BAB 5

Drama Completed 184

Sinar Sang Chaya menyinari kamarku, sekaligus menyinari wajahku. Ku terbangun, kulihat jam. 6. 30. Oh, masih jam setengah tujuh. Pintu kamarku berbunyi ketukan, lalu terbuka. Siapa ya? Oh, ternyata bibi.
"Non, dipanggil Ayah sarapan di bawah." Ayah suruh aku makan rupanya. Aku pikir Ayah mau membicarakan tentang pernikahannya.
"Makasih, Bi. Bilang ke Ayah, Ayah makan duluan. Aku nanti menyusul."
Bibi keluar dari kamarku. Ku ambil handukku dan berlari menuju kamar mandi. Ku lancarkan mandi kilat. Secepat mungkin. Takut ketinggalan makan dengan Ayah. Ku selimuti tubuhku dengan handuk. Ku cari baju dan celana di lemari, dan memakainya 2 minit kemudian setelah menemukan yang cocok. Ku berlari kebawah, menuruni tangga menuju ke meja makan. Aku kaget dengan apa yang kutemui. Ayah makan dengan seorang wanita berpakaian seksi di meja makan. Jadi, aku disuruh ke bawah, untuk makan bersama?! Aku ingin kembali lagi ke kamar, tapi ada suara seorang wanita yang memanggilku mesra, namun menjijikan.
"Silvia , kok kamu naik lagi?! Sini dong! Ikutan makan sama tante sama papa kamu."
Ku putar badanku kembali ke meja makan itu. Ku lihat dengan mata kepalaku sendiri senyuman perempuan itu yang terkesan dipaksa. Ucapan yang keluar dari bibirnya seakan racun dan rayuan gombal saja. Ayah juga membalikkan badannya dari meja makan dan memintakku turun dengan lambaian tangannya. Mau tak mau, kerana permintaan Ayah, aku rela turun dari tangga menuju ke meja makan. Makan bersama dengan wanita penggoda itu?! Ih..
"Sil, kenalin nih, Ibu Yunike. Dia ini kekasih papa yang baru. Dia juga yang nanti menjadi mama kamu."
Ha…ibuku. Ih, amit – amit cabang baby deh. Aku nggak mau punya ibu kayak dia. Ku tetap saja tak mengindahkan omongan Ayah barusan. Ku tetap konsentrasi dengan sarapanku.
"Namanya siapa, Mas?" Wanita itu pura – pura menanyakan namaku kepada Ayah.
"Silvia . Lengkapnya Silvia Adisty."
"Wah, nama yang bagus, setara dengan kecantikannya. Pasti pintar ya, Mas?" tanyanya lagi.
Ayahku mengangguk saja.
"Wah, udah pintar, cantik lagi. Lengkap deh!! Tapi, sayang ya, Mas?! Dia tuna wicara. Tapi, nggak apa – apa deh!! Yang penting yang pertama tadi.
"Wah, ini orang mainnya fisik ya! Minta aku hajar kali!!" keluhku dalam hati. Kulirik ke arahnya. Dia tetap saja menjalankan aksi liciknya.
"Ayah, kapan menikah dengan dia?" tanyaku kepada Ayah. Untung, wanita itu tidak tahu bahasaku. Kalau tidak, bisa ngomong panjang lebar yang nggak jelas!!
"Oh, rencana kami sih bulan depan tanggal 18. Jatuhnya pas hari Sabtu. Kan enak kita bisa lebih leluasa mengadakan acaranya. Kamu setuju kan dengan pernikahan kami berdua?
Aku tak berkata apa – apa lagi. Kutaruh roti yang tadi aku makan dengan keras di piring. Biar mereka semua tahu bahwa aku tak setuju. Ayah memanggilku dari kejauhan, namun tak kuindahkan. Aku langsung berjalan cepat masuk ke dalam kamar. Ku ambil HP-ku di mejaku. Ada SMS masuk. Dari Mas Chaya . Ia menanyakan keadaanku. Kujawab baik – baik saja, kuminta ia datang mengantarkanku ke kampus. Aku langsung menyiapkan buku dan tasku. Tidak lupa juga, HP-ku. 20 minit kemudian, buhnyi klakson motor Mas Chaya terdengar. Aku bergegas turun ke bawah. Tapi, sebelum turun, kulihat dulu keadaan di bawah. Ternyata, Ayah sudah pergi sama wanita itu. Aku secepat mungkin berlari keluar rumah, dan bertemu dengan Mas Chaya di depan. Aku naik ke motornya Mas Chaya dan langsung tancap gas menuju ke kampus.

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience