BAB 7

Drama Completed 184

Hari pernikahan Ayah sudah tiba. Di rumahku sudah banyak sekali pernak – pernik perkawinan. Ayab terlihat gagah dengan busana khas Sunda, sedangkan wanita itu, cantik juga. Tapi, aku malas melihat wanita itu lama – lama. Diantara kerumunan orang – orang, aku menyelinap diam – diam dan bertemu dengan Mas Chaya yang sudah ada di depan. Aku membawa koper yang berisi semua pakaianku beserta perlengkapan lainnya.

"Mas, sudah lama datangnya?" tanyaku kepada Mas Chaya yang dijwaba hanya dengan anggukan saja, ia sedang sibuk melihat pengantin wanita Ayahku. Yah, wanita itu.
"Sil, Sil. Kesini sebentar deh." Mas Chaya memanggilku. "Pengantin wanitanya itu, ya?" Mas Chaya menunjuk seorang wanita bersanggul dekat meja makan, yang sedang berdiri sambil memegang HP. Aku mengangguk atas pertanyaan Mas Chaya . Kulihat Mas Chaya berubah mimik muka sehabis mendengar jawabanku tadi. Aku bingung.
"Jadi, benar dugaanku!! Pria yang dinikahi ibu adalah Ayahnya Silvia . Ternyata, ibu sudah menemukan lelaki impiannya," ujar Mas Chaya dalam hati.
Aku menyentuh punggung Mas Chaya . Untuk menyadarkan ia dari lamunannya yang panjang. Mas Chaya menoleh kepadaku. Wajahnya kembali berubah menjadi ceria. Walaupun dipaksa.
"Kenapa?" tanyaku.
"Nggak, aku kaget aja. Ternyata, cewek yang dinikahi sama Ayah kamu seperti begitu. Kaburnya jadi nggak?"
Aku menangguk. Mas Chaya dan aku bergegas pergi secepat mungkin, sebelum ada yang melihat kami. Koper dan perlengkapan kami lainnya segera dimasukkan ke dalam bagasi taksi. Aku dan Mas Chaya naik ke dalam taksi setelah itu, dan pergi menuju terminal bus Kampung Rambutan. Sampai disana Mas Chaya dan aku menuju ke tempat pembelian tiket, dan langsung menuju bus yang akan dinaiki. Sesampainya di bus, Mas Chaya mencarikan tempat duduk untuk aku dan dia.
"Sil, kamu tunggu sebentar ya. Mas mau ke WC sebentar, sekalian mau beli antimo."
"Oke." Mas Chaya langsung turun dari bus dan menuju ke toilet. Kutunggu Mas Chaya cukup lama. "Kemana ya, Mas Chaya ?" tanya batinku. Kulihat dan kubuka tas Mas Chaya . Aku kaget. Ternyata isinya kosong!! Hanya terdapat secarik kertas. Ku ambil dan kubaca. Isi surat itu mengagetkan aku.
Jakarta, 18 Januari 2008.

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience