BAB 7

Fanfiction Completed 372

Aku terjaga di bilikku dengan keringat yang membasahi dahiku. Baru sebentar tadi aku bermimpi buruk tentang Medina namun sebenarnya itu adalah kenyataan yang terjadi semalam. Aku ingat menangis semalaman mengingat beban berat yang ditimpakan kepadaku. Aku harus menjaga litar berisi ilmu pengetahuan dari masa depan dengan segenap nyawaku, demi seseorang yang aku sayang, yang aku temui dari masa depan.

Sebelum berangkat ke kantor, aku pergi ke taman itu sekali lagi dan melihat masih ada sisa distorsi di dalam hutan. Dedaunan yang terpotong dengan rapi, tanah yang tidak rata namun dalam bentuk yang di luar nalar, dan udara yang terasa menyesakkan. Aku baru sedar hal inilah yang dialami Medina setiap kali ia melakukan perjalanan lintas waktu untuk bertemu denganku. Aku mengambil litar yang aku simpan di kantong jaket dan menggenggamnya dengan sangat erat, bersumpah untuk melindunginya sampai kapan pun. Semalam telah berlalu namun otakku masih saja berusaha memproses semuanya. Dalam hati kecil aku bertekad untuk terus hidup setidaknya hingga aku dapat bertemu dengannya lagi di masa depan. Aku juga sempat memikirkan perkataan Medina tentang konsekuensinya jika ia memaksanya untuk tidak kembali. Paradoks yang ditimbulkan akibat eksistensi Medina di masa ini jelas akan merusak aliran waktu. Tidak hanya merusak, bahkan berpotensi menghancurkannya. Nampaknya, sejauh apapun manusia berkembang, hukum alam tetap menjadi dinding yang tidak boleh dilewati. Paradoks adalah sebuah keniscayaan, namun manusia dapat memilih untuk menghindarinya alih-alih melawan. Aku tidak ingin mempercayainya, namun pertemuanku dengan Medina , walau cukup singkat, jelas menimbulkan sepercik harapan bahwa di masa depan, manusia mampu melampaui pencapaian generasi sebelumnya, dan pemerintah kerap kali menjadi pihak antagonis di setiap episodenya.

“Ingat aku, Levi…” kalimat itu kembali terngiang di kepalaku.

“ Medina…” aku melihat ke arah arlojiku, berharap dapat menghitung waktu demi waktu hingga aku mencapai umur sekian agar dapat menemuinya lagi, “…mana mungkin aku tidak mengingatmu.”

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience