Sebuah mobil memasuki halaman pekarangan rumah setelah seorang asisten rumah tangga membukakan pintu pagarnya.
"Den Kalvin!" tegur asisten rumah tangga tersebut setelah menutup pintu pagar dan menghampiri Kalvin.
"Iya Mbak ada apa?"
"Aduh Mas, saya jadi enggak enak loh sama Mas. Seharusnya saya yang belanja. Bukan mas. Kalau diluar sana Mas kerepotan gimana? Bapak sama Ibu bisa marahin saya."
Kalvin terkekeh. "Sudah Mbak. Tidak apa-apa. Lagian ini kan hari libur, sesekali lah saya bantu Bunda. Ya anggaplah belajar menjadi calon suami yang membantu istrinya belanja kebutuhan dapur suatu saat."
"Aduduuu Mas.. saya kok terharu ya? Memangnya sampean sudah mau nikah? Sama siapa? Kok saya enggak pernah liat calonnya?"
Kalvin hanya tersenyum ramah. "Ada Mbak. Sedang di persiapkan oleh Allah. Cuma saya saja yang belum ketemu sama dia. Doakan saja tahun ini saya bisa hijrah bersama calon pasangan halal ya."
"Aamiin. Mbak doakan semoga sampean cepat ketemu sama jodohnya. Tapi lain kali saya aja ya Mas yang belanja. Kasian kalau orang setampan Mas blusukan ke pasar."
"Ah tidak apa-apa Mbak. Lagian saya sudah izin kok sama Bunda. Yasudah, saya masuk kedalam dulu ya Mbak."
Asisten rumah tangga tersebut hanya tersenyum ramah dan mengangguk kemudian Kalvin pun melangkahkan kakinya memasuki rumah dan mendatangi Bundanya yang sedang berada didapur.
"Asalamualaikum Bun. Maaf kalau Kalvin telat datangnya."
"Wa'alaikumussalam. enggak kok." jawab Bunda Kalvin yang bernama Bunda Latifah. "Lagian kamu ada-ada aja deh, masa iya anak Bunda yang tampan ini bukannya libur istirahat dirumah malah bantu-bantu Bunda."
Kalvin hanya menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Ia pun mengalihkannya dengan bertanya pada Bundanya.
"Em, maaf Bun tadi catatan belanjaan yang Bunda kasih sama Kalvin tiba-tiba hilang."
"Loh kok bisa? Jadi bagaimana kamu bisa belanja semua ini." Latifah melongo kedalam tas plastik dan mengecek berbagai macam jenis sayuran didalam sana.
"Tapi ini lengkap kok. Gak ada yang salah."
"Em.. tadi ada perempuan yang bantu Kalvin Bun."
"Siapa?"
Kalvin hanya menghedikan bahunya "Ntahlah Bun. Kalvin tidak sempat berterima kasih karena dia sudah pergi duluan.
"Yasudah tidak apa-apa. Yang penting dia sudah baik karena membantu kamu. Kamu istirahat deh dikamar, kasian wajah kamu terlihat lelah tuh."
Kalvin hanya mengangguk dan pergi menuju kamarnya karena tubuhnya memang terasa lelah. Sesampainya dikamar, ia segera menaiki tempat tidur dan memejamkan matanya sejenak.
Waktu terus berjalan dan terhitung sudah hampir setengah jam Kalvin tidak bisa memejamkan kedua matanya meskipun tubuhnya terasa lelah. Ia pun membuka kedua matanya dan menatap langit-langit kamarnya dengan berbagai macam pikiran dikepalanya. Bagaikan sebuah tayangan iklan yang silih berganti, satu persatu Kalvin mengingat bayangan kemarin sore saat ia melihat seorang wanita cantik yang sedang memilih salah satu eyliner Casanova miliknya.
Kesibukan dimalam hari dan bekerja secara lembur membuat Kalvin bergadang di kantor hingga dipagi harinya, ia kembali bertemu dengan wanita yang sama cantiknya mengalami kecelakaan meskipun tidak parah mengingat wanita itu terjatuh sendiri dengan motor yang ia kendarai.
Lalu tadi pagi, beberapa jam yang lalu ia baru saja bertemu kembali dengan gadis manis yang sudah membantunya dipasar dalam berbelanja ketika ia kehilangan sebuah catatan daftar belanja sayuran dari ibunya.
Kalvin menghela napas. Ia pun bangun dari posisi tidurnya dan duduk di pinggiran ranjang sambil mengusap wajahnya. Kenapa tiba-tiba ia memikirkan ketiga wanita cantik dan manis secara bersamaan dalam waktu yang dekat?
Apakah karena dirinya yang belum menikah sampai sekarang yang di sebabkan oleh kesibukan didunia pekerjaan sehingga membuatnya tidak memiliki waktu untuk mencari jodoh apalagi memikirkan hal tersebut?
Oh ayolah, itu masuk akal mengingat usianya sudah 30 tahun. Sudah waktunya ia membina rumah tangga. Tidak mau berpikir panjang, Kalvin pun segera mengambil air wudhu ketika adzan Zuhur berkumandang. Setelah menyelesaikan sholat dan berdzikir, Kalvin pun terdiam sejenak hingga kedua sudut bibirnya terangkat.
"Baiklah. Mulai sekarang aku akan berusaha mencari sosok wanita yang tepat untuk menjadi pendamping hidupku kelak."
????????
Seminggu kemudian.
Setelah Irma sembuh dari luka yang ia alami akibat insiden terjatuh dari motor yang ia kendarai, kali ini Irma memilih pergi ke mall bersama kedua temannya. Siapa lagi kalau bukan Levi dan Shin. Ah, meskipun Levi dan Shin terlihat menyebalkan, tetap saja mereka bertiga menjadi sister sejolinya sampai akhir hayat.
Saat ini, Shin tengah mengemudikan mobilnya. Disampingnya ada Levi yang sudah dianggap bos sejak dulu. Lalu di sebelah Levi ada Irma. Si Irma yang dianggap seperti seorang pembantu yang tersakiti.
"Shin." panggil Levi
"Hm."
"Ganti ah siaran radionya. Masa iya kamu betah dengerin lagu era tahun 90an gitu? Gak ada yang menarik ya siarannya? Irma ngerasa tua renta tuh." lontar Levi dengan songong.
Suara Irma yang sejak tadi duduk dibelakang bagian mobil Shin kini mendengus kesal dan tidak terima.
"Cih, sorry ya aku gak tua. Noh, si Shin yang tua dari kita! Umurnya aja sudah 100 tahun."
"Iya yah?" Levi menimpali. "Sudah bau tanah."
"Iya Lev." Irma tertawa. "Daripada kamu sibuk beli make up, mending kamu kumpulkan uang buat beli tanah kubur. Apa yang dikatakan Levi itu ada benarnya loh Shin."
"Nah benar tuh kata Irma. Kan enak, biar kita bisa tahlilan makan ayam. Kamu tahu kan kalau aku suka makan ayam? Cepat sana gih datangin tukang ayam, Borong semua ayamnya. Atau kalau perlu aku temenin deh supaya aku bisa bantu kamu cari harga yang murah."
"Ah ayam. Aku lapar." sambung Irma sambil memegang perutnya. Tiada hari tanpa makanan dan makanan di otaknya.
Shin yang merasa kesal jika dari tadi menjadi bahan bullyan pun akhirnya mencengkram kemudi stirnya dengan kuat.
"Ih, Kaliaaaan itu yaaa! Ck, iya emang 100 tahun. Tapi 100 dikurang tujuh puluh dua sama dengan dua puluh delapan tahun. Puas?! Umur boleh tua tapi wajah tetap muda awet kinclong."
Levi menyela "Kamu lagi endrosin sabun cuci piring yang katanya kinclong itu ya? Eh aku dengar di minimarkert ada diskonan loh. Beli satu gratis- aaaaaaaaaa Shinnnn awass!!!"
BRUK!
Akibat kekonyolan mereka yang suka bercanda tak berfaedah, tanpa diduga Shin tidak fokus dalam mengemudikan mobilnya hingga ia pun tanpa sengaja menabrak bagian belakang mobil sport yang ternyata sedang berhenti karena lampu merah yang menyala.
Pengemudi pria yang kebetulan sedang menaiki mobil sport tersebut terkejut. Ia merasa bagian belakang mobilnya ditabrak seseorang. Ia menoleh kebelakang dan menyipitkan kedua matanya.
"Kamu tangani pengendara yang menabrak mobil saya untuk segera bertanggung jawab." perintahnya pada asisten pribadinya.
"Baik Pak. Permisi, saya keluar dulu."
Seorang pria bertubuh tinggi dan tegap keluar dari mobil sport tersebut kemudian berjalan kearah mobil Shin dan membuat Shin, Levi dan Irma dilanda kekhawatiran.
"Ya Allah. Gimana ini?" lirih Irma.
Levi menutup mulutnya terkejut. "Aduh, mobil sport pula yang kamu tabrak Shin. Ya Allah, kalau kita suruh ganti rugi gimana ya? Ir, gimana dong? Kita belum bantuin Shin nih kumpulin uang buat beli tanah kuburnya."
"Hush!" tegur Shin tidak terima. "Kalian ini doain aku cepat mati ya? Aku belum mau mati, nikah aja belum. Punya anak aja belum. Jahara kalian. Ini semua gara-gara kamu sama si asoy Irma yang ada dibelakang kita tuh!"
"Loh, kok aku sih?" Irma memasang raut wajah sok drama. "Aku gak tau apa-apa Shin. Dedek emesss kok disalahin."
Shin pun marah "Ini semua gara-gara kalian! Pokoknya-"
Suara pintu kaca mobil Shin terketuk. Merasa pasrah dan memang semua ini adalah kesalahannya, dengan terpaksa Shin menurunkan kaca mobilnya. Seorang pria bertubuh tinggi tegap kini sedang menatapnya serius.
"Maaf Mbak. Saya cuma ingin menyampaikan pesan dari atasan saya untuk bertanggung jawab atas semua kesalahan yang Mbak lakukan karena sudah menabrak bagian belakang mobilnya. Ini alamat kantornya." pria itu menyodorkan kartu nama yang tertera sebuah alamat perusahaan dan Shin pun menerimanya.
"Saya harap Mbak bisa bertanggung jawab atas semua ini. Nomor plat mobil Mbak sudah saya catat. Permisi."
Dan kepergian pria itu membuat suara klakson pengendara mulai terdengar meskipun beberapa detik yang lalu sempat terjadi kemacetan karena dirinya.
????????
Akibat bercanda yang gak faedah ????????
Makasih sudah baca.
Sehat selalu buat kalian yaa ????
With Love ????
LiaRezaVahlefi
Instagram
lia_rezaa_vahlefii
Share this novel