Bab 4

Horror & Thriller Series 1269

Pagi setelah bangun, Lusi kaget bukan kepalang. Di leher dan pergelangan tangannya, kalung, gelang emas, banyak menghiasinya dan uang yang berserakan dimana mana. Lusi bingung bukan kepalang. Tambah lagi ia tak dapat membuka perhiasan yang memberati tubuhnya itu. dengan susah payah ia mencoba melepaskan semua emasnya... dan akhirnya ia berhasil melepasnya...
Belum lagi kagetnya hilang, dari dalam lemarinya terdengar ketukan. Setelah di bukanya Lusi terkejut bukan kepalang. Ia melihat sosok anak kecil berusia lima tahunan duduk di dalam lemarinya. Lusi langsung keluar dari kamarnya.

Lusi tampak sedang sibuk membereskan barang dagangan online nya sambil mengecek pesanan dilaptop nya. (wajah Lusi mulai agak pucat). Lusi berpikir kejadian kejadian itu karena rumahnya, Lusi memutuskan untuk pindah rumah, dia membereskan beberapa barang untuk dibawah pindah, sambil menelpon papa nya.

“Iya paa... sementara lusi mutusin pindah kerumah Almarhum Oma yang di jalan joe yaaa... biar lebihtenang aja.”

“Ya sudah kamu hati hati yaaa...?”

“Iya paaa... Lusi kan bukan anak kecil lagi... Lusi bisa jaga diri kok... Papa baik baik yaa disana, Love you paaa,” ucap Lusi Sambil menutup telpon dan kembali melanjutkan beres beresnya.

(Wajah Lusi mulai agak pucat)
karena dia berpikir rumahnya yang bermasalah... Ia menempati rumah almarhum Oma nya yang asri tapi agak jauh dari tetangga, Lusi hanya membawa barang barang yang ia butuhkan saja, karena dirumah almarhum Oma sudah tersedia semuanya...

BACK TO REAL TIME

Jesica, Santo dan Bambang duduk bertiga membahas Lusi yang tidak masuk sekolah.

“kira kira kapan Lusi masuk sekolah lagi nih... ? apa kita perlu kerumahnya ? dia kan sahabat kita sejak SMP,” kata Santo pada sahabtnya..

“Gimana mau kerumahnya yang sekarang sih Baang... semenjak Lusi pindah beberapa bulan lalu kita kan gak pernah diajak kerumahnya. Mau nengok kemanaaa...? kuburan...?” sahut jesica sambil nyengir.

“Jes... gilingan yeeee... mulut loo gak disekolahin yeeeh..! masa kuburan,” Santo sutrungin kepala Jesica, Jesica hanya nyegir, mereka diam sejenak lalu gaya Santo belaga berpikir keras.

“Tapi iya juga... Lusi gak pernah pengen kita kerumahnya yang sekarang, padahal kan semenjak
mamanya meninggal dan papanya dipenjara waktu kita kelas 2 SMP, dia selalu ngajak kita nginep dirumahnya yang dulu karena dia hanya berdua dengan Oma nya dirumah papa nya,” Kata Santo, sambil menghela nafas panjang

“Emang agak aneh sih... kita berdoa aja deh biar Lusi baik baik aja... kasian Lusi semenjak Omanya meninggal tahun lalu dia sebatang kara, tapi hebat bisnis jualan online nya maju,” celetuk bambang sambil memasukkan chiki ke dalam mulutnya.

“bai de wei bas wei... eike mau nganter dede eike pipis dulu yaaa!” kata Santo

“pipisnya di Toilet cowo jangan lupita luuuu.” Jesic nyengir.

Santo berdiri sambil nyengir gak tahan mau pipis... Saat mau berjalan ke toilet tiba tiba Lea berjalan dengan angkuh membawa tas barunya dan menubrukan bahunya ke bahu Santo...

“Aposeeeeh... dasar leak grogol,” Santo ngedumel keras.

Lea hanya senyum sinis sambil melangkah pelan meninggalkan Mereka. Jesica dan Bambang memandang Lea dengan sebal.

***

Hembusan angin malam berhembus pelan namus pasti, suara burung hantu terdengar pelan memecah kesunyian. Lusi terbangun dari tidur, ia mengamati ikan berenang di akuarium. Matanya sembab, layaknya seorang habis tertidur pulas. Di tangan Lusi secangkir teh panas masih mengepulkan asap. Kepulan asap itu menghalangi wajahnya. Lusi meniup teh di cangkir, dan menyeruputnya kecil. Lusi mengamati lagi ikan-ikan yang berenang bebas di akuarium. dimeja foto papa, mama, dan oma Lusi, juga foto lusi bersama orang tuanya juga berdua dengan Omanya ( foto yang sama tapi meja yang berbeda) Lusi melangkah ke sofa. Teh-nya dia letakkan di atas meja di depan sofa. Lusi meraih buku paket sekolahnya dari atas meja itu. Disana ada juga buku tulis yang masih kosong lembarannya dengan bolpen melintang diatasnya. Ada pula satu lembar kemasan paracetamol yang sudah banyak kosong. Lusi membuka buku paketnya. Pada sebuah halaman tertulis PR dengan tulisan tangan dilingkari. Lusi mencermati soal pada halaman itu beberapa saat. Dia membacanya, seperti orang sedang mencerna makna dari kalimat itu ... suaranya terdengar pelan. Hp Lusi berdering di atas meja. Dia terhenti membaca soal dan meraih Hp-nya. Kita melihat layar Hp tertulis nama Santo.
Lusi menjawab panggilan Santo.
“Kurang trasi tu si Leak grogol, masa dese nubruk eike lagih... kulit eike bisa lecet ntar kalo bersentuhan ama leak gilingan begitu ... iiiiiih... Dese kira eike mau ladenin caper dese?
Huuh... eike cuekin! Kesel kali tuh dese udah caper mau pamer pake Louis Vuitton
biru...tapi eike taaaak pedulikan.” Santo langsung nyerocos soal Lea.

“Oiya jadi lupa sama pokok pertanyaan... Heran deh cin masa mens aja kaya orang beranak, jij?” Santoi mengeriyitkan dahinya.

“Hehehehehe... gak tau deh cyiien,” Jawab Lusi.

“tapi ga papa deh Cyiin, masih mending. Dari pada branak dalam Kubur.. eike gak bisa teleponan
lagi..haa haa haa...ya udah istirahat yaaa... biar bisa lunch bareng sama eike, salam dari si
tambun tuh.” Santo melirik Bambang yang sedang sibuk makan sambil mengerjakan PR nya...terlihat makanan dimana mana.

“iya salam balik buat bambang yaaa.” Lusi menahan sakitnya dan pura-pura tidak apa-apa di telinga Santo.

“Gue titip PR aja yaa buat besok,
pagi mau kedokter neeh.”

“okeh cyiin,” jawab Santo.

“Thanks yaaaa cyiiin... muuuuaach... bye dulu yaaa.” Lusi mematikan Hp, meletakkan kembali di atas meja. tidak lama kemudian Hp nya berdering lagi... ternyata Satria, Lusi cepat cepat mengangkat teleponnya.

“Haiii...!” sapa Lusi.

“Haiii... juga... gimana kabarnya ? kok gak kliatan di sekolah hari ini pas pulang?” Tanya Satria.

“Iya, tadi pulang duluan... agak kurang enak badan, biasa perempuan...skarang udah baikkan kok.”

“Oooo...syukur kalo udah baikan... ya sudah istirahat dulu deh.”

“Okeh... thanks yaaa udah telpon.”
sama sama...sampai ketemu lagi disekolah, Asalammualaikum.”

“Waalaikumsallam,” jawab Lusi.

Lusi menutup teleponnya sambil mendesis memegangi
payudaranya. Dia meraih paracetamol di atas meja dan menyobek kemasan dengan tangannya, tapi tidak bisa. Dia teralu tak bertenaga. Lusi menyobeknya dengan gigi satu demi satu. Lusi memeriksa seluruh kemasan. Semuanya sudah kosong. Lusi menjatuhkan bekas kemasan di atas meja. 3 butir paracetamol ditangan Lusi. Dia menenggaknya.. dan mendorong dengan teh hangatnya. Tiba-tiba Pintu rumah Lusi diketuk. Lusi menoleh ke arah pintu. Wajahnya terpancar keluhan . Dia melenguh menghembus napas. Hingga terefleksi pada air teh dalam cangkir.

CKLEK....

Lusi membuka Pintu. Namun Tidak terlihat siapa-siapa. Di luar tampak gelap...

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience