"Pergilah kamu dari rumah ini Mas, kamu hanya berhak menggunakan baju yang melekat di tubuhmu seperti saat kamu memasuki rumahku ini! pergilah...!" kata Erika.
"Untuk mobil beserta tabungan yang ada di rekening milikmu, aku ikhlaskan semua itu untukmu!" Akhir kata dari Erika benar-benar membuat Darmawan syok.
"Maafkan aku dek! jangan seperti ini, tolong...!"Darmawan memohon.
"Aku sudah memaafkan jauh sebelum kamu meminta maaf, tapi maaf, aku tidak bisa menerimamu kembali, aku tak lah sekuat itu!"kata Erika.
"Pergilah Mas, ada satu hati yang harus kamu jaga sekarang, aku tahu dia sedang mengandung bukan? Anggap saja mobil dan juga rekening yang kamu miliki itu sebagai kenang-kenangan dariku!"kata Erika lagi.
"Oh ya hampir lupa, tentang apartemen yang selama ini kamu beli, akan aku tarik kembali, dan untuk rumah yang cukup strategis yang kamu janjikan untuk Shinta istri beliamu itu, aku ikhlaskan untuk kamu tempati! hiduplah dengan bahagia dengan wanita pilihanmu!" lanjut Erika menerangkan apa saja yang akan didapatkan dan diikhlaskan oleh Erika kepada Darmawan.
Usai mengatakan demikian masuklah dua bodyguard lalu membawa keluar Darmawan dari rumah tersebut, meskipun Darmawan memberontak tak membuat seorang Erika mengurungkan niatnya untuk mengusir pergi darmawan dari rumahnya dan juga kehidupan nya.
Tentu saja air mata mengiringi kepergian laki-laki yang selama ini menemaninya, tapi apa mau dikata, perselingkuhan sudah pun dilakukan oleh Darmawan dan itu benar-benar membuat hati seorang Erika terluka.
"Berjuanglah Mas, mulai hari ini kamu harus bisa menciptakan jati dirimu sendiri!"Batin Erika dalam hatinya.
***
Setelah berpikir cukup lama dengan pertimbangan yang ada, Damar memutuskan untuk mengambil pinjaman di kantor guna sebagai biaya gugatan cerai antara dirinya dan juga Nadine.
Damar sangat tidak rela karena setiap bulannya Nadine masih menerima uang tunjangan istri di kantor tempatnya bekerja, apalagi Nadine sama sekali tak mau membaginya dengan sang ibu.
Damar sama sekali tidak pernah memikirkan nafkah untuk Gibran Sang putra, karena saking tak terima nya dia tentang uang yang diterima oleh Nadine dia pun sampai melupakan kewajibannya sebagai seorang ayah.
Damar sengaja menyewa pengacara untuk proses perceraian yang ia lakukan, meskipun dia menyewa seorang pengacara dia pun tidak bisa menuntut apapun yang dimiliki oleh Nadine.
"Aku ingin lihat kamu bisa apa tanpa uang tunjangan dari kantor!"batin Damar menutup Mata bahwa sebenarnya sang istri mampu bertahan meskipun tanpa uang tunjangan dari tempatnya bekerja.
Damar tak pernah tahu bila sekarang Nadine sudah membuka sebuah toko kue dan sudah berpindah tempat tinggal.
Damar terlalu fokus dengan kebenciannya terhadap Nadine sampai dia melupakan bahwa Nadine bukanlah wanita yang lemah, pelajaran terakhir yang diberikan oleh Nadine membuat Damar tak berani menemui Nadine kembali.
Meskipun Ibu Pratiwi memaksanya untuk mendatangi Nadine kembali, tapi Damar lebih memilih menolaknya karena dia tak mau jika harus berakhir ke rumah sakit ataupun ke kuburan, tentunya ia masih sayang dengan nyawanya sendiri.
Sementara Ibu Pratiwi tentu tidak akan pernah berani datang sendiri untuk menemui Nadine, nyalinya tentu tidak seberani itu. Cerita-cerita yang diberikan oleh Damar mampu membuat seorang Pratiwi bergidik ngeri namun juga merasa penasaran dan tak rela dengan uang yang diterima oleh Nadine.
Proses perceraian antara Nadine Dan Damar Akhirnya selesai, Damar sengaja tidak memberikan surat undangan kepada Nadine agar perceraian mereka cepat selesai.
Kini usia kandungan Shinta sudah memasuki 8 bulan dan tentu artinya perutnya itu sudah membuncit, di usianya yang masih belia yang seharusnya masih menikmati bangku sekolah Tapi kini harus menjadi seorang istri dan sebentar lagi akan menjadi seorang Ibu.
Menyesal? tentu tidak, karena Meskipun mereka hidup tak semewah dulu, Darmawan sangat memanjakannya. makanan dan minumannya sangat terjamin 4 sehat 5 sempurna, Darmawan benar-benar sangat menjaga kehamilan istrinya tersebut.
Bagi Darmawan, menyesali yang sudah terjadi pun tak ada gunanya, keputusannya sekarang adalah untuk menjaga sesuatu yang ada di genggamannya, tidak lucu bukan jika seandainya dia akan kehilangan keduanya?
Damar dan Ibu Pratiwi ikut tinggal bersama Darmawan, rumah yang lumayan besar meskipun tidak begitu mewah cukup membuat kehidupan rumah tangga Darmawan dan Shinta tentram dan bahagia.
Kini Sinta bisa menjadi istri sah dari Darmawan karena Erika sudah melayangkan gugatan cerai setelah kejadian pengusiran Darmawan saat itu.
"Syukurlah mulai bulan ini Nadine tidak menerima tunjangan dari kantor tempatmu bekerja lagi, enak saja Nadine itu!"omel Bu Pratiwi.
"Oh ya Shin, hpl nya kapan itu? Nanti kamu minta Cesar saja jangan melahirkan secara normal, ibu takut kamu tidak kuat, soalnya umurmu masih belia!"kata Bu Pratiwi.
"Iya Bu, kata Mas Darmawan cukup kok tabungan untuk melahirkannya! Mas Darmawan mengizinkan untukku melahirkan secara Caesar!"jawab Shinta
"Emangnya suamimu sekarang kerja apa?"Tanya ibu Pratiwi lagi.
"Nggak tau juga Bu, yang jelas setiap hari dia masih menghasilkan duit! terserahlah dia mau kerja seperti apa dan sebagai apa!"jawab Sinta santai.
"Dulu katamu Dharmawan itu orang kaya, lawong anaknya saja teman dari kakakmu kok, kamu juga bilang kalau dia itu kaya raya! terus kenapa saat berpisah dia tidak mendapatkan apapun?" Tanya Pratiwi menyelidik.
"Ibu ini bagaimana sih? Rumah ini Ibu kira apa? Mobil yang dipakai sama Mas Darmawan juga? Lalu uang tabungan yang untuk menghidupi kita? Ibu tidak perhitungkan itu?"Jawab Shinta tak suka.
"Harusnya ibu dan Mas Damar itu berterima kasih sama Mas Darmawan, Kalau tidak ada rumah ini tentu ibu dan Mas Damar akan mengeluarkan uang untuk mengontrak!"lanjut Shinta dengan sinis.
Saat mendengar perkataan dari putrinya tersebut membuat Ibu Pratiwi teringat akan rumahnya yang sudah disita 2 bulan yang lalu, Damar akhirnya tidak kuat untuk menebus rumah tersebut dan mau tak mau harus direlakan untuk dilelang.
Sementara Sarah tak mau tahu tentang pinjaman tersebut, padahal sebagian uang lebih banyak digunakan oleh Sarah daripada damar dan juga Ibu Pratiwi.
Sejak rumah Ibu Pratiwi dilelang, dan juga sejak kepindahan Damar dan juga Bu Pratiwi ke rumah Sinta, mereka sudah lost contact.
Sama sekali Ibu Pratiwi tak pernah mendengar kabar dari anak sulungnya tersebut, pun sebaliknya sarah juga tidak pernah menghubunginya.
Darmawan sendiri memilih profesi sebagai taksi online dengan memanfaatkan mobil miliknya hasil hibahan dari Erika dulu. tentu saja hal itu tidak diketahui oleh istri maupun mertuanya.
Sementara uang yang ada di tabungannya ia usahakan untuk tetap utuh dan tidak berkurang, Sinta yang masih polos tentu saja masih mudah untuk Dharmawan menasihatinya agar menghentikan gaya hidup yang hedon seperti yang dilakukannya selama ini.
Darmawan sangat bersyukur karena ternyata Sinta benar-benar mencintainya dan bukan semata-mata karena harta yang dimilikinya selama ini.
Darmawan berharap jika pernikahannya kali ini akan berjalan baik-baik saja hingga dia menutup Mata. Darmawan mulai menata untuk waris yang akan diberikannya kepada anak yang ada di kandungan Sinta.
Sementara anaknya yang dari Erika pasca perpisahannya bersama sang ibu membuat anak tersebut tak lagi berhubungan dengannya, tentu saja anaknya itu sakit hati karena dirinya telah berselingkuh.
Share this novel