Airmataku sudah jatuh berlinangan bersama tangan yang terketar-ketar menahan takut. Aku mengeringkan wajah dari air mata dengan tissue. Benda sial dan celakalah yang terpaksa aku hadapi hari ini.

Hari ini aku terlambat masuk kelas dan Prof. Carl melarangku menghadiri ujian. Aku memang tak ada masa nak belajar kerana Anthony menghalangku dari balik dan lepak semalaman di Cafe tempat teman-temannya berkumpul.

Semalam aku harus menggalas peranan sebagai kekasih Anthony untuk membuat salah satu bekas kekasihnya cemburu.

Aku benci lelaki tampan tapi perangai hauk macam ni terutama saat dia berani menciumku di khalayak ramai. Setan!

Air mataku mengucur semakin deras mengingatnya. Dia sudah keterlaluan. Aku memang tak dapat menolak permintaannya tapi dia sudah gila. Harga diriku diinjak-injak sesuka hatinya.

Dia memang Boss dan aku hanya kuli, tapi dia tidak boleh menghinaku seperti itu dan memperlakukan aku ikut mahunya.

Bodohnya aku tak pernah dapat berbuat apa sekalipun dia telah memperlekehkan harga diriku. Bahkan saat aku gagal masuk kelas ujian seperti ini pun aku masih lagi tak berani memakinya.

Aku ingin melakukannya tapi aku tak dapat. sumpah aku tak kuat.

Seseorang menepuk bahuku dari belakang. Aku tak berani menoleh dengan wajah sembab yang memalukan ini.

Padahal aku sudah memilih meja paling hujung yang tertutup agar tak ada siapa yang melihat wajah burukku sememeh dengan mascara dan celak mata yang sudah meleleh dek airmata.

Tepukan itu kembali terasa di bahu sambil menyebutkan namaku dengan sangat perlahan.

“Anthony mencarimu,” bisik Eve.

“So?” sahutku enggan.