Seusai upacara bendera, Abel langsung berlari ke UKS untuk melihat kondisi dari sarah meskipun sebenarnya Abel masih berharap supaya seniornya tadi masih ada di sana.
Akan tetapi harapannya itu pupus saat melihat UKS hanya berisi Sarah dan dokter UKS saja, Mungkin ia terlalu lama bergerak hanya untuk sekedar menanyakan nama dari lelaki tersebut.
"Bel?" Suara lembut Sarah membuyarkan lamunan Abel, seketika Abel kembali ke dunia nyata dan langsung memasuki UKS.
"Maaf ya, harusnya tadi aku dengerin apa yang kamu bilang" Ucap Sarah, Abel hanya tersenyum saja sembari membantu sarah untuk duduk.
"Kamu teman kelasnya Sarah?" Tanya Dokter perempuan yang memang selalu berada didalam UKS.
"Iya dok, Sarah udah baikan kan dok?"
"Udah kok, sarah udah boleh masuk kekelas buat belajar tapi lain kali kalah upacara bendera mendingan Sarah izin aja kalau memang gak sanggup lagi berdiri ya" Tukas Dokter itu, ia tampak ramah dengan kacamata tebal yang tampak memperlihatkan sisi kedewasaan sang dokter.
"Baik dok" Jawab singkat Sarah, ia langsung berdiri dibantu oleh Abel .
keduanya tak banyak berbicara dan hanya berjalan pelan menuju gedung kelas yang tidak terlalu jauh dari UKS, apalagi memang gedung TKJ cukup dekat daerahnya dari UKS dan asrama perempuan.
"Sar, kamu emang udah baikan? Atau mendingan izin aja lagi didalam uks untuk les pertama"
"Gak usah deh, mendingan kita buruan masuk kelas!" Ucap sarah lagi, abel membantu sarah menuntun langkah gadis itu yang masih sedikit lemas.
"Oh iya Sar, tadi yang ngantar kamu ke UKS itu kakak-kakak PMR ya bukan aku" Ucap Abel secara mendadak, Sarah cuman tersenyum geli saja mendengar keabsurdan sahabatnya itu.
"Aku sih tahu bel, masalah nya apa hubungannya bel? Kan aku gak ada nanyak"
"Hmm...kakak itu udah lama ya pergi dari UKS? " Tanya Abel berterus-terang, ia enggan berbasa-basi sekedar untuk memenuhi rasa ingin tahunya.
"Iya, pas dia selesai ngantarkan air hangat kalau gak salah kakak itu langsung pergi bareng teman-temannya"
"Hmmm...jadi kamu juga gak tau ya namanya?" Tanya Abel penasaran, sampai-sampai ia menghentikan langkah mereka yang berada tepat dibawah tangga lantai satu .
"Aku sempat dengar sih waktu bu dokter manggil dia Z, tapi masa iya namanya cuman Z ?" Tanya balik Sarah yang tidka begitu yakin.
"Mungkin aja panggilannya lagi cuman kamu kan masih lemas jadi cuman dengar huruf Z nya aja kali" Timpal Abel.
"Iya sih, oh iya kayaknya kamu penasaran banget sama kakak itu ya? Kalau kuperhatikan sih memang kakak itu paling tampan dibandingkan satu temannya.
"Iya kan, kakak itu ganteng banget dan kayaknya aku suka deh sama kakak itu"
"Beneran kamu suka? Wah berita baru nih" Sarah mencoba menggoda Abel, gadis itu tampak malu-malu kucing dan hanya melotot saja.
"Jangan keras-keras, lagian kita kan belum tahu kalau kakak itu masih single atau udah punya pacar"
"Iya deh, nanti aku coba minta tolong yang lain buat cari info tentang kakak PMR itu"
"Makasih ya sarah"
"Iya sama-sama, yaudah yuk naik soalnya aku gak sabar pengen masuk kelas" Sarah mengajak Abel menaiki anak tangga yang memang kelas mereka berada dilantai dua, sebab gedung berlantai empat ini ditempati oleh kelas 12 yang berada di lantai paling atas dan kelas 11 yang berada di lantai 3 sedangkan kelas 10 yang berada di lantai dua, untuk lantai satunya sendiri merupakan ruangan laboratorium komputer dan ruangan laboratorium jaringan serta ruangan laboratorium perakitan komputer beserta ruangan prodinya masing-masing, tak lupa pula juga ada perpustakaan khusus untuk murid TKJ dan mushola mini beserta mini.
Jika kita amati maka sepertinya gedung di setiap jurusan terlihat sangat lengkap, hal inilah yang membuat beberapa jurusan memiliki gedung masing-masing sehingga hampir keseluruhan jurusan itu gedungnya berada sangat jauh dari gedung lainnya dan juga biasanya anak jurusan lain jarang sekali mampir ke jurusan TKJ kecuali hanya untuk berkencan atau pun menghabiskan waktu di kantin utama dan para rohis yang memang selalu mengadakan rapat di mushola utama.
Kembali lagi ke topik utama, dimana Abel menghabiskan sebagian waktunya untuk belajar di kelas meskipun bayang-bayang dari seniornya itu tidak pernah luput dari ingatan Abel. ia ingin sekali menggali informasi lebih jauh, namun semakin ia mencoba berpikir rasanya wajah dari senior pujaan hatinya itu tampaklah asing dan memang selama beberapa minggu di asrama Abel sama sekali tidak pernah melihat seniornya itu.
Hingga akhirnya Abel tersadar kalau memang sekolah ini dibagi dari dua jenis siswa yaitu siswa beras Ramadan siswa non asrama, hal inilah yang membuat abel tersadar kalau bisa saja senior pujaan hatinya itu adalah siswa non berasrama.
Tentu saja informasi ini membuat Abel cukup senang karena ia semakin bisa memperkecil informasi yang baru di dapatnya, di mana memang pada kenyataannya kalau siswa non asrama hanya terdiri dari tiga jurusan saja yaitu jurusan mesin, jurusan teknik elektronika industri dan jurusan teknik rekayasa perangkat lunak.
Meskipun Abel sedikit merasa sedih karena ia akan sangat jarang melihat lelaki itu karena lelaki itu bukanlah anak asrama seperti dirinya, iya kini larut dalam lamunan dan coretan pulpen mengenai seluruh jurusan yang ada di sekolahnya.
Untungnya saat ini salah satu guru tidak dapat hadir sehingga jam kelas terasa kosong dan hanya dipenuhi oleh teriakan - teriakan dari beberapa siswi yang sibuk berargumen dengan siswa cowok yang ada dikelas.
"Bel, mikirin apa sih? Kok kayaknya kamu sibuk banget sampai mengacuhkan aku?" Tanya Sarah, Gadis itu berjalan mendekati meja Abel kali ini,sebab biasanya kalau tidak ada guru maka Abel lah yang mendekati meja Sarah.
"Sar! Ini aku lagi mikirin gimana ya kalau ternyata kakak itu anak non asrama? Soalnya dia kan gak pernah kelihatan sama sekali diasrama"
"Bisa jadi sih bel, cuman emang kamu seyakin itu? Bisa aja dia emang jarang kelihatan"
"Hmmm...itulah yang buat aku bingung Sar, mau nanyak tapi gak tahu nanyak sama siapa!"
"Sabar dong, nanti juga aku bantu buat tanya-tanya sama kak fahmi"
"Kak Angga? Kakak kelas 11 TKJ itu ya?"
Sarah mengangguk bersemangat saat nama pria itu disebutkan, sepertinya saat ini bukan hanya Abel saja yang sedang jatuh cinta tetapi sahabat barunya itu juga pernah merasakannya kupu-kupu disekujur hatinya, namun yang membuat tabel merasa geli adalah kenyataan bahwa Abel sama sekali tidak menyadari hal ini padahal mereka sudah cukup dekat selama beberapa minggu ini.
"Kok ketawa bel?" Tanya Sarah.
"Lucu aja, aku bego banget sampai gak tahu kalau kamu juga lagi jatuh cinta sama kak Angga" Tawa abel semakin lepas dan membuat Sarah memukul nya pelan.
"Abel, jangan keras-keras dong suaranya! Aku kan malu!!!" Ketus kesal Sarah.
"Iya deh, lagian suaraku gak kedengaran kali kok sama suara ribut anak cewek dikelas ini" Ledek Abel, sarah cuman bisa berdehem saja dan menutup buku catatan Abel.
"Iya Abel" Ucap Sarah dengan penuh imut pada sahabatnya itu, "jadi intinya kamu mau kubantu gak?"
"Bantuin dong, sarah yang baik hati "
"Yaudah, nanti pas pulang kita bareng-bareng tanyak sama kak angga dan kamu gak boleh lebay ya dan jangan ember mulutnya"
"Iya loh sarah, lagian kak angga udah punya kak jia jadi gak mungkin dong aku ngungkit-ngungkit perasaan kamu sama kak angga"
"Nah benar, lagian aku kan cuman suka jadi gak ada salahnya dong seseorang menyukai kekasihnya orang lain selama aku gak punya niat buruk buat rebut kak angga" Ucap Sarah, mendengarkan hal itu membuat Abel merasa kalau sahabatnya ini adalah wanita yang sangat baik dan berpikiran dewasa, ia cukup bangga memiliki Sarah sebagai sahabatnya .
"Tapi gak ada salahnya kan ngerebut kak angga dari kak jia? Toh juga janur kuning belum melengkung?" Abel masih saja menggoda sarah, ia memang wanita blak-blakan yang selalu mengungkapkan semua yang dipikirkannya berbeda dengan Sarah yang selalu memendam segalanya.
Walaupun mereka baru saja menjadi sahabat, tetapi abel merasa kalau persahabatan mereka itu sudah sangat lama seperti sahabat dari kecil.
"Abel, itu gak baik!" Ucap lembut Sarah, bersamaan dengan suara Bima yang memanggil nama Sarah dan menghampiri mereka.
"Iya bim, kenapa?" Tanya Sarah, kini bima sudah ada dihadapan kedua gadis itu dengan posisi berdiri.
"Pinjem sarahnya bentar ya bel, ada yang mau aku bahas tentang pendataan siswa buat jadwal piket kelas dan piket apel malam dan pagi "
"Bahasnya sama wakil ketua kelas aja gak sih? Atau sama bendahara deh" Celutuk Abel kesal.
"Sarah kan sekretaris kelas, jadi aku ada hak dong buat bicara sama sarah" Bima tampak sinis menatap Abel, " Lagian sarah itu milik ketua kelas jadi suka-suka aku dong" Sambungnya, Abel yang mendengarnya langsung menatap nakal kearah Sarah.
"Ambigu perkataanmu, milik ketua kelas apaan maksudnya?"
"Gak usah kepedean kali, maksudnya sekretaris itu selalu jadi bagian perangkat kelas jadi sekretaris punyanya ketua kelas dan wakil ketua kelas"
"Oh yaudah sih, lagian kutengok beberapa hari ini kamu gila sarah aja sih" Abel langsung mengambil airpods disakunya, sebelum ia memasang airpods itu abel berbisik pelan pada sarah yang dibalas senyuman geli sarah.
"Yaudah, aku pergi ya bel!" Sarah langsung berjalan pergi kesudut kelas, disana ia berbincang serius dengan bima dengan menulis seluruh argumen yang dikatakan ketua kelasnya itu.
Dari kejauhan Abel bisa melihat kalau pembicaraan kedua orang itu tampak sangat membosankan, ia tak bisa membayangkan kalau suatu hari nanti bima memiliki kekasih yang malah akan membuat gadis itu menjadi sangat menyedihkan. Ia juga meyakinkan dirinya kalau ia takkan rela bila Sahabatnya itu bersama dengan bima yang terkenal diktator itu.
Share this novel