Keesokan malamnya, aku bekerja shift pagi. Setelah balik kerja, aku singgah membeli makanan di luar. Sampai di rumah, aku melihat June sudah pulang dan sedang makan mi segera.
“Tak makan nasi ke?” tanyaku.
“Tengah bulan…” jawabnya pendek sambil menonton film di HP kecilnya.
“Aku ada tablet. Jomlah tengok film guna tablet aku,” kataku.
“Boleh juak. Sakit mata, owhhh, tengok guna skrin kecil. Cerita apa kau nak tengok? Aku ada Netflix,” balasnya.
“Cerita hantu,” jawabku sambil tertawa kecil. June hanya tersengih.
Setelah mandi, mencuci baju, dan makan, aku menyalakan Netflix di tabletkku. Aku pilih cerita *The Conjuring*.
June kelihatan agak takut, sementara aku tetap santai.
“Kau tak takut kah?” tanya June.
Aku mengangkat Bible dan rantai salib yang selalu kubawa. “Selagi Tuhan ada, jangan takut…” jawabku dengan yakin.
June memandangku serius. “Aku nak tanya pendapat kau.”
Aku menurunkan volume tablet. “Pasal apa?”
June menghela napas panjang. Dia berbaring di atas tilamnya, matanya memandang ke arah langit-langit kamar.
“Hmmm… boleh kah seseorang berdoa kepada Tuhan, tapi dalam hidup dia, dia membela jin, hantu, atau saka?” tanyanya.
Aku agak terkejut mendengar pertanyaannya. Ini soalan yang berat. Aku pun baru baca Bible sampai dua halaman.
“Kenapa tanya macam tu?” balasku ingin tahu.
June hanya mengeluh pelan. Dia membalikkan badan. “Aku nak tidurlah. Nanti buka lampu kecil kalau tutup lampu besar,” katanya tanpa menjawab pertanyaanku.
Aku menguap, rasa lelah mulai terasa. Aku mematikan tablet, mematikan lampu utama, dan menyalakan lampu kecil di sudut kamar, dekat pintu. Sebelum tidur, aku sempat berdoa selama lima menit. Dalam keheningan malam, aku mendengar June sudah terlelap, lengkap dengan dengkur halusnya.
Aku pun menarik selimut dan menutup wajahku dengan kain, seperti kebiasaanku. Tidak lama kemudian, aku ikut terlelap.
Share this novel