Bab 3 [Menikahi Zara?]

Romance Completed 1670

Dengan baju berantakan, Daniel diseret kasar oleh pemuda yang baru saja ia ketahui sebagai kekasih Katrina. Seorang pengusaha sukses yang cukup banyak menguasai pasar. Itu semua tampak jelas dari pakaian mahal yang ia kenakan. Tuxedo hitam bermerk kelas atas tentu berbanding jauh sekali dengan pakaian Daniel dari sisi mana pun.

"Berani lo ganggu kekasih orang anak muda," kata pemuda itu gelap mata. Maju menarik kaos Daniel kasar "akan berurusan lebih jauh dari ini," lanjutnya.

Brakkk.

Rekan kerja Zara pun akhirnya terhuyung menabrak pintu yang baru saja Katrina lewati. Gadis itu hanya tersenyum menjijikan di hadapan mantan kekasihnya.

"Daniel Satria Muda. Kekasih gue bukan cuma tampan dan kaya," ujarnya sambil mengelus pipi Bas mesra. "Tapi pahlawan yang perkasa. Jadi pergilah sebelum sekuriti menendangmu," lanjutnya. Memberi lambaian tangan dalam pelukan sang kekasih.

Andai kau tahu Daniel, di luar sana ada gadis cantik yang begitu paham perasaanmu, walaupun kau selalu memberinya harapan palsu.

Dalam keadaan babak belur sekalipun Daniel tetap berjuang sampai api yang Bastian-kekasih Katrina- sulutkan padam. "Gue akan merebut hati lo lagi Katrina. Setelah semua yang gue perjuangin kembali seperti sedia kala." bantahnya tak mau kalah.

"Lakukan!" bentak Katrina.

"Enggak ada yang larang lo berhayal tuan, sampai pada akhirnya lo gila." Hanya suara tawa yang terdengar sayup-sayup di telinga Daniel. Kemudian ia pergi membawa pedih.

Tibalah sang pemuda menyedihkan itu di taman biasa ia singgahi. Duduk termenung dengan lampu jalan yang temaram. Pengguna jalan mulai berkurang menyisakan orang yang berjalan terseok mendekat ke arahnya. Daniel terkejut saat melihat orang itu adalah...

"Zara?" ia berdiri menahan tubuh sang gadis yang nyaris terhuyung. Wajahnya merah, bicaranya aneh dan Daniel berdecak karena tanpa sengaja ia mencium aroma dari mulutnya. Bisa-bisanya dia mabuk, desis pemuda itu frustasi.

Apalah daya, kini Daniel tak sanggup menggendong tubuh rekannya, ia hanya mampu menyampirkan tangan Zara ke pundaknya untuk dipapah. Perlahan-lahan Daniel membawanya pergi.  Ia merasa menjadi teman yang egois sekarang, rumah Zara saja ia tidak tahu. Menyedihkan!

Sampai pada akhirnya ia mendapati seseorang yang pernah hadir dalam kehidupannya di masa lampau.

Ia lelaki berwajah tirus, asli keturunan Sunda, berbadan tinggi dan selalu disegani. Dan lagi, ia adalah mantan kekasih Katrina. Tanpa sengaja mereka berpapasan di waktu yang kurang tepat. Pemuda bernama Yogi turun dari mobil mewah yang diciptakan hanya sebanyak hitungan jari.

"Lama tidak berjumpa, lo masih jadi parasit dalam qhidupnya?" Mata Yogi melirik Zara yang tak sadarkan diri. Kemudian memandang Daniel meremehkan.

"Cih, dia yang datang di hidup gue. Berhenti men-judge orang Yogi. Gue tahu lo kaya tapi gue masih punya harga diri." Di sinilah emosi Yogi mendidih, bermaksud menampar namun gagal karena melihat Zara.

"Berikan dia padaku!"

"Enggak akan, gue yang harus membawanya pulang," Daniel berkilah menahan bobot tubuh Zara. Wajah gadis itu cukup menggelitik perpotongan lehernya, sebut saja memeluknya.

Tapi Yogi bersikeras menarik pinggang Zara, "Lo nggak tahu rumah Zara. Biar dia sama gue aja," seolah dapat membaca pikirannya, Daniel merasa terhina dan membelalakan mata.

Entah datang kelicikan dari mana Yogi mengajukan sebuah penawaran. "Oke! Zara gue antar pulang dan lo akan gue bantu menjadi kaya. Seperti dulu lagi, bagaimana?" Yogi menyeringai licik.

Dibuat bingung setengah mati, Daniel menerawang mata Yogi yang mengatakan hal itu dengan sadar.

"Itu tidak lucu." gertak Daniel kesal.

"Gue bukan orang yang suka bercanda. Dengan begitu lo bisa merebut Katrina-lo kan?" Yogi mengeluarkan kartu nama sebagai jaminan bahwa ia tak berbohong.

"Sekarang, berikan Zara!"

Daniel mematung. Menatap kartu nama yang ada di tangannya lalu memandang kepergian Yogi yang membawa Zara dari pelukannya.

Apa kau tidak merasakan sedikit pun rasa cemas pada orang yang sudah membangkitkanmu dalam keterpurukan Daniel? Tanpa tahu ia juga sedang dalam masalah besar.

***

Rembulan malam ini mulai menyusup di peraduan. Matahari tampak cerah berwarna oranye nan merona. Begitu indah bila dipadukan dengan pemandangan pagi hari yang memanjakan mata. Yogi praha putra. Terus memandangi seseorang yang terlelap di kamar tamu miliknya. Ia adalah Zara. Sahabat kecil yang begitu membencinya.

Merasa ada yang memperhatikan, Zara mengerjapkan matanya berkali-kali. Hari sudah siang rupanya, tapi siapa orang yang sudi menyibakkan gorden kamarnya?

Tunggu. Gadis itu berdecak memegang kepalanya, sial. Kamar siapa yang ia singgahi? Dark blue? Menarik. Eh, mengapa juga harus memujinya. Memalukan.

Terlalu lama sibuk dengan pikirannya, ia tak sadar jika ada seseorang yang datang mendekat.

"Selamat pagi Barbie pink," Barbie pink? Ini kali kedua ia dipanggil Barbie akhir-akhir ini.  Zara tertohok mendapati orang yang tak asing di depan arah pandangnya.

Di hadapan Zara, Yogi membawa nampan berisi sandwich dan susu putih. Teringat kembali pada masa di sekolah dasar, setiap hari ia sarapan bersama di bangku taman bermain dengan semangat. Hingga kejadian di sekolah menengah pertama yang menyedihkan, semua seolah terlupakan.

"Pagi" Zara tidak terkejut. Ia justru menatap Yogi penuh iba. Kenapa semua yang manis cepat berlalu, pikir Zara kalap. Ah, yang lalu biarlah berlalu.

"Kau tidak marah? Aku membawamu pulang karena..." belum usai Yogi bicara, Zara sudah memotongnya cepat.

"Aku tahu. Terima kasih," kemudian ia menunduk dalam. Tanpa tahu kebusukan apa yang tengah terjadi karenanya.

Sedangkan si pemuda hanya mampu menghela napas kasar. Kemudian meminta Zara untuk mandi dan sarapan. Tarikan senyum Yogi tidak pernah luput untuk Zara di pertemuan pertama, sejak permusuhan itu menghancurkan segalanya.

***

Nomor yang anda tuju tidak dapat dihubungi. Cobalah beberapa saat...

Klek...

Dengan kesal Daniel membanting handphone-nya di atas ranjang, duduk di tepian sambil menjambak kasar rambutnya kesal. Ia marah, menyesal juga takut. Mengapa dengan bodohnya Zara ia berikan pada Yogi hanya karena penawaran yang menjanjikan. Sialan, ia baru sadar jika Zara bukan barang. Dan lagi, bagaimana keadaan Zara pagi ini?

Ia menoleh ke arah meja, kartu nama yang Yogi berikan masih terkapar lemah di sana. Bergerak cepat ia hubungi pemuda picik itu sekarang.

"Di mana Zara kau bawa bodoh?" tanpa kata sapaan, Daniel geram dan langsung pada topik pembicaraan. Ini penting.

Benarkah Zara masih kau anggap penting? Setelah luluh karena bualan Yogi menyangkut nama Katrina? menyedihkan.

Brakkk...

"Kakak, ada yang mau ketemu sama lo," pintu kamar Daniel terbuka lebar karena bunyi berdebam yang sangat kasar. Yana Satria Muda. Adik dari Daniel tergesa-gesa menuju kamar kakaknya dengan seragam putih abu-abu yang akan bersiap ke sekolah.

Plip. Sambungan terputus. Dan Daniel menatap kesal pada adiknya yang lancang mengganggu privasinya.

"Apa-apaan lo ini, gue lagi ada telepon penting," Yana berkacak pinggang ikut kesal.

"Tamu di depan mencari adiknya yang bernama Zara. Lo sembunyikan di mana gadis itu, bodoh," pletak. Sebelum pergi Yana menjitak kepala kakaknya karena geram. Dan ia pun pergi sambil membanting pintu kembali.

"Kakak Zara mencarinya? Jadi gadis itu belum pulang? HAH INI GILA!"

***

Meja makan rumah Yogi.

Antusiasme Zara bergelora menatap makanan yang sudah  jarang ia makan akhir-akhir ini. Ada susu putih, cokelat dan strawberry. Ada jus jeruk dan alpukat. Banyak sekali? Zara hanya berujar dalam hati.

Sandwich yang tersisa Zara tandaskan dengan lahap setelah sepotong donat ia habiskan. Pipinya mengembung saat mengunyah makanan tersebut.

"Hei pelan-pelan nanti kau tersedak Barbie," ujarnya mengusap halus pucuk kepala gadis itu. Yogi menyodorkan susu putih untuk Zara minum.

Bersusah payah menelan makanan yang telah dihaluskan kemudian Zara membalasnya "Jangan panggil aku Barbie, aku bukan anak kecil lagi," Zara mengembungkan pipinya kesal, namun tidak marah.

Sedang asyik bercanda justru kini hp Yogi bergetar tanpa suara, ada yang menelepon rupanya. Ia mengacungkan hp-nya ke arah Zara, memberi syarat bahwa ia akan menjauh untuk angkat telepon sejenak.

"Di mana Zara kau bawa bodoh," suara di seberang sana tampak emosi dan tak kira-kira. Suaranya seperti toa tak kasat mata. Huh, Yogi tahu betul siapa pemilik suara ini.

***

Di sini. Di rumahnya sendiri, Daniel dilahap mentah-mentah oleh tatapan menusuk kakak dari rekan kerjanya yang kemarin ia abaikan untuk pulang bersama. Sekarang ia baru menyadari kesalahannya, jika kemarin Zara ia antar pulang urusan selesai. Tapi?

See!!

Kakak Zara yang ia tahu bernama Natasya itu sangat garang. Daniel seolah sedang menculik adiknya untuk diperdagangkan. Faktanya, lelaki itu bahkan ikut cemas tak jelas.

"Jadi di mana Zara?" Mungkin jika suara Natasya direkam, kalimat tersebut adalah kalimat yang sama persis diulang sebanyak 7 kali.

"Dia bersama..." tunggu-tunggu. Mana mungkin ia jujur, Zara bahkan dirinya juga akan kena imbasnya langsung nanti. Jadi buat alasan. Alasan. Alasan. Alasan.

Merasa dipermainkan Natasya menggebrak meja hingga toples kue kering ikut bergetar, lebih parahnya lagi air minum yang disuguhkan pun tumpah.

"Cepat katakan, aku harus menemui dia secepatnya atau lo yang akan gue laporkan ke polisi."

Hah polisi? Yang benar saja. Dasar gadis bar-bar, menyusahkan saja.

"Jadwal pemotretannya pagi, ia akan pulang siang ini. Aku jamin ia pulang selamat bersamaku." Bersamaku? Ah, bodohnya. "I-iya bersamaku."

Skak. Daniel total frustasi sekarang. Setelah ia berhasil mengusir gadis aneh yang notabene kakak Zara, penelusuran harus gencar ia lakukan. Sebelum nyawanya juga digantungkan.

"Sekarang pul- " belum usai Daniel bicara tampaknya Natasya beranjak dari duduknya memotong kalimat lelaki arogan di hadapannya.

"Tak perlu mengusirku kecebong, cari adikku atau lo harus nikahi dia," Natasya menatap Daniel dengan sorotan mata yang tajam, mukanya merah karena kesal.

Tapi rekan Zara satu ini hanya mendengus saat Natasya akhirnya berlalu pergi begitu saja. Memang dia siapa menyuruhku menikahi Zara, gumamnya dalam hati. Sesaat kemudian matanya terbelalak hebat.

Menikahi Zara?

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience