Dengan kematian Megat Angkasa, awan menjadi hitam memenuhi langit, hujan pun turun dengan deras seperti menangisi orang tercinta. Normila yang bersama ibu Sunti terduduk sambil meneteskan airmata, dia tahu maknanya dengan keadaan yang terjadi sekarang. Tok Pi juga memiliki firasat yang sama.
Tok Pi mencari tempat berteduh dan merenung wajar sikembar Adi Kencana dan Adi Kesuma waris penyambung perjuangannya Megat Angkasa untuk mencari kedamaian. Dalam hati dia merasa berang dengan perbuatan Nyi Kembara, walaupun sekilas dia bisa melihat apa yang terjadi di medan tempur.
"Jahanam kau Nyi Kembara!!!," sumpah Tok Pi dengan berang.
..........
Singgahsana yang tersergam indah, Sri Dewaja duduk sambil memandang kebawah, tempat para pembesarnya berada. Kelihatan Nyi Kembara dan Saka Kerdil sedang bersujud menghadapnya.
"Bagaimana Kembara! apakah rancanganmu berhasil?," ucap Sri Dewaja sambil mengelus janggutnya yang lebat.
"Tuan! hamba persembahkan, Megat Angkasa!," ucap Nyi Kembara membuka kain hitam dan terserlah kepala Megat Angkasa yang dipancungnya tadi.
Riak wajah Sri Dewaja menjadi cerah, musuh yang selama ini ingin dimusnah akhirnya tercapai jua.
Share this novel