BAB 1

Fanfiction Completed 372

Hujan turun lagi hari ini. Aku sungguh beruntung membeli jaket ini tiga minggu yang lalu. Sempat aku mengira jaket ini hanya bualan saja seperti produk-produk aneh lainnya. Bagaimana mungkin sebuah jaket yang berfungsi sebagai mantel hujan namun dapat dipakai di musim panas kerana bahannya yang sama seperti jaket pada umumnya, hanya saja bahan luarnya memang didesain untuk menolak air. Namun kenyataannya jaket ini memang sesuai dengan fungsi yang dijelaskan dalam situsnya. Bahkan mereka bilang model jaket seperti ini sudah lama ada di negara lain namun hanya sedikit yang benar-benar memproduksinya di Indonesia. Tampaknya aku saja yang ketinggalan informasi.

Aku berhasil mencapai gazebo favoritku. Dua bangku kayu panjang dengan meja di tengahnya, dan sebuah kanopi yang melindungi dari hujan. Tempat ini sudah menjadi favoritku sejak aku bertemu dengannya pertama kali enam bulan yang lalu, tepat pada saat momen pergantian tahun. Tak lama kemudian suara yang familiar itu memanggilku dari arah belakang gazebo yang mengarah ke hutan kota.

“Sudah lama ya?”

“Tidaklah. Aku bahkan belum sempat lepas jaketku.” Aku menepuk tempat kosong di sebelahku, “duduk sini.”

Gadis itu beranjak duduk di sebelahku dan mengeluarkan sebuah wadah merah berbentuk oval seperti telur.

“Buat kamu,” katanya sambil memberikan benda itu.

“Apa ini?”

“Bukannya sudah kelihatan kalau itu telur?”

“Bentuknya memang seperti telur, tapi aku tak tahu ada telur semacam ini.” Aku amati lebih jauh benda itu. Daripada sebuah telur, benda itu mirip dengan wadah cincin, hanya saja tidak berbentuk kotak dan berbahan kain.

Aku membuka wadah oval itu dan menemukan sebuah litar terintegrasi hitam, dengan garis-garis putih di permukaannya.

“Tunggu, ini litar kan? Kenapa kamu…”

“Hadiah. Kamu pernah bilang ponselmu menggunakan litar jadul dan kamu ingin merasakan rasanya menggunakan teknologi dari zamanku.”

“I-iya aku memang pernah bilang begitu, tapi…” Aku masih tidak percaya bahwa litar yang aku pegang adalah litar yang tidak akan diciptakan, setidaknya hingga satu dekade mendatang. Sebuah teknologi dari masa depan, “…kamu tak perlu bertindak sejauh ini, Medina .”

Aku pertama kali bertemu Medina di penghujung tahun 2025. Momen pergantian tahun akan diperingati di tengah kota, seperti tahun-tahun sebelumnya. Namun, di kota baru dan berkembang seperti Proxima, hal itu tidak akan terjadi. Kota ini baru diresmikan pemerintah pada tahun 2020 sebagai usaha untuk mengakselerasi inovasi dan riset ilmiah dalam bidang teknologi. Pemerintah mengadopsi konsep kota sejenis Silicon Valley dan Cyberjaya dalam membangun kota ini. Disebut sebagai kota siber pertama di Indonesia, Proxima diharapkan mampu menjadi focal point dalam perkembangan teknologi negara. Kebanyakan dari warga Proxima akan melakukan perjalanan ke kota besar di sekitar Proxima dengan menggunakan kereta levitasi magnetik yang menghubungkan Proxima sebagai kota satelit dengan kota-kota lain. Wacana untuk membangun kereta hyperloop tampaknya akan mengalami penundaan kerana faktor keselamatan dan keamanan masih belum tuntas dikaji.

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience