BAB 3

Drama Completed 184

"Nah, Neng Silvia . Sudah sampai. Sil?" Mas Chaya memanggilku beberapa kali, tapi aku tetap belum bangun. Ia menoleh kebelakang dan melihatku sedang tidur pulas di bahunya. Mas Chaya hanya tersenyum melihatku. Ia balik lagi duduk di sepedanya dan membiarkan aku tertidur di bahunya sampai aku tersedar 15 minit kemudian. Aku menyentuh pundak Mas Chaya . Mas Chaya membalikan badannya dan tersenyum kepadaku.
"Udah puas tidurnya?"
"Udah, tidurnya enak."
Mas Chaya meringis membaca bahasa isyarat yang aku keluarkan. "Masih mau tidur lagi?"
"Enggak, udah puas kok tidurnya. Katanya, mau main di danau?" tanyaku.
"Enggak, ah. Langit udah gelap. Sebentar lagi saudara kembarku, Sang Chaya , mau pulang ke rumahnya setelah seharian menyinari bumi. Mau pulang kan?"
Aku mengangguk.
Mas Chaya kembali menggoes sepedanya menuju rumahku. Aku berusaha untuk tidak tidur lagi di bahunya, kerana aku tidak mau lagi mempermalukan diriku di depan Mas Chaya .
"Sil, udah sampai," Ia turun dari sepedanya dan membantuku turun dari sepeda. Aku masuk ke dalam rumahku diiringi lambaian tangan dari Mas Chaya . Setelah ku masuk ke rumahku, kuintip dari jendela rumahku, kulihat Mas Chaya menggoes sepedanya menuju rumahnya. Ah, Mas Chaya kau bagaikan Sang Chaya , pagi muncul, menyinari dunia, malam pulang.
"Ya, Yun. Akan kuusahakan untuk bicara dengan anakku. Aku tahu, kau ingin aku segera menikahimu, tapi aku tak tega untuk memisahkan anakku dari aku. Aku masih sayang sama anakku," Suara Ayah terdengar olehku yang baru masuk ke dalam. Aku kaget mendengarnya. Ayah, apakah dugaan Mas Chaya benar! KAU SELINGKUH!! Prang… Ups, aku menjatuhkan vas bunga. Ayah spontan membalikkan tubunya dan kaget melihatku yang berdiri di dekat meja telepon dan vas bunga yang pecah. Ia langsung memutuskan percakapanya. Berlari menuju arahku.
"Sil, kamu nggak apa – apa kan? Ada yang luka nggak?" Ayah memeriksa tubuhku dari atas ke bawah sampai ke atas lagi. Aku langsung menepis tangan Ayah.
"Yang sakit bukannya tubuhku, Yah. Tapi, ini!!" Aku menujukkan ke arah dadaku. "Hatiku, Yah. Hatiku sakit mendengar ucapan Ayah tadi. Ternyata, benar dugaan Mas Chaya . Teganya Ayah selingkuh dengan wanita lain. Teganya, Ayah tidak memperhatikan perasaanku, anakmu. Aku hanya butuh kasih sayangmu. Aku tidak butuh ibu baru. Dan satu lagi, teganya Ayah mau menyingkirkan aku, anakmu!!" Air mataku mulai menetes lagi.
"Sil, dengarkan dulu penjelasan Ayah. Ayah ingin yang terbaik buatmu, Ayah sengaja memilih wanita yang terbaik untukmu. Ayah ingin kamu merasakan kasih sayang seorang ibu, yang tidak pernah kamu rasakan seumur hidupmu. Ayah juga ingin ada pendamping hidup Ayah pada saat nanti Ayah sudah tua. Kamu tentu menikah dengan lelaki lain, masa Ayah tidak ada pendamping dan peneman hidup Ayah disaat tua?"
Ku cerna dulu kata – kata Ayah untuk sementara waktu. Memang ada benarnya untuk yang kedua, Ayah butuh pendamping hidup, Ayah tak mungkin hidup sendirian saja kalau ia sudah tua. Tapi, untuk yang pertama. Aku tak setuju sekali.
"Untuk yang kedua aku setuju akan alasan Ayah. Tapi, untuk yang pertama. Aku tak setuju. Kasih ibu aku dapatkan dari Ayah, ku tekankan sekali lagi, Yah. AKU TIDAK BUTUH WANITA LAIN!!"

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience