Vanya&Dievo | 2 - Kecemasan

Romance Series 4782

Selama beberapa hari Dievo serta yang lainnya berusaha mencari keberadaan Vanya, tetapi yang didapat hanyalah rasa kecemasan. Segala cara sudah ditempuh Dievo tetapi tetap tidak bisa melacak dimana Vanya berada. Walaupun mendapat bantuan dari berbagai pihak untuk mencari, tetapi hanya menemui jalan buntu.

Menyerah, mungkin itu yang terpikirkan, tetapi Dievo membuang jauh-jauh pikiran itu, dia tetap melakukan berbagai hal hanya untuk menemukan kekasih hatinya.

***

Vanya berhenti dan melihat ke arah belakang, dilihatnya mobil hitam yang sudah mengantarnya sudah pergi semakin menjauh. Vanya melangkah perlahan menuju pintu pagar rumahnya. Dievo menyadari ada seseorang yang datang mendekati pagar, dengan cepat dia berlari dan melihat siapa sosok yang sedang berjalan perlahan.

Seketika Dievo memeluk erat Vanya. Tidak banyak berkata-kata, hanya memeluk hangat kekasihnya yang sudah menghilang tanpa kabar selama beberapa hari. Dievo memandangi dengan lekat, dari ujung rambut hingga ujung kaki, melihat dengan seksama, merasa hawatir takut kekasihnya itu terluka. Dengan lembut Dievo langsung menggendong Vanya menuju kedalam rumah.

Keluarga Vanya merasa sangat bahagia karena Vanya sudah kembali dengan keadaan selamat tanpa kurang satu apapun. Vanya terdiam terpaku, tidak satu katapun terucap dari mulutnya dan membuat semua orang merasa hawatir.

***

Vanya menemukan ponsel pintarnya tergeletak di atas kasur miliknya. Kini dia memahami kecemasan semua orang terhadap kondisinya. Terlihat puluhan panggilan masuk yang tidak terjawab dari Dievo beserta voice note miliknya, terlihat juga puluhan pesan singkat yang belum terbaca dari orang yang sama. Vanya kembali meletakkan ponsel pintarnya di atas meja rias miliknya.

Terdengar kembali suara panggilan masuk. Berat rasanya Vanya untuk melangkah  mendekati ponsel miliknya dan menerima panggilan masuk yang terus mengeluarkan suara seorang penyanyi cantik.

Vanya hanya berdiri dan terdiam melihat ke arah luar rumah dari jendela kamar miliknya. Tidak lama kemudian Vanya melihat mobil dengan warna silver metalic yang sangat dikenalnya datang mendekati gerbang rumah.

Vanya berusaha berfikir jernih, bertanya-tanya dengan dirinya sendiri mengapa dia menghindari Dievo kekasihnya. Sesungguh hal yang dilakukan Dievo adalah hal yang wajar dan akan dilakukan juga oleh banyak pria jika mengetahui kekasihnya menghilang.

***

Dievo menyadari kehadiran Vanya dan melihat kekasihnya itu berjalan perlahan menuju ruang tamu yang berada di lantai dasar. Terlihat wajah yang begitu menenangkan dengan warna rambut blonde caramel  tergerai indah yang terlihat begitu mempesona serta pandangan mata yang hangat dengan binar mata berwarna hazel dan garis lengkungan senyum yang terlihat begitu memikat. Sosok yang Dievo rindukan selama beberapa hari tidak muncul dihadapannya, kini berada tidak jauh dari jangkauannya.

Seketika Vanya memeluk erat Dievo dan meneteskan air matanya. Dievo menyadari hal itu dan membalas pelukan Vanya dengan penuh cinta. Vanya merasa tenang dan aman ketika berada dalam rengkuhan tangan kokoh milik Dievo, itulah hal yang paling Vanya sukai tentang Dievo.

"Vanya.. apa kamu baik-baik saja?" Dievo berusaha memulai percakapan dengan sangat hati-hati.

"Iya sekarang aku sudah lebih baik"

"Sebelumnya apa yang sudah terjadi? Apa kamu terluka?" Suara Dievo terdengar hawatir.

"Aku tenggelam ketika berenang karena aku mendapat serangan kram pada otot kakiku secara tiba-tiba. Tetapi aku masih beruntung karena ada seseorang yang menolong dan membawaku ke rumah sakit" seketika Vanya merasakan genggaman tangan Dievo semakin kuat.

"Aku temani kamu ke dokter ya sekarang!?"

"Tidak usah, kondisiku sudah baik-baik saja, kamu tidak perlu hawatir Dievo"

"Maafkan aku karena tidak ada bersamamu ketika kamu terluka" Terdengar suara Dievo menjadi berat karena perasaan bersalahnya.

"Tidak apa-apa, itu bukan kesalahanmu. Justru aku yang harus meminta maaf. Aku ceroboh dengan tidak membawa ponsel ketika sedang bepergian sehingga aku tidak bisa menghubungimu ketika aku di rumah sakit" Vanya berusaha menahan air matanya menetes. Dia tidak ingin Dievo merasa semakin bersalah.

"Apa aku harus mengantarmu untuk pemeriksaan ulang?"

"Ah tidak perlu Dievo, kata dokter kondisiku sudah membaik, dokter juga sudah meresepkan obat untuk aku minum"

"Baiklah, tetapi jika kejadian seperti kemarin terulang, jangan halangi aku untuk membawamu ke dokter untuk diperiksa"

"Iya Dievo, aku pasti akan menuruti kemauanmu. Jika kakiku terasa sakit lagi, kamu orang pertama yang akan mengetahuinya" Vanya berusaha memberikan senyuman terbaiknya untuk menenangkan perasaan Dievo.

"Aku hanya menghawatirkan kondisi kesehatanmu karena aku mencintaimu Vanya"

"Aku juga mencintaimu Dievo"

Vanya dan Dievo kembali berpelukan. Suasana terasa begitu menenangkan. Rasa cinta yang dimiliki Dievo begitu besar terhadap Vanya sehingga membuatnya begitu terluka ketika kekasih hatinya sedang terbaring sakit tetapi dirinya tidak bisa berbuat apa-apa. Sejenak Dievo merasa dirinya tidak berguna.

Genggaman hangat jari jemari milik Vanya mampu membendung kecemasan yang sedang Dievo rasakan terhadapnya. Tampak sedikit kesedihan dimata indah milik Dievo namun seketika dapat berubah menjadi tatapan yang hangat serta melindungi ketika memandang wajah cantik Vanya. Hanya Vanya yang mampu membuat Dievo tidak bisa melakukan apapun termasuk berkonsentrasi dalam bekerja karena rasa hawatirnya terhadap  kondisi Vanya.

Senyum yang memukau mampu mematahkan hati para wanita terlukis indah di wajah rupawan milik Dievo. Vanya merasa mungkin hanya dirinya yang melihat Dievo dengan cara yang berbeda. Baginya Dievo bukanlah orang yang dingin ataupun tidak peduli melainkan sosok yang begitu manis dan penuh perhatian, seseorang yang mampu melewati lautan jika itu yang dia inginkan walau hanya untuk bertemu dengan kekasih hatinya Vanya. Dievo juga seseorang yang mampu menahan emosinya ketika sedang bersama Vanya.

???

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience