Vanya&Dievo | 8 - Berlibur

Romance Series 4782

Vanya berusaha tidak mengingat hal-hal yang terjadi ketika bersama Natha di rumahnya. Meyakinkan diri bahwa dirinya sudah memiliki Dievo yang begitu dia cintai dan juga sangat mencintai dirinya. Menutup rapat-rapat ingatan kemesraan antara dirinya dengan pria lain.

Vanya menatap ke arah koper yang sedang digenggamnya kini dan seketika Vanya tersenyum. Dia akan pergi berlibur bersama dengan kekasih hatinya sebagai ganti hilangnya waktu kebersamaan mereka beberapa waktu lalu. Tanpa menunggu lama, mobil keperakan itu tampak sudah memasuki halaman rumah Vanya. Dengan segera Dievo berjalan mendekati Vanya dan menggenggam jemari mungil itu serta mendaratkan kecupan hangat pada punggung tangan kekasihnya.

***

Selama di dalam pesawat Dievo mencoba untuk beristirahat, namun tidak bagi Vanya, dia tidak dapat memejamkan matanya. Ketika sudah berada di dalam mobil menuju lokasi mereka menginap tiba-tiba kedua mata Vanya terpejam, terlihat begitu tenang. Dievo menyibukkan diri dengan memperhatikan ponsel miliknya dan memeriksa beberapa pekerjaan, hingga akhirnya tiba di lokasi dengan selamat. Nampak kedua bola mata berwarna hazel itu membulat ketika terbangun dari tidurnya dan mendapati pemandangan yang begitu indah.

"Apa kita sudah sampai?" Vanya bertanya dengan lembut.

"Kamu sudah bangun Vanya. Ayo kita turun sayang" Suara bass milik Dievo membuat Vanya tersadar dan terbangun sepenuhnya.

"Iya" Vanya terperangah, seakan tidak percaya dengan pemandangan indah yang tersaji di depan matanya. Dengan berusaha sekuat tenaga dia menyimpan rasa kagumnya itu.

Tangan kokoh dan hangat Dievo dengan perlahan membimbing Vanya untuk mengikuti langkahnya memasuki pintu masuk penginapan. Dengan sopan pegawai hotel menyambut kedatangan mereka berdua dan berjalan menunjukkan lokasi kamar yang di pesan Dievo. Vanya berusaha sekuat tenaga untuk tidak bereaksi secara berlebihan ketika melihat kondisi kamar yang begitu mempesona. Untuk satu kali ini saja Vanya merasa tidak keberatan ketika Dievo menghabiskan banyak uang hanya untuk membayar sewa sebuah kamar yang indah.

"Kamu suka sayang?" Suara nge-bass milik Dievo membangunkan lamunan Vanya.

"Iya. Ini luar biasa sayang. Terima kasih ya"

"Kamu tidak perlu berterima kasih. Karena semenjak kita resmi pacaran semua milikku menjadi milikmu juga"

Vanya tampak sibuk membereskan barang-barang miliknya namun Dievo dengan santai duduk di sofa. Tidak meminta Vanya untuk bergegas tetapi dengan sabar menunggu kekasih hatinya itu selesai bersiap-siap bahkan Dievo tidak keberatan jika harus membuat supir yang sudah disewanya untuk menunggu lebih lama. Dengan sopan Dievo mengirim pesan dan meminta supirnya untuk menunggu beberapa waktu lagi.

***

Dievo sudah mempersiapkan segalanya dengan matang. Untuk acara makan malam mereka sudah tersedia tempat yang begitu tampak indah dan suasana romantis begitu terasa ditambah dengan adanya alunan musik yang berasal dari seorang pemain gitar yang telah disewa oleh Dievo. Vanya tidak mampu memejamkan matanya melihat keindahan itu, terdapat banyak lilin yang diletakkan tepat di atas rerumputan hijau yang nampak asri seakan menyambut kedatangan sepasang kekasih itu. Suasana laut yang begitu menggelitik serta terlihat adanya seorang juru masak yang handal sedang sibuk mempersiapkan hindangan makan malam. Vanya seakan kehabisan kata-kata, hanya senyuman manis kebahagiaan yang terlukis indah diwajah cantiknya.

"Vanya. Apa kamu menyukainya?" Dievo memecahkan lamunan Vanya.

"Iya. Aku sangat suka. Terima kasih Dievo"

"Kamu sudah lupa ya sayang. Kamu tidak perlu berterima kasih. Cukup ungkapkan perasaanmu"

"Iya maafkan aku. Aku hanya merasa beruntung mendapatkan semua ini"

"Ini semua memang layak untukmu Vanya"

"I Love You Dievo"

"I Love You too Vanya"

Alunan musik yang berbaur dengan suara deburan ombak, pemandangan laut yang indah, aroma makanan yang memikat dan memanjakan lidah dengan cita rasa yang luar biasa. Kebahagiaan serta keceriaan terpancar dari wajah mereka. Senyuman manis diwajah keduanya selalu menghiasi suasana yang begitu romantis.

***

Terlihat jelas diwajah Vanya dan Dievo yang begitu bahagia menghabiskan waktu mereka bersama-sama. Genggaman tangan kokoh Dievo memberikan keamanan serta kenyamanan bagi Vanya. Mereka sudah kembali ke penginapan dengan kamar yang terpisah oleh dinding tebal yang terasa dingin dan kejam memisahkan sepasang kekasih yang sedang dimabuk asmara.

Vanya memutuskan untuk segera membersihkan tubuhnya setelah bepergian di bawah pancuran air hangat yang berhasil melepaskan rasa lelahnya. Dievo juga tidak dengan segera melangkahkan kakinya menuju kamar mandi dan membasuh tubuhnya yang kekar di bawah pancuran air hangat dan memberikan rasa nyaman.

Kedua sepasang kekasih ini seakan tidak ingin segera pergi ke dunia mimpi. Keinginan kuat bergemuruh di dalam hatinya seperti menjerit menginginkan kebersamaan itu untuk tidak berakhir. Melangkahkan kaki menuju balkon dengan perasaan yang gundah ingin merasakan dinginya angin berhembus seakan menusuk kulit. Tanpa sadar kini mereka saling bertatapan, kedekatan itu masih terpisah oleh tembok dingin yang kokoh. Hanya saling memandang penuh cinta dalam beberapa menit, lalu keduanya segera bergegas menuju pintu.

"Kamu belum bisa tidur ya?"

"Iya. Aku belum merasa ngantuk. Apa kamu juga belum bisa tidur?" Vanya berbalik bertannya kepada Dievo.

"Iya. Aku masih ingin berada didekatmu" Dievo menjawab dengan hati-hati.

"Aku juga masih ingin menghabiskan waktu bersamamu" Vanya menjawab malu-malu sehingga pipinya kini merona.

Mereka saling melemparkan senyuman dan pandangan penuh cinta. Dievo dengan hati-hati melangkahkan kakinya memasuki kamar Vanya. Seakan tameng yang menjaga kuat keinginannya untuk pergi ke kamar Vanya runtuh seketika. Vanya menggenggam erat serta membimbing tangan Dievo untuk memasuki kamarnya. Dievo berusaha dengan sekuat tenaga untuk tetap tenang dan menyembunyikan rasa yang bergemuruh di dalam hatinya. Vanya mencoba membuka percakapan agar dapat mencairkan suasana yang cukup menegangkan.

Mereka mulai nyaman dan tertawa lepas. Saling melemparkan senyuman. Perlahan mengikis pertahanan Dievo. Seakan tidak mampu menahan dirinya untuk tidak mencium bibir kekasihnya yang berwarna merah jambu. Dievo dengan perlahan dan hati-hati meraih jemari manis Vanya kemudian menggenggamnya erat. Seketika Vanya merengkuh lengan kokoh Dievo dan merebahkan kepalanya dibahu kekasihnya itu.

Beberapa menit berlalu dalam keadaan yang sunyi, yang terdengar hanya detak jantung keduanya. Tanpa menepis peran sebagai seorang pria, Dievo mengarahkan pandangan Vanya ke arah wajahnya, tidak berjarak dan membuat jantung mereka semakin berdegup dengan kencang. Kini tanpa ragu Dievo mengecup bibir seksi Vanya, kemudian mulai menghisap lembut dan perlahan. Seketika Dievo berhenti menyadari tindakannya yang tidak pantas.

Vanya memberikan sentuhan lembut pada pipi Dievo seakan memberi isyarat untuk melanjutkan ciuman mereka yang terhenti. Menyadari reaksi Vanya, Dievo memberanikan dirinya untuk bertanya "Apa kamu yakin tidak keberatan memberikannya padaku?". Vanya menganguk pelan sebagai jawaban dari pertanyaan Dievo. "Aku akan pastikan kita tidak akan terpisah oleh apapun. Agar kamu tidak menyesal melakukan ini bersamaku" Dievo berbicara lembut dengan nada suara yang nge-bass itu membuat wajah Vanya semakin merona.

Dievo dengan perlahan mengecup hangat bibir Vanya, kali ini dia sudah mulai memasukkan lidahnya ke dalam mulut Vanya,  saling mengulum dan semakin intens. Perlahan tangan kokoh Dievo mulai memasuki bagian dalam pakaian serta menyentuh halus dan menjelajahi tiap inci tubuh seksi Vanya, gerakannya berhenti tepat di kedua buah dada milik Vanya yang terlihat ranum dan tampak menyumbul serta kenyal. Seakan sudah mendapatkan ijin dari pemiliknya, maka tanpa ragu Dievo memberikan sentuhan demi sentuhan yang menyulut gairah Vanya dan mulai memberikan serangan cinta.

Dievo menanggalkan pakaian Vanya satu demi satu hingga tidak ada satu helai benangpun yang menempel di tubuh indah itu. Menikmati pemandangan yang begitu indah tersaji di depan matanya, membuat sorot mata Dievo semakin tampak menggelap karena gairah yang meningkat. Vanya melakukan hal yang sama, dia tanpa ragu berusaha untuk menanggalkan pakaian Dievo dan membuat tubuh kekar dan seksi itu telihat jelas dan membuat aliran darah Vanya mengalir semakin deras.

Kecupan demi kecupan diberikan Dievo untuk tiap inci tubuh Vanya hingga terdengar desahan pelan dari bibir seksi Vanya. "Ahh..Ouh..Ahh..Ouh.." seolah tidak mampu menahan kenikmatan yang diberikan oleh Dievo. Dievo mulai mengarahkan wajahnya ke arah buah dada Vanya yang kini tampak jelas menantang seakan minta diperhatikan. Dengan bergairah Dievo mulai mengulum buah dada seksi itu serta menghisap lembut hingga ke bagian pangkal buah dada Vanya yang mulai tampak mengeras. Kecupan panas Dievo kini bergeser ke arah bawah menuju organ intim Vanya, mengecup lalu mengisap pelan hingga menggoyangkan lidahnya dengan seksi disana. Desahan demi desahan terdengar. Vanya tampak tidak mampu menahan reaksinya menikmati setiap serangan cinta yang diberikan oleh Dievo. "Kamu suka sayang?" Dievo berbicara lembut nyaris berbisik. "Ahh..Ouh..Ahh..Iya sayang!". Kini jemarinya ikut mengambil peran menggesekkan pelan organ intim  kekasihnya dan membuat Vanya semakin mendesah tanpa henti.

Vanya memberanikan diri untuk menyentuh kejantanan milik Dievo yang terlihat fantantis dan membuat mata Vanya membulat ketika memandangnya. Dengan perlahan Vanya mulai menggesekkan tangan hangatnya dan kini mulai mengulumnya dengan bergairah. "Ahh..Ouh..Ahh..kamu hebat sayang" Dievo mengerjapkan kedua matanya serta mengeluarkan desahan yang terdengar sangat seksi ketika menerima serangan cinta dari Vanya yang bergairah. Seakan tidak ingin menunda lebih lama, Dievo merebahkan tubuh Vanya di atas kasur. "Apa kamu bisa menahan rasa sakitnya sayang?" Dievo berbisik. "Iya sayang, kamu tidak perlu hawatir" Vanya berusaha meyakinkan Dievo.

Perlahan Dievo mulai membenamkan kejantanannya ke dalam organ intim Vanya. Tampak sekilas Vanya meringis tapi seketika berubah menjadi desahan nikmat. "Ahh..Ouh..Ahh..Ouh..". Vanya semakin mendesah tak karuan, merasakan kenikmatan yang luar biasa untuk yang pertama kalinya bersama Dievo. "Ahh..Ouh..nikmat sayang..sangat nikmat..Ahh..Ouch..". Terdengar Dievo juga mendesah karena merasakan nikmat bercinta dengan kekasih hatinya. "Jangan berhenti sayang..Ahh..Ouh..Ahh..Ouh..yes sayang..nikmat..Ahh..Ouh". Vanya terus-menerus mendesah dan membuat Dievo semakin bergairah. "Ouh..Yes..Ahh..Ouh..desahanmu sangat seksi sayangku..Ahh..Yess..Ouh.." hingga keduanya mengerang bersamaan menandakan pelepasan nikmat yang luar biasa. Dievo memberikan goyangan ranjang yang begitu hebat dan luar biasa dan terasa begitu nikmat hingga tidak mampu untuk berhenti.

"Maaf sayang. Aku begitu menikmati percintaan kita hingga aku melakukannya di dalam" terdengar suara Dievo menyesal.

"Iya tidak apa-apa sayang, aku juga menikmatinya" Vanya tampak tidak kebaratan Dievo melakukan pelepasan itu di dalam, karena Vanya juga tidak bisa menghentikan gairahnya yang sudah tersulut oleh sentuhan serta serangan cinta Dievo.

"Terima kasih sayang. Kamu mau melakukannya bersamaku" Dievo tampak bahagia.

"Iya sayang, karena aku juga menginginkan dirimu yang menyentuhku untuk yang pertama kalinya". Vanya menjawab dengan berbisik.

"Kamu begitu nikmat sayang, membuat aku tidak mau berhenti untuk melakukannya bersamamu".

"Aku tidak akan menolak jika kamu mau melakukannya lagi suatu hari" Vanya menjawab dengan nada menggoda.

"Maka aku tidak akan bisa berhenti menikmati keindahan tubuhmu sayang"

Vanya dan Dievo mencoba istirahat setelah proses percintaan di ranjang yang begitu panas. Kini kedunya tertidur dengan posisi saling memeluk, tampak kelelahan serta kepuasan di wajah dua sejoli yang sedang di mabuk asmara.

???

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience