Bab 22

Romance Series 5632

"Kalau begitu kita ambil saja jatah cuti kita sekaligus, untuk membantu adik kita merintis usahanya...! kita lihat perkembangan yang ada nanti, Kalau seumpama dalam waktu itu, toko kue berjalan dan membutuhkan karyawan, kan bisa di kondisikan? Betul tidak Din?" Tanya Ine yang lebih mendominasi usulan diantara mereka.

"Boleh juga saranmu Mbak, cus ah...! aku setuju!"jawab Nadine antusias.

***

Hari pertama mereka gunakan untuk membeli peralatan toko, mulai dari etalase, wallpaper dinding dan juga pernak pernik yang lainnya.

Hari kedua digunakan untuk menata tata letak isi toko, dan itu membutuhkan tenaga tukang, baru di hari keempat mereka sudah bisa membuka toko mereka.

Grand opening toko dilakukan dengan menyisipkan diskon 50% untuk pembelian setiap kue yang tersedia.
Bahkan ada tersedia minuman gratis di sana meskipun itu hanya es teh manis cup.

Sambutan dari para pembeli pun sungguh antusias, semua itu mampu membuat Nadine, Sari dan juga Ine terharu sekaligus bahagia, mereka tak menyangka jika sambutan dari para pembeli seperti itu.

"Jika para pembeli seperti ini setiap hari, ada baiknya kamu mencari tenaga deh Din!"kata Sari memberi usul.

"Kita belum tahu kedepannya Seperti apa Mbak, bisa jadi mereka yang ke sini hari ini hanya berburu diskon, bisa juga karena mereka penasaran dengan rasa dari kue yang aku buat!"kata Nadine.

"Do'a itu yang baik-baik Nadine, do'a itu gratis oleh karena itu berdo'alah sebanyak-banyaknya dan seluas-luasnya! jangan sekalipun kamu sisipkan keburukan di setiap do'amu! insya Allah makbul!"tegur sari atas jawaban Nadine tadi.

"Nggih Mbak yu!" jawab Nadine dengan bahasa Jawa.

Tak sampai siang, kue yang tersedia di etalase sudah habis, padahal tadi pagi Nadine cukup banyak membuat kuenya.

"Untuk hari ini cukup ya Din, next jangan lupa sampel untuk semua kue meskipun itu hanya seuprit-uprit saja! itu penting karena dengan begitu pembeli akan tahu rasa dari kue yang akan dibelinya!"Sari memperingatkan.

"Nah itu Din, dengerin kata kakak besar! kata-katanya mengandung petuah lo!" Ine menimpali.

"Mbak Ine, Mbak Sari...! boleh nggak sih kalau aku minta kalian untuk nemenin aku jualan di sini saja? Nanti kita bagi hasil lah begitu..! bagaimana?"tanya Nadine.

"Kita lihat perkembangannya dulu, kalau memang toko ini lebih membutuhkan kita! Whay not?"Jawab Sari.“Kamu bagaimana ne?"Tanyanya kepada Ine.

"Kalau dipikir-pikir, sebenarnya kalau untuk jangka panjang lebih menjanjikan usaha Nadine ini sih, berapapun hasil kita di sini, tentu kita tidak akan ketar-ketir untuk dipecat, lagi pun di masa depan ada kesempatan kita untuk menjadi bos besar kalau kita mau mencoba dan memulai!"jawab Ine berkhayal tentang hari kemudian.

"Aku Anggap deel ya jawaban kalian? Kalau begitu aku tidak memerlukan karyawan lain, kita majukan toko kue ini bersama-sama! syukur-syukur kalau suatu saat nanti kita bisa menebus ruko ini!"kata Nadine.

"Ehh...!"jawab Ine dan Sari bersamaan.

Sesuai rencana awal mereka, mereka pun sekarang tinggal di ruko tersebut dan meninggalkan kontrakan yang selama ini mereka tempati meskipun masa kontraknya belum selesai.

***

Sementara itu kehidupan Shinta semakin kacau galau, dia yang mendambakan kehidupan mewah dan tercukupi segala keinginannya dan kebutuhannya, justru kini berbalik dari apa yang diimpikannya tersebut.

Semua keadaan yang dialami oleh Sinta tentu ada campur tangannya Erika istri dari Darmawan, saat mendapati laporan dari orang-orang yang diminta untuk menyelidiki tentang dermawan.

Erika mendapat kabar Kalau sang suami telah menikah lagi dengan seorang gadis belia yang baru kelas 2 SMA.

Laporan tersebut tentu membuat Erika berang dan marah, tak ingin bertele-tele dan menunggu lebih lama lagi, Erika langsung memblok semua akses Dharmawan ke perusahaan, bahkan kini dia tidak bisa menggunakan kartu ATM yang sering digunakannya selama ini.

Keadaan tersebut tentu membuat Darmawan kalang kabut, meskipun Darmawan sangat mencintai Sinta karena lugu dan polos, tapi tentu saja Darmawan lebih mencintai harta dan kemewahan.

Mulai dari ATM yang tak bisa digunakannya kembali, dia mulai curiga kalau sang istri sudah mengetahui perbuatannya, oleh karena itu semenjak kejadian pemblokiran ATM, Darmawan mulai mendekati istrinya kembali.

Bukan karena bucin, tapi melainkan takut kehilangan sumber dananya.

"Dek...kenapa semua kartu ATM Mas tidak bisa digunakan? kemarin Mas mau bayar waktu makan di restoran tidak bisa dipakai loh!" tanya Darmawan lembut kepada istrinya.

"Sengaja aku blok...!"jawab Erika santai.

"Kenapa Dek? Kamu tahu nggak...?"

"Enggak...!"perkataan Darmawan langsung dipotong oleh Erika.

"Dengerin dulu dong Dek, Mas mau cerita ini!" kata Darmawan jengkel karena perkataannya dipotong padahal belum selesai menjelaskan.

"Kemarin itu Mas malu banget, padahal saat itu sedang makan siang bersama klien, masa aku tidak bisa membayar yang akhirnya dibayar oleh mereka!"kata Darmawan berbohong.

"Kemarin siang tidak ada janji temu dengan siapapun, dan menurut jadwal seharian itu, full tidak ada pertemuan dengan siapapun dan di manapun!"jawab Erika tanpa melihat ke suaminya.

Darmawan hanya diam tak bisa menjawab perkata istrinya, ia bingung harus bicara apa lagi karena apa yang dikatakan oleh istrinya itu benar adanya.

"Siallll...!"umpat Darmawan dalam hatinya.

"Kemarin siang di restoran masakan Aceh, Kamu berjalan dengan seorang wanita muda dan makan di restoran tersebut! itu yang hendak kamu katakan? Apakah wanita muda tersebut yang kamu maksudkan?"Tanya Erika langsung to the point atas apa yang diketahuinya.

"Emmm...anu...! ih apa sih!"kata Darmawan bingung harus menjawab apa.

Dari perkataan Erika, Darmawan dapat menyimpulkan bahwa sang istri memang sudah tahu kedekatannya dengan Shinta. Yang jadi pertanyaannya dia saat ini adalah, Apakah Erika sudah tahu apa belum tentang pernikahannya dengan Shinta.

"Bisa hilang ATM berjalanku kalau sampai Erika tahu dan meminta pisah!" batin Darmawan dalam hatinya.

"Perempuan itu bernama Shinta, Sinta Andriani, gadis kelas 2 SMA dengan usia 17 tahun, kamu menikahinya secara siri tiga bulan yang lalu, Benar?"tanya Erika langsung menembak dan tak bertele-tele.

"Dari mana kamu tahu Dek? Tentu kabar yang kamu dengar itu tidak benar, aku difitnah itu dek!" sanggah Darmawan.

Erika tak mau banyak membantah, dia pun langsung mengirimkan bukti-bukti perselingkuhan Darmawan, dia mengirimkannya lewat pesan singkat kepada sang suami.

Darmawan yang membuka aplikasi handphonenya pun merasa kaget dengan apa yang dikirim oleh istrinya, dirinya sok bukan main karena membayangkan apa yang akan terjadi berikutnya.

"Sudah kukatakan dari awal Mas, aku tidak menerima penghianatan...! sikap royalmu kepada keluargamu aku tidak masalah selama ini, karena aku menganggap mereka juga sebagai keluargaku!"Erika menghentikan kalimatnya.

"Sama sekali aku tidak mengharapkan harta dunia, karena aku tidak membutuhkan itu darimu, hartaku sendiri jauh lebih banyak dan kamu tahu itu bukan?"Tanya Erika yang dijawab dengan anggukan.

"Pergilah kamu dari rumah ini Mas, kamu hanya berhak menggunakan baju yang melekat di tubuhmu seperti saat kamu memasuki rumahku ini! pergilah...!" kata Erika.

"Untuk mobil beserta tabungan yang ada di rekening milikmu, aku ikhlaskan semua itu untukmu!" Akhir kata dari Erika benar-benar membuat Darmawan syok.

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience