Chapter 4~ Misterius

Drama Series 901

Rara pov
   Rasanya gue pengen banget ketawa lihat muka tuh cowok. Gue yakin tadi dia pasti kesel banget.

   Ayolah, Rara tidak mudah ditindas. Tapi jangan anggap Rara bodoh jika ia tidak tau jika ada orang yang menguping pembicaraan mereka.

  "Siapa dia?" Gumamku bertanya pada diriku sendiri.

   "Woy Ra nglamun apaan lo!" Rara dibuat terkejut oleh Vania yang tiba-tiba da dibelakangnya.

    "Ya Allah, lo hampir bikin gue jantungan" Ujarku kesal padanya.

   "Kantin kuy, nyusul Anya" Ajak Vania.

   "Tapikan ini mau bel masuk" Ujarku. Sebenarnya males juga sih. Dari tadi banyak yang natep gue, gue jadi grogi.

   "Masih 20 menit, cukuplah" Ujar Vania yang tanpa sepersetujuanku dia langsuk menarik tanganku menuju kantin.

   "Dor!!" Vania menepuk pundak Anya yang membuat Anya kaget.

   "Allahuakbar!" Kaget Anya. "Lo tuh ya dateng dateng bukanya ngucapin salam atau apa kek, malah ngagetin orang" Ujar Anya dengan kesal.

   "Hehe sorry, abisnya lo dari tadi makan khusyu' banget kayak orang sholat" Jawab Vania dengan nyengir.

    Setelah itu datang seorang anak perempuan berpenampilan nerd.

   "Permisi, boleh duduk sini?" Tanya nerd itu sedikit menunduk.

  Melihatnya mengingatkanku pada penampilanku dulu.  Sepertinya Anya dan Vania tak masalah dengan nerd itu.

   "Duduk aja, tempat ini dibuka untuk umum kok" jawab Anya dengan sikap blak blakanya.

   "Btw kenalin gue Anya, ini samping gue cewek reseh bin aneh namanya Vania. Dan cewek yang duduk disebelah lo itu namanya Rara" Ujar Anya memperkenalkan diri.

  "Oh, aku Talita kita sekelas kok" Jawab Talita dengan senyum manisnya.

  Kalau dilihat lihat Talita ini sebenarnya cantik, mungkin kalau atribut nerdnya dilepas dia pasti cantik.

   "Oh ya Lo Rara kan?" Tanya Talita. Gue gak heran sih kalau dia pake 'lo gue' bisa ajakan alasan dia jadi nerd kayak gue.

   "Iya gue Rara, kenapa?" Tanyaku, kayaknya kita baru aja kenal  deh.

   "Oh gak papa, soalnya dari seluruh cewek di kelas lo yang paling tinggi. Jadi gue lebih inget ke lo" Jawabnya.

   "Enak ya kalian sekelas. Gue sendirian yang beda kelas" Ujar Vania dengan wajah cemberut.

  "Kasihan banget sih lo. Lo tau gak gue dudul didepanya Bagas tau" Ujar Anya heboh.

"Gila yang bener aja" Vania tak percaya dengan apa yang diucapkan Anya.

  Saat Vania dan Anya sibuk berceloteh gue lebih tertarik memandang Talita. Eh bukan apa apa ya. Gue cuma penasaran aja .

"Lo gak mesen makanan?"Tanyaku pada Talita.

  "oh Tadi udah, btw gue boleh gak minta nomor HP lo?"Tanya Talita.

  Gue berfikir sejenak, lalu mengambil benda pipih dari saku seragamku.

  "Nih, btw lo ngerasa ada yang aneh gak?"Tanyaku pada Talita.

   "Hah? Apaan?"Tanya Talita bingung. Ya iyalah bingung. Gue sengaja biar bikin dia bingung.

   "Menurut jiwa psikolog gue ada psikopat disini" Ujarku dengan tampang dingin.

   Gue belajar sikap dingin ini dari sepupu gue, namanya Aksa. Cowok dingin plus nyebelin tapi ngangenin.

   Banyak yang bilang dia itu dingin, tapi ganteng:) yah emang bener sih. Tapi kalau gue deket dia, gue gak merasa da hawa hawa dingin.

   Yang ada perasaan hangat dan nyaman. Soalnya tuh dia penyayang sama saudaranya. Dan kita tuh lumayan deket, jadi dia sayang banget sama gue.

Back to story

   Kulihat wajah Talita memucat, keringat mulai membasahi dahinya.

"Tapi bukan itu yang penting. Hati gue bilang kalau ada yang mau bilang sama gue tentang suatu rahasia besar" Ujarku.

  Gue jadi makin ngelantur aja nih. Kasihan kan Talita ketakutan. Nanti kalau dia pingsan gimana? Kan gak lucu.

  "Hah?! Masak sih? He.." Ujar Talita kikuk.

  "Iya, tapi gue yakin sebentar lagi tuh psikopat bakal mati" Ujarku dengan wajah lugu.

   "k..kok bbisa?" Tanya Talita. Gue jawab gak ya? Gue jawab aja deh biar makin seru.

   "Soalnya dia salah cari lawan, dia cari gara gara sama iblis. Lo tau Iblis itu kejam dan Sadis" Ujarku setengah berbisik.

   "eh lo berdua ngomingin paan sih?"Tanya Vania penasaran.

   "Iniloh si Talita. Dia penasaran sama Psikopat" Jawabku dengan senyum manis.sedangkan Talita hanya menunduk.

"Ih kalian ngapain ngomongin Psikopat gak jelas aja" Jmujar Anya menimpali.

"Ya mungkin aja disini ada psikopat" ujarku dengan wajah sok polos.

Rara pov end

Skip

  Ini udah jam pulang sekolah.  Rara memutuskan untuk langsung menuju halte.

  Saat melewati lorong Rara merasa sedang diikuti.Rara membalikan badanku tapi tidak ada seorangpun disana.

Bugh

  

 

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience