“Grrr! Grrr!”
Raksasa itu tak dapat diam. Sesuatu telah membuatnya merasa tak enak. Dia terus berguling-guling tak menentu di atas tanah basah bekas hujan. Luka di dadanya mengeluarkan banyak darah. Dia tampak meringis dan menangis kesakitan. Walau tubuhnya begitu tegap dan gagah, siapa tahu ada kerentaan di balik hatinya. Bahkan dia sudah terlihat lemah. Dia terus menahan darah yang hendak keluar dari dadanya. Matanya basah berlinang menahan sakit yang teramat sangat mencekam. Bibirnya kelu tak bersuara. Hanya tiga kata yang dapat dia desahkan lewat bibir hitamnya yang penuh darah.
“Aku bukan raksasa…”
Share this novel