Chapter

Drama Series 901

   Seperti biasa Rara pergi sekolah menaiki bis. Rara tampil sederhana dan rapi. Tak sedikit yang memuji Rara karena kecantikanya. Tapi, Rara hanya acuh terhadap itu.

    Rara berfikir dunia ini sangat kejam. Semua orang menilai dari penampilan dan harta. Rara harus lebih waspada dalam memilih teman.

  Dia tidak ingin dimanfaatkan seperti dulu. Dulu saat ia dibully tak ada yang menolongnya dan membelanya.

   Justru hampir semua penduduk sekolah mengucilkanya. Bagas memang most wanted di sekolah lama Rara. Dan kabar tentang Rara yang nembak Bagas sudah tersebar luas.

    Tak lama setelah itu Rara sampai di sekolah. Jarak sekolah dan rumahnya memang tak terlalu jauh. Hal itu memudahkan Rara untuk pergi ke sekolah.

Rara pov

   "Selamat pagi Rara" Sapa Anya dengan senyum manis khas miliknya.

   "Selamat pagi juga" Jawabku dengan memberikan senyuman tak kalah manis.

    "Eh Ra, cowok kemarin yang lo tabrak itu namanya Bagas Renaldi ya?" Tanya Anya penasaran.

   Ih si Anya pagi-pagi udah ngerusak mood gue. Kenapa sih harus ngomongin tuh cowok. Gue jadi merinding kan.

   "I...iya, kenapa?" Tanyaku balik. Gue gak heran sih kalau si Anya kenal bagas. Cowok yang dibilang tampan cool dan hobby buly ini memang cukup terkenal di kalangan remaja. Apalagi dia seorang anak dari keluarga terpandang.

    "Tuh cowok ganteng banget sih, dan yang paling bikin heboh ternyata dia sekelas sama kita" Ujar Anya senang dan rada rada lebay emang.

    Gue terdiam mencoba mencerna ucapan Anya.

Dia sekelas sama kita

Sekelas sama kita?

   "Hah?" aku masih bengong, otak gue masih dalam mode loading.

   "Iya sekelas sama kita" Ujar Anya lagi. Anya menatapku dengan heran.

  " Sekelas sama gue?" tanyaku lagi. Anya menatapku dengan tatapan aneh dan seolah berkata 'kenapa?'

  "Iya dia sekelas sama kita, berarti sama lo dan gue" Jawab Anya santai.

   Gue serasa pengen pingsan. Kenapa sih gue gak bisa jauh sama tuh makhluk. Udah sial satu sekolah sama dia, eh sekarang malah satu kelas.

   Kelas yang tadi ramai mendadak menjadi sepi. Hawa dingin menyelimuti suasana kelas.

   Hal itu karena seorang cowok yang sedang berdiri di depan gue. Iya dia berdiri di depan gue.

   Dia natap tajam gue. Keringat bercucucuran dari dahi gue. Setelah bertatapan cukup lama akhirnya si doi eh :)

    Akhirnya si Bagas pergi ngambil duduk dibelakang gue. Iya cowok tadi adalah Bagas,Bagas Renaldi.

     Semua orang menatapku dengan heran. Karena penasaran Anya akhirnya bertanya.

   "Tadi dia ngapain?" Tanya Anya sedikit berbisik. Bagaimana tidak, dibelakang si Bagas natap gue dengan tajam.

   "En.. Enggak tadi dia cuma nanya gue cewek yang nabrak dia kemaren atau gak"  Jawabku. Dan hanya dibalas 'oh' oleh Anya.

Untung gue pinter cari alasan. Kalau gak nanti si Anya bakal tau. Lagian kenapa sih tuh cowok natep gue kayak gitu.

   Gue gak tau letak kesalahan gue, tapi kenapa sih tuh cowok benci banget sama gue. Emang cuma gara gara gue nembak dia, dia jadi benci banget sama gue?

   Sedangkan dia gak perlu malu atas kejadian itu, yang malu itu gue. Yang harusnya benci itu gue. Lalu kenapa jadi dia.

Rara pov end

"ting...tong.... ting...tong" suara bel berbunyi. Tak lama setelah itu muncul seorang wanita paruh baya dengan hijab di kepalanya, nemasuki kelas.

    Setelah itu kita memulai kelas dengan perkenalan. Sedari guru itu mengoceh. Rara tak terlalu fokus. Ia merasa sedang ditatap tajam oleh seseorang.

    Rara sudah tau siapa yang menatapnya, Rara merasa risih ditatap seperti itu.

"Menyebalkan" Gumam Rara. Ia sungguh sangat kesal dengan ini semua.

    "Ting..tong..ting..tong" Jam istirahat berbunyi. Semua siswa berhamburan keluar. Ada yang menuju kantin, ada yang ke toilet, ada yang mencari perpus, dan ada beberapa murid yang pergi mengelilingi sekolah.

    "Kantin yuk" ajak Anya dengan semangat. Anya tiap hari emang selalu semangat kayaknya.

    "Enggak deh, lo duluan aja. Kalau jadi nanti gue nyusul" jawab Rara

   Dan tinggalah Rara sendiri di kelas. "Brak" suara itu membuat Rara terbangun dari tidurnya.

    Dan ternyata ada Bagas yang sedang berdiri di depan pintu. Dia menatap Rara dengan tatapan tajam.

   Dengan susah payah Rara meneguk salivanya. Tatapan tajam itu bisa membuat orang yang ditatapnya mati rasa seketika.

Bagas berjalan menuju Rara. Rara semakin takut. Keringat telah menbanjiri dahi Rara.

   Sampai di depan Rara, Bagas masih menatap Rara dengan tajam.

  "A...a ada apa?"Tanya Rara dingin, ia berlagak sok berani untuk menutupi ketakutanya.

"Maksud lo apa ngerubah penampilan lo?" Tanyanya tajam dengan penuh penekanan.

   "Kenapa? Gak boleh? Inikan hidup gue. Kenapa lo yang susah?" Jawab Rara dengan santai.

    Sungguh jika ada orang disini mereka akan nemberi tepuk tangan yang meriah untuk Rara karena berani berbicara seperti itu pada seorang Bagas Renaldi.

   Bagas tersenyum meremehkan, "Ternyata bukan hanya penampilan lo aja yang berubah, sekarang lo juga punya sikap kurang ajar sama gue" Ujarnya tajam.

    Seolah dimasuki orang lain, tiba tiba saja Rara mendapat keberanian melawan Bagas.

    Rara bukanya menundukan kepalanya atau menangis. Ia justru menatap Bagas dengan tak kalah tajam.

   Rara ikut tersenyum meremehkan "Kalau gue kurang ajar, lo apa? Berengsek?"  jawab Rara dengan menekankan kata 'Berengsek'.

   "Lo baru tau kalau gue berengsek?" Tanya Bagas, dia pikir setelah berbicara begitu Rara akan kehabisan kata kata. Hello? Ada lebih dari seribu kata yang ingin Rara lontarkan pada Bagas.

   "Baguslah kalau lo sadar" Ujar Rara dengan santai. Bagas mengernyitkan keningnya. 

  "Ini beneran tuh nerd?" Batin Bagas. Pasalnya selama dibuly Rara tak pernah melawan.

   "Lo kesini cuma mau bilang kalau lo berengsek?" Tanya Rara lagi.

"sialan!" Batin Bagas, niatnya kesini ingin membuat Rara takut. Namun, apa yang dia dapat?

   "Aneh" ujar Rara melewati Bagas yang masih bengong. Rara pergi meninggalkan kelas.

   "Sialan tuh cewek!"Teriak Bagas kesal. Dia todak sadar sedari tadi ada yang memerhatikan mereka.

    "Menarik" Gumam orang itu dengan seringainya. "Lihat saja sayang, dia orang yang membuatmu kesal kan? Maka dia akan mati" ujar orang itu.

   

  

  

  

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience