo mengalihkan pandangannya ke wajah cantik kekasihnya, memberikan senyuman yang menggetarkan hati Vanya seketika. Dievo mengarahkan mobilny perlahan mendekati sebuah restoran yang bernuansa Italia. Dengan cepat Vanya menolaknya.

"Apa kita mau makan di restoran itu?" Vanya bertanya dengan ragu.

"Iya sayang, apa kamu keberatan?" Dievo bertanya dengan lembut.

"Kita makan di restoran lain saja ya sayang, aku kurang suka menu makan di tempat itu" Vanya menjawab dengan lembut.

"Baiklah. Kamu mau makan di mana sayang?" Sambil melihat ke arah wajah Vanya yang terlihat sedikit lelah.

"Hmm.. bagaimana kalau kita ke restoran Cina? Aku sedang ingin makan dim sum" Vanya berbicara dengan semangat dan terlihat matanya berbinar ketika menyebut nama makanan yang diinginkannya.

"Baiklah sayang" Dievo melihat ekspresi wajah yang bahagia terlukis indah diparas cantik kekasihnya, maka Dievo mengalah dan menyetujui permintaan Vanya. Dia melajukan kembali mobilnya menuju restoran cina yang diinginkan oleh Vanya. Mendengar Dievo menyutujui permintaannya, seketika membuat Vanya mencium pipi kekasihnya yang berhiaskan brewok tipis.

***

Ketika melangkah memasuki restoran yang dituju, langkah kaki Dievo terhenti sejenak dan melihat ke arah toko bunga yang bertengger tepat di pinggir jalan. Dia menghubungi seseorang untuk membeli beberapa tangkai bunga Lily yang menjadi bunga kesukaan Vanya.

Bukan suasana romantis seperti yang direncanakan oleh Dievo sebelumnya jika mereka makan bersama di restoran Italia, melainkan suasana sederhana dan ramah yang di dapat. Ketika hampir seluruh pesanan sudah dihidangkan maka Dievo bersiap untuk memberikan Vanya sebuah kejutan manis.

"Vanya, tolong tutup matamu sebentar saja" Dievo berusaha membujuk Vanya.

"Untuk apa Dievo??" Vanya merasa bingung dengan tingkah laku kekasihnya itu.

"Please, sebentar saja" Dievo memberikan pandangan memohon sehingga Vanya tidak sanggup menolak permintaan kecil itu.

Beberapa waktu kemudian Vanya diperbolehkan untuk membuka matanya kembali. Betapa kagetnya Vanya melihat apa yang ada didepan matanya. Seikat bunga Lily kesukaannya serta sebuah benda yang tampak istimewa dan mewah bernuansa violet dan merah muda yang tampak memukau berada di genggaman kekasih hatinya. Dengan posisi setengah berlutut Dievo memandang Vanya dengan penuh cinta.

"Ada apa ini Dievo?" Vanya bertanya dengan hati-hati.

"Aku hanya ingin memperjelas hubungan kita, aku ingin kamu resmi menjadi kekasihku, karena aku belum melakukannya dengan benar waktu itu" Dievo sedikit mengingat momen pertama mereka mulai dekat dan akrab.

"Kamu tidak perlu melakukan ini, aku sudah tahu perasaanmu, begitu juga kamu sudah mengetahui perasaanku" Vanya menjawab dengan halus dan membelai lembut pipi Dievo yang seksi berhiaskan brewok tipis yang terlukis indah.

"Tidak. Aku ingin hubungan kita lebih jelas. Aku milikmu dan kamu milikku" Dievo memberikan senyuman terbaiknya dan meluluhkan hati Vanya agar menyetujui keinginannya.

"Baiklah jika itu baik untuk hubungan kita" Vanya menyerah dan memilih mengikuti keinginan Dievo saat ini.

Seluruh pasang mata para pengunjung tertuju pada Dievo dan Vanya. Banyak yang merasa iri dan juga bahagia melihat adegan romantis yang dilakukan Dievo terhadap Vanya. Dengan tanpa ragu Vanya menerima rangkaian bunga Lily beserta kotak hadiah itu yang dengan perlahan dibuka oleh Vanya. Tanpa menunggu respon Vanya, Dievo langsung memasangkan kalung indah itu dileher jenjang milik Vanya yang membuatnya tampak semakin cantik ketika memakainya.

???

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience