"Jadi sekarang kita mau ngapain?" Tanya Sarah pada Abel yang masih larut dalam kebingungan sembari meneguk segelas es jeruk dingin dikantin, kelihatannya mereka segera ke kantin seusai bercengkrama dengan angga mengenai Z.
"Gimana kalau kita ke gedung permesinan!" Tawar Abel yang langsung terbangun dari lamunannya, padahal sejak tadi Ia hanya melamun kan tentang tawaran mengikuti organisasi PMR namun namun itu segera hilang pada saat ia teringat kalau Z merupakan murid dari jurusan permesinan.
"Jauh banget loh Abel, gak deh" Tolak Sarah, ia tidak bisa membayangkan bagaimana jauhnya lokasi dari permesinan, Dimana mereka harus melewati gedung kelas teknik gambar bangunan, teknik kendaraan ringan, teknik elektronika industri, dan yang terakhir adalah teknik perhotelan, kemudian mereka harus melewati jurusan non asrama yaitu teknik rekayasa perangkat lunak, teknik pengelasan , teknik furnitur dan yang terakhir barulah teknik pemesinan.
Mungkin kita bisa membayangkan betapa jauhnya lokasi dari Kak Z, itulah yang membuat Sarah langsung menolak mentah-mentah keinginan dari sahabatnya itu, apalagi luas sekolah mereka serasa seperti luasnya universitas yang dibangun langsung oleh seorang pengusaha terkaya di Indonesia.
Meskipun lokasi dari lapangan bendera berada diantara jurusan teknik elektronika dan teknik kendaraan ringan yang lokasinya sangat dekat dengan teknik komputer jaringan karena memang jurusan berasrama memiliki jarak cukup dekat mengingat mengenai jarak asrama mereka, sebenarnya jarak seluruh gedung tidak terlalu jauh hanya saja lokasi gedung TKJ berada di ujung seperti halnya lokasi gedung permesinan yang mana keduanya sama-sama berada di ujung dan ditambah lagi pada saat kedua Gadis itu ingin ke lokasi permesinan maka mereka harus melewati jurusan yang lebih dominan Anak cowoknya di dalam jurusan tersebut, sehingga tak jarang kebanyakan siswi perempuan akan selalu digoda oleh beberapa atau segerombolan siswa laki-laki dari jurusan teknik kendaraan ringan ataupun teknik pengelasan dan sebagainya.
"Ayo dong rah, lagian aku juga pengetahuan ngelihat kakak itu sekali lagi" Bujuk Abel, ia memasang wajah memelas pada sarah yang memang mudah sekali kasihan dengan orang lain.
Cukup lama Sarah berpikir, sampai akhirnya ia mengalah Karena tidak tahan dengan wajah memelas Abel yang memohon padanya.
"Oke deh, tapi cuman sekali ya dan jangan lama-lama "
"Iya loh rah, lagian aku mau ngeliat kakak itu lagi sebelum akhirnya aku memutuskan buat gabung ke PMR atau gak"
"Hmmm...yaudah habisin dulu minumanmu biar kita langsung gerak, dan doakan aja semoga kak Z belum pulang"
"Tenang aja, firasatku bilang kalau kak Z belum pulang "
"Semoga firasatmu itu benar ya, kalau gak sia-sia kita kesana" Gumam lemas Sarah.
Tak menunggu lama keduanya pun langsung bergerak meninggalkan kantin, suasana sekolah pada saat itu sudah agak sepi karena kebanyakan siswa telah meninggalkan lingkungan sekolah terkecuali beberapa siswa yang masih setia menunggu waktu ekstrakurikuler dan sebagian lagi memilih menghabiskan waktu bersama pacarnya di lingkungan sekolah.
Abel tampak berjalan percaya diri seakan ia sudah tidak sabar untuk melihat Kak Z, berbeda dengan Sarah yang sedari awal hanya menundukkan kepalanya dengan ekspresi malu setiap kali melewati kerumunan siswa laki-laki.
"Hai dek, mau kemana?" Tanya salah seorang siswa laki-laki yang tampak seperti senior mereka, bersamaan dengan siulan nakal dari beberapa teman-temannya pada saat kwdua gadis itu melewati gedung teknik kendaraan ringan.
"Cepatin jalannya, bel!" bisik Sarah yang mulai menarik lengan Abel dengan langkah yang dipercepat.
"Udah santai aja rah, ngapain sih takut sama mereka" Bisik Abel lagi, ia langsung mendongakkan badannya kebelakang sembari menatap kerumunan kakak kelasnya itu.
"Loh kok berhenti? Mau kenalan sama kami ya dek? " Ucap salah satu kakak kelasnya yang lain, ia berjalan mendekati Abel dengan siulan nakal dan tawa licik beberapa teman-temannya.
"Maaf ya Kak, tapi menurut saya perbuatan kakak barusan itu gak bagus dan itu udah disebut pelecehan seksual didepan publik" Ketus Abel, ia menatap tajam satu persatu para lelaki itu .
"Cuman bercanda doang kok dianggap serius, gak ada sopannya ya dek sama senior"
"Kalian itu para senior yang gak ada adab nya, mau saya laporkan guru?" Ancam Abel, Sarah yang mendengarkan itu langsung menarik abel untuk menyudahi pertengkaran itu.
"Udah dong bel, lupain aja daripada tambah besar masalahnya" Bisik Sarah yang memang kenyataannya gadis itu tidak terlalu suka keributan.
"Udah tenang aja rah, ngapain juga kita takut sama senior gadungan kayak gini!" Ejek Abel, yang membuat lelaki itu langsung kesal dan tak sengaja menarik keras bendo abel sampai jatuh keaspal .
"Kasar banget sih kak!" Bentak Sarah yang tak terima kawannya disakiti, ditambah lagi abel hanya terdiam syok karena ia tak bisa membayangkan betapa nekatnya kakak kelasnya itu melakukan hal itu.
"Ada apa ini?" Tanya seseorang yang berada dibelakang Abel, langkahnya perlahan-lahan semakin mendekat dan tanpa disadari bahwa kini ia sudah berada disamping Abel.
Ia mengambil bando abel dan memberikannya kembali pada gadis itu, kini kedua mata mereka saling beradu pandang dengan tatapan yang sulit didefinisikan, hanya saja kini detak jantung abel berdetak kencang dua kali lipat dari biasanya dan rasa syoknya mulai memudar disusul dengan perasaan aneh yang sulit untuk diungkapkan oleh kata-kata.
"Bukan urusanmu Z, udah mendingan kau pergi aja deh dari sini!" Bentak kasar lelaki itu, Z hanya menggelengkan kepalanya saja sembari mengembuskan nafas panjangnya.
"Astaga Gus, masih aja kasar sama cewek" Ucap Z yang merasa sudah biasa atas tingkah laku kawan seangkatannya itu.
"Terserah si aguslah, lagian anak mesin gak usah ikut campur sama urusan kami lah" Ucap salah satu rekan Agus.
"Udah mendingan gini aja..." Z mendekati agus dan membawa lelaki itu menjauhi kerumunan, kini keduanya tampak berbisik pelan seakan tengah mencapai kesepakatan.
Abel tak bisa mendengarkan apa yang tengah diperbincangkan keduanya, selain sebuah ekspresi wajah agus yang berubah senang dengan anggukan antusias. Fak beberapa lama agus langsung mengajak kawan-kawannya pergi dari sana yang kini menyisahkan Z dan kedua adik kelasnya itu.
"Kalian mau kemana rupanya? Lain kali jangan diladeni ya mereka" Nasihat Z sembari mendekati keduanya.
Abel bisa melihat kedua mata Z yang menatapnya langsung, ia berusaha untuk bersikap tenang sambil memasang kembali bandonya.
"Mau nemuin kakak" Jawabnya tanpa sadar, Z yang mendengarkan hal itu langsung menaikkan sebelah alisnya dengan tatapan ragu.
"Iya mau nemuin kak Z, soalnya aku.." Ucap Abel sekali lagi dengan penuh percaya diri, sarah yang berada disebelah Abel langsung panik dan menutup mulut sahabatnya itu.
"Jangan macem-macem ya kak, maksudnya itu nemuin kakak buat nanyak-nanyak soal PMR"
"Oh...!!! Mau daftar PMR" Z mengangguk paham.
"Kalau Sekarang kayaknya kakak lagi sibuk, chat aja bisa nanti malam?" Tanya Z, abel menatap sekilas kearah sarah sebelum akhirnya ia mengangguk cepat dan mengeluarkan handphonenya.
"Berapa nomor kakak?" Tanya Abel, Z gak banyak bicara dan langsung mengambil handphone gadis itu dan menuliskan nomor kontaknya disana .
"Nanti sebelum chat, usahakan perkenalkan diri dulu ya soalnya kakak males bales pesan kalau gak kenal" Z menyerahkan kembali handphone itu pada Abel, ia hanya tersenyum saja dan langsung menepuk pelan bahu Abel.
"Maaf ya gak bisa ngobrol lama sama kalian, kakak duluan ya" Z langsung pergi meninggalkan Abel yang merasa terbawa mimpi saat tangan kanan Z menyentuh bahunya.
Ia hanya bisa tersenyum senang dan mencubit tangan Sarah untuk mengekspresikan kebahagiaannya , sarah yang melihat kebahagiaan abel hanya bisa ikut bahagia juga walaupun tangannya jadi korban cubitan Abel.
Share this novel