"Pengkhianat!!," Tok Ajirama berteriak kepada Saka Kerdil yang tersengih memandang mereka.
Ketua yang menjadi harapan tersungkur menyembah bumi, pengikutnya terdiam seribu bahasa, orang yang dipercaya menikam dari belakang dan musuh bertempik kegirangan.
"Dasar pengecut!!," Mahmud mengatur langkah hendak menyerang Saka Kerdil, namun tiba-tiba satu bisikan mengarahkan mereka untuk meninggalkan medan perang.
"Pergi!! dan tunggu, harinya akan tiba!," suara itu menghilang.
Ketua yang menjadi harapan kini tersungkur menyembah bumi, pengikutnya terdiam seribu bahasa, orang yang dipercaya menikam dari belakang dan musuh bertempik kegirangan.
"Dasar pengecut!!," Mahmud mengatur langkah hendak menyerang Saka Kerdil, namun tiba-tiba satu bisikan mengarahkan mereka untuk meninggalkan medan perang.
"Pergi! dan tunggu! harinya akan tiba," suara itu menghilang.
Tok Ajirama, Mahmud serta yang lainnya pun lantas menghilang, para musuh hendak mengejar namun dihentikan oleh Nyi Kembara.
"Tidak perlu dikejar, nanti mereka pasti datang sendiri!," ucap Nyi Kembara menarik pedang di punggungnya, lantas dia memenggal kepala Megat Angkasa dan dibungkus dengan kain hitam, wajahnya mengukir senyuman kemenangan.
Share this novel