“Tok Ayah, kenapa kami harus dihukum atas kesalahan orang lain??” Soalku pada Tok Ayah dengan tangisan yang tak mampu ku tahan. Tok Ayah terdiam, mata cengkungnya merenung aku dan Redza.
“Tok ayah..dulu Tok Ayah pernah cakap pada Shika, seorang perempuan yang baik, akan diberi oleh Allah jodoh yang baik. Kalau Redza bukan suami yang baik buat Shika bermakna Shika bukanlah perempuan yang baik kerana Allah tidak memberikan jodoh yang baik.” Esakku terasa berputus asa hendak memenangi hati Tok Ayah semula. Hampir tidak bpercaya melihat airmata Tok Ayah mengalir dipipinya.
“Shika benci Tok Ayah??” Soal Tok Ayah memandangku.
“Tidak..Shika tak pernah benci Tok ayah. Shika tetap cucu Tok Ayah dan anak kami yang bakal lahir nanti adalah cicit Tok Ayah.” Kataku memegang tangan kaku Tok Ayah.
“Maafkan Tok Ayah..” Ucap Tok Ayah semakin perlahan, aku tak dapat menahan tangisan memeluk erat tubuh kurus Tok Ayah.
“Maafkan Tok Ayah, Redza.” Ucap Tok Ayah lagi.
“Sudahlah Tok Ayah, kita lupakan apa yang telah lepas. Saya nak ucap terima kasih kerana sudi menerima saya.” ada kelegaan yang terpancar diwajah Redza.
“Isyak dah lama masuk ni, mari kita solat.” Kata Tok Ayah, aku dan Redza berpandangan penuh kesyukuran.
Malam itu buat pertama kalinya Tok Ayah solat berimamkan Redza, akulah yang paling bahagia, melihat Tok Ayah mengaminkan doa Redza.
Ada kebahagiaan yang terpancar di wajah Tok Ayah ketika Redza mencium tangan kakunya, barangkali api dendamnya sudah terpadam dan dia mula melihat kebaikkan Redza dan akulah orang yang paling bersyukur kerana Allah telah memperkenankan doa kami.
Share this novel