BAB 2

Drama Completed 184

"Sil, kenapa kamu? Kok nangis?" tanya Mas Chaya cemas kepadaku.
"Aku nggak apa – apa kok," jawabku dengan bahasa isyarat. Maklumlah, aku ini tuna wicara dari lahir. Jadi, media penghubungku dengan Mas Chaya dan dengan orang lain hanya ini. Tapi, hanya Mas Chaya dan segenlintir orang saja yang tahu bahasaku.
"Nggak apa – apa kok nangis?!. Berarti kamu anak aneh dong. Jangan – jangan kamu ada penyakit gila kali ya?!"
"Ah, Mas Chaya !!" Aku pukul tangannya Mas Chaya . Mas Chaya hanya meringis kecil atas pukulanku. "Aku ini nggak gila tahu !! Aku masih normal."
" Lagian juga, nggak ada apa – apa kok nangis ?! Kalau kamu ada masalah, ceritain aja ke Mas. Siapa tahu nanti Mas bisa pecahin masalah kamu."
"Mas tahu kan, ibuku pergi meninggalkanku waktu aku berumur 2 tahun. Jadi, Ayah sekarang kesepian di rumah. Aku juga kesepian. Tapi, Ayah selalu pergi keluar, dan selalu balik tengah malam. Kerjaannya selalu berantakan. Aku jadi resah sama hidup Ayah. Maka itulah tadi aku nangis," Ceritaku kepada Mas Chaya membuat ia berpikir keras untuk tahu obat bagi keresahan dan masalahku. Aku senang sekali kalau ia sedang berpikir, ia terlihat sangat dewasa. Memang, ia dan aku berbeda umur 3 tahun. Ia sudah kerja, sedangkan aku masih kuliah. Tapi, kedewasaanya jauh dari orang seumurannya kalau ia sedang memberikan saran atau juga petuah – petuah kepadaku.
"Oh, aku tahu. Mungkin Ayah kamu ada ketemuan sama teman – temannya. Atau juga, kemungkinan terburuk, ya Ayah kamu selingkuh," Mas Chaya mengangkat bahunya, ia memberikan argumen yang makin memojokkan pikiran dan diriku. Aku makin resah.
"Apa iya Ayah selingkuh sama wanita lain? Aku nggak percaya kalau Ayah selingkuh. Ayah kan, Ayah yang baik."
"Ya, aku nggak tahu, Sil. Coba aja kamu tanya ke Ayah kamu. Siapa tahu Ayah kamu bisa kasih tahu kenapa ia sampai pulang malam segala. Ya, udah deh. Kamu jangan sdih terus. Mau ikut kakak ke danau nggak? Kita bisa lihat berbagai macam hewan romantis banyak disitu. Kamu tahu kan hewan romantis itu apa aja?"
Aku hanya mengangguk.
"Ya udah yuk. Kita langsung ke sana."

Mas Chaya langsung membawaku ke sepedanya. Sepeda lama sih, tapi romantis buat berduaan. Mas Chaya menggoes sepeda tuanya menuju ke danau kesukaan kami. Di danau itulah , tersimpah kisah antara aku dengan Mas Chaya . Dari suka, duka, pelbagai kisah terbit di situ, seandainya saja bisa difilemkan, ku pasti ia akan menjadi naskah-naskah yang seru. Ah, Mas Chaya , kau bagaikan cahaya dan happy pills ku, seringkali saja kamu hadir berdiri disisiku pada saat-saat yang benar-benar tepat.

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience