Vanya&Natha | 7 - Bertemu Kembali

Romance Series 4782

Vanya melangkah dengan gontai setelah melepas Dievo pergi untuk urusan pekerjaannya. Janji temu dengan rekan bisnis yang mewajibkan Dievo untuk melangkah jauh dari jangkauan kekasihnya. Tak terelakkan tanggung jawab yang ada di bahu sang Presiden Direktur itu selalu menciptakan jarak antara keduanya. Seringkali kesibukan mengunci erat ruang gerak Dievo dan sulit untuk mempunyai waktu dengan Vanya. Seakan berat melepas kekasihnya itu untuk pergi jauh membuat sorot mata indah itu meredup seakan kehilangan sinarnya.

Vanya tidak memperhatikan ada seseorang yang berada tepat di depannya. "Bruk!!" Vanya merasakan kepalanya membentur sesuatu yang cukup keras dan membuat kepalanya terasa memutar. Tubuh Vanya goyah dan terjatuh. "Apa kamu baik-baik saja?" Terdengar suara pria bertanya dengan nada cemas. "I'm ok, don't worry" Vanya menjawab dengan cepat tanpa melihat ke arah wajah pria yang ditabraknya. Vanya berusaha mengingat apa yang telah terjadi ketika dirinya tengah melamun dan melangkah dengan gontai. Sontak Vanya menyadari bahwa dia telah menabrak seseorang bukan sesuatu.

Vanya berusaha bangkit dari posisinya. Dengan cepat dia mencari sosok orang yang telah ditabraknya. Matanya membulat ketika melihat orang yang berada tepat dihadapannya adalah orang yang dulu pernah menolongnya.

"M..maaf saya tidak bermaksud menabrak anda" Vanya terbata-bata dan berbicara dengan hati-hati.

"Iya tidak apa-apa. Tapi apa kepalamu masih pusing?"

Vanya terperangah mendengar kata-kata pria itu karena menghawatirkan kondisinya. "Apa dia Natha? Pria yang dulu menolongku" Batin Vanya.

Karena Vanya tidak menjawab pertanyaannya, maka tanpa ragu Natha mendekatkan dirinya ke arah Vanya dan menyentuh lembut kepala Vanya untuk memastikan apakah kepala Vanya masih terasa pusing atau tidak. Sontak membuat Vanya diam terpaku merasakan tangan Natha berada di sekitar wajahnya. Tidak menolak dan juga tidak merespon membuat Natha menjadi semakin hawatir melihat wajah Vanya yang memucat.

***

Natha duduk bersama Vanya di sebuah restoran yang bernuansa warna coklat. Natha mengira Vanya merasa pusing dan wajahnya memucat karena mungkin belum sempat makan. Tanpa diminta oleh Vanya, Natha segera memesan beberapa makanan serta minuman. Vanya masih terdiam dan terpaku. Menyadari situasi itu, Natha dengan hati-hati memulai pembicaraan dengan Vanya. "Ayo kita makan Vanya". Vanya terperangah mendengar Natha menyebut namanya "Kamu masih ingat namaku?". "Iya tentu saja" Natha menjawab dengan cepat.

Perlahan situasi yang kikuk mencair dan berubah menjadi keakraban. Kini Vanya dan Natha berbicara dengan santai, bahkan Vanya melukiskan senyuman manisnya di sela-sela percakapannya dan membuat Natha melemparkan senyumannya yang terlihat seksi dimata Vanya. Keduanya menjadi semakin akrab. Natha menawarkan diri untuk mengantar Vanya pulang. Vanya tidak menolaknya, bahkan di dalam hatinya terasa ada percikan sinar yang menggelitik dan menciptakan rasa nyaman ketika bersama Natha.

***

Selama di perjalanan menuju rumah Vanya. Natha selalu membuka pembicaraanya dengan Vanya.

"Apa mau aku antar ke dokter?"

"Ah..tidak usah, aku baik-baik saja. Mungkin benar karena aku terlambat makan".

"Ok. Kalau itu kemauanmu. Tapi bagaimana kondisi kakimu?"

"Ah.. itu.. sudah tidak apa-apa" Vanya berusaha tersenyum menjawab pertanyaan Natha.

"Baguslah kalau begitu. Tapi aku sepertinya tidak pernah melihatmu datang lagi kesana?"

Seakan Vanya mengetahui hal yang dibicarakan oleh Natha. "Iya, aku hanya sedang tidak ingin melakukan aktifitas itu selama beberapa waktu"

"Kenapa?"

Vanya terperangah mendengar pertanyaan Natha dan menjawab dengan nada murung "Hanya tidak ingin saja"

Natha menyadari dirinya sudah salah bertanya. Dilihatnya Vanya memandang kosong ke arah luar jendela mobil membuat Natha merasa bersalah.

"Maaf. Aku tidak seharusnya bertanya soal itu. Maafkan aku"

"Iya. Tidak apa-apa" Vanya menjawab dengan datar.

***

Mobil hitam milik Natha sudah berhenti tepat di depan rumah Vanya. Dengan bermaksud baik dan berterima kasih karena sudah mengantarkan pulang serta berterima kasih untuk pertolongan yang sudah dilakukan Natha di kolam renang ketika waktu itu, tanpa ragu Vanya mempersilahkan Natha untuk masuk ke dalam rumahnya. Natha tidak menolak. Mereka perlahan berjalan memasuki rumah dan mulai berbicara tentang banyak hal. Mereka semakin akrab dan duduk saling berdekatan. Menyadari kondisi itu Vanya seketika berdiri dan berjalan menjauh ke arah dapur.

Tidak tahu apa yang sedang dirasakannya. Vanya merasa gugup dan jantungnya berdebar dengan kencang. Tidak menyadari Natha yang berada di belakangnya, Vanya membalikkan tubuhnya dan seketika berdiri tanpa jarak dengan Natha. Tubuhnya kembali terpaku. Natha memberanikan diri menyentuh jemari Vanya perlahan dan menggenggamnya dengan lembut kemudian Natha melingkarkan lengan kirinya dipinggang mungil Vanya.

"Aku sudah lama menunggu untuk bisa bertemu lagi denganmu Vanya. Sikapku yang dulu tampak dingin padamu, itu karena aku menyukaimu. Mulai hari ini aku tidak akan bersikap seperti itu terhadapmu"

Vanya tidak menjawab perkataan Natha. Mulutnya terasa terkunci rapat hingga Vanya terkesiap karena merasakan hangat di bibirnya. Vanya terbangun dari lamunannya karena ciuman Natha. Bibir mereka saling terpaut dan terasa lembut, hangat dan basah. Bibir Natha berulang kali terasa menghisap dan mengecup lembut bibir Vanya yang berwarna merah jambu. Seakan tidak bisa menahan diri, Natha mulai memasukkan lidahnya ke dalam mulut Vanya dan membuat lidah mereka saling mengulum. Vanya tidak menolak ciuman itu, bahkan dia tampak menikmatinya. Natha menyadari reaksi Vanya dan membuat ciuman mereka menjadi lebih panas dan basah.

???

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience