Wajah tegang yang mewarnai raut muka sarah, lia, aisyah dan ilyas yang menunggu hasil mengerjakan ujian nasional setelah tiga tahun mereka mencari ilmu di sekolah muslimah tersebut. Cucuran keringat dan cucuran air mata bercampur menjadi satu karena ketegangan mereka yang membuat mereka merasa takut akan hasil nilainya.
....

Setelah ber jam jam mereka menunggu hasilnya pun mulai keluar. Dan mereka liat satu persatu nama mereka akan kah tercantum ataukah tidak. Ternyata mereka lulus dan mendapatkan nilai yang sangat bagus ''Ya Allah terimakasih atas nilaiku yang lumayan bagus dan aku sangat bahagia bukan hamba saja yang mendapatkan nilai yang cukup memuaskan tapi sahabat sahabatku juga mendapatkan nilai yang sangat bagus juga''. Ucap syukur aisyah. Mereka pun saling berpelukan kecuali ilyas yang berdiri dan tersenyum lebar.

...
Keesokan harinya

Mereka berempat berkumpul disebuah kedai makanan.
Ilyas menunggu kepastian dari aisyah. Dan aisyah hanya menundukkak kepala. ''Ilyas aku akan menerimamu jika bunda dan keluargamu merestui akan hubungan yang akan kita jalani kelak. Hubungan ini bukan hanya kita berdua saja namun orang tua kita pasti juga ikut campur juga sebagaimana orang tua lah yang lebih tau tentang larangan larangan dalam taaruf. Aku mau kita minta izin ke bundaku dan kepada orang tuamu apalagi orang tuamu adalah keluarga yang terkenal akan agamanya dan berwibawa juga''. jelas aisyah. Ilyas pun menyetujuinya. Sarah dan lia pun ikut hanyut dalam kisah mereka beerdua. Berganti topik, lia bertanya tentang kelanjutan menuju ke jenjang perkuliahan. Aisyah dan ilyas menjawab hal yang sama yaitu di sebuah perkuliahan yang berbau dengan agama. ''Kalian sepertinya jodoh lo''. Kata lia menggoda. Aisyah dan ilyas pun bertambah malu.