Chapter 9 : Dilema 3 hati

Romance Series 292

Sebulan kemudian..

Kalvin mengusap raut wajah lelahnya. Setelah berpikir panjang dalam mengurus Store Bodyshop Casanova yang terbakar di pusat perbelanjaan diluar negeri pun benar-benar sudah menguras waktu, tenaga dan pikirannya. Semua sudah menjadi takdir ketika musibah itu terjadi.

Setelah jam bekerja berakhir. Kalvin melepas lelah sambil merentangkan otot-otot tubuhnya yang saat ini sedang duduk di kursi kerjanya.

Kalvin mengecek jam di pergelangan tangannya. Waktu menunjukkan pukul lima sore dan sudah waktunya ia pulang. Untung saja sejak kemarin ia menyicil semua pekerjaan didalam kantor sehingga sedikit banyaknya ia akan mengurangi jam lembur diruangannya. Ntahlah, akhir-akhir ini ia mulai memikirkan kondisi dan kesehatannya untuk mengurangi waktu bergadang.

Disisilain, Kalvin juga harus bisa mengatur jadwal schedule sebuah job pemotretan sebagai kontrak brand ambassador mobil sport keluaran terbaru yang sudah ia tandatangani.

Tanpa mau membuang waktu lagi, Kalvin segera beranjak dari duduknya. Ia pun keluar dari ruangannya dan menuju basement untuk mengemudikan mobilnya.

Sesampainya dijalan, Kalvin menyipitkan kedua matanya dan mendapati Levi sedang berjalan di trotoar dan masih berpakaian kerjanya. Bukankah semua karyawan pulang pukul empat sore? Kalvin melirik jam di pergelangan tangannya yang saat ini sudah menunjukan pukul setengah enam sore.

"Tumben sekali dia jalan kaki? Apakah dia tidak pulang bersama Irma atau Shin?" ucap Kalvin pelan.

Kalvin pun menepikan mobilnya sambil membunyikan klaksonnya dan membuat Levi menoleh ketika mendapati sebuah mobil berhenti disampingnya.

Leve mengerutkan dahinya. "Bukankah itu mobil Pak Kalvin?"

Kalvin keluar dari mobilnya dan menghampiri Levi. "Assalamualaikum Levi."

"Wa'alaikumussalam, Pak Kalvin?"

Kalvin tersenyum. "Kamu pulang sendiri? Yang lain kemana?"

Levi terlihat canggung. Apalagi seorang pria yang menjadi atasannya itu menghampirinya. "Em, mereka sudah pulang jam empat sore tadi Pak."

"Kamu mau kemana? Ini sudah senja." Kalvin menatap langit diatas kepalanya yang mulai memerah senja.

"Em. Sa-saya mau ada keperluan Pak."

"Mau saya antar? Daripada kamu jalan kaki. Kali aja satu arah sama tujuan saya."

Dan Kalvin pun memperhatikan Levi yang saat ini sedang membawa beberapa kantong plastik berisi makanan dan kue-kue.

"Sepertinya kamu mau ke suatu tempat. Saya antar ya? Tidak baik kalau senja begini kamu jalan kaki."

Levi terlihat ragu. Apalagi pria sebaik Kalvin sudah membukakan pintu mobil bagian belakang buat dirinya. Setelah berpikir sejenak, Kalvin benar. Lebih baik ia menumpang mobil Kalvin agar bisa mempersingkat waktunya.

Begitu didalam mobil, Kalvin kembali bersuara. "Ini mau diantar kemana? Sebutin aja alamat kamu."

"Ini bukan alamat saya Pak."

Kalvin melirik kearah Lia melalui spion tengahnya. "Jadi kemana?"

"Ke rumah anak-anak. Bapak tinggal terus kemudian belok kanan. Ada gang pertama disitu lokasinya."

Kalvin terdiam. Ia sedang tidak salah dengar, kan? Anak-anak? Maksudnya apa? Apakah dia sudah berkeluarga?

Kalvin terlalu menerka-nerka sejak tadi. Ia berusaha mengingat riwayat data lengkap karyawan Levi ketika wanita itu menyerahkannya dengan keterangan masih single.

Sesampainya di lokasi. Kalvin memakirkan mobilnya di pinggir jalan yang kebetulan tidak menggangu pengendara lain.

"Terima kasih ya Pak sudah mengantar saya."

Kalvin mengangguk hingga akhirnya Levi pun keluar dari mobilnya. Rasa penasaran yang tinggi membuat Kalvin kembali berpikir. Keluar atau tidak? Mengikuti Levi atau tidak? Ini bukanlah hal yang penting. Tapi, hatinya menyuruhnya untuk mengikuti Levi.

Dengan cepat Kalvin segera membuka pintu mobilnya dan menghampiri Levi
"Levi! Tunggu saya!"

Levi menghentikan langkahnya dan terkejut kalau Kalvin mengikutinya yang sudah memasuki sebuah gang sempit.

"Loh, Bapak mau ngapain? Ini.. ini saya berada di pemukiman kecil loh Pak."

"Memangnya kenapa? Apakah ada yang salah?"

"Ya bu-bukannya begitu." Levi terlihat salah tingkah. "Em Bapak yakin mau ikutin saya sampai kedalam? Tempatnya becek loh pak. Apalagi tadi hujan. Banyak genangan air dimana-mana. Saya khawatir kalau sepatu mahal dan celana Bapak kotor." ucap Levi dengan ragu.

Levi benar. Tapi untuk apa? Toh Kalvin tidak mempermasalahkan semua itu. Kalvin juga merasa heran. Ntah kenapa sebagian orang-orang menganggapnya sebagai sosok pria yang sepertinya sangat enggan blusukan ke tempat-tempat kecil seperti itu. Derajat seseorang boleh beda. Tapi semuanya akan sama di hadapan Allah. Itulah yang terpenting.

Kalvin tersenyum. "Saya tidak masalah. Kalau kotor bisa dicuci. Ayo, keburu Maghrib."

Levi hanya pasrah dan akhirnya melanjutkan perjalanannya yang tertunda. Sesampainya disana, Kalvin terkejut. Ia tidak menyangka kalau Levi mendatangi sebuah rumah sederhana yang ditempati oleh banyak anak-anak kecil. Sebuah rumah yang menjadi tempat Tahfidz Qur'an.

"Kak Levii!!!!!!"

Salah satu anak perempuan berlari kearah Levi kemudian Levi pun berjongkok sambil memeluk erat tubuh anak perempuan yang berusia 6 tahun.

"Yey! Akhirnya kakak datang!!!! Kenapa kakak baru kesini? Amel kangen sama kakak."

Levi hanya tersenyum seraya mengacak gemas rambut Amel. "Maaf ya sayang, beberapa hari ini kakak sibuk. Nih, kakak bawa makanan buat kamu dan teman-temanmu yang lain."

"Asyik!!!! Terima kasih kakak!"

"Sama-sama." ucap Levi dengan senyuman hangat.

Beberapa anak pun datang menghampiri Levi bahkan mengelilinginya. Tanpa Levi sadari, Kalvin menatap mereka tanpa berkedip. Hatinya terasa damai hanya melihat pemandangan tersebut. Levi adalah seorang wanita yang menyukai anak kecil dan secara naluriah dia sudah cocok sebagai calon ibu.

"Kakak kesini sama siapa?"

"Ah iya kakak lupa." senyum Levi tipis. "Kakak kesini sama kakak itu." tunjuk Levi kearah Kalvin. "Namanya Kak Kalvin. Orangnya baik."

"Ah kakak bohong tuh. Bilang aja pacar kakak kan?"

"Ha? Ssshhh.. Kalian ada-ada aja deh. Ya enggak lah." Levi terlihat salah tingkah. "Kalian ini masih kecil. Gak boleh mikir gitu ya. Pacaran dalam Islam itu di larang. Kalian mengerti?"

Anak-anak tersebut hanya tersenyum bahkan ada yang tertawa dan setelahnya, satu persatu dari mereka mendatangi Kalvin Awalnya Kalvin terkejut. Namun semua itu hanya sesaat hingga akhirnya pria itu mengulurkan tangannya agar anak-anak menghormati dan mencium punggung tangannya.

Levi menatap Kalvin yang tersenyum bahkan sesekali pria itu tertawa dengan anak-anak. Ntah kenapa Levi suka melihat hal ini. Ia tidak menyangka kalau selain tampan, Kalvin adalah sosok pria baik yang tidak sombong. Bahkan dengan suka rela Kalvin pun tidak malu hanya untuk berkunjung dan mendatangi tempat terpencil yang berada digang sempit seperti ini.

Tanpa sengaja Kalvin beralih menatap Levi dan mendapati wanita itu tertangkap basah menatapnya begitu lama. Buru-buru Levi menatap ke lain dan memilih memasuki rumah Tahfidz Qur'an bersama anak-anak lainnya dengan raut wajah merona merah.

????????

Waktu terus berjalan. Akhirnya Kalvin pun mengantarkan Levi pulang ke rumahnya. Waktu sudah menunjukkan pukul 20.00 malam ketika ia dan Levi telah menyelesaikan sholat isya berjamaah bersama anak-anak Tahfiz Qur'an bahkan Kalvin pun menjadi imamnya.

Kalvin merasa tahu diri telah bersama Levi hingga waktu menunjukan pukul 20.00 malam. Ia pun berinisiatif menemui kedua orang tua Levi dan meminta maaf bahkan berbasa-basi sambil menjelaskan kegiatannya bersama Levi beberapa jam yang lalu.

Dari balik tirai jendela rumah, Irma menatap hal itu dalam diam. Posisi rumah Irma berada didepan rumah Levi.

Mendadak hati Irma terasa berkecamuk. Ia tidak menyangka kalau Kalvin saat ini sedang berbicara dengan kedua orang tua Levi diteras rumah secara serius.

Dengan lesu, Irma menutup tirai jendelanya dengan hati yang gelisah. Seperti rasa ketidaksukaan terhadap hal itu. Sebuah kecemburuan dalam diam dengan temannya sendiri.

????????

Kalvin sudah tiba dirumahnya beberapa jam kemudian. Seperti yang sudah-sudah, ia berbaring terlentang diatas tempat tidur berukuran king size sambil menatap langit-langit kamarnya dengan berbagai macam pikiran.

Malam ini, seluruh benaknya memikirkan tiga orang wanita sekaligus. Yang pertama Shin. Si gadis cuek dan terlihat masa bodoh namun sebenarnya baik. Dia.. terlihat sangat rajin menunaikan kewajiban sholat 5 waktunya.

Dan Irma.. gadis itu periang. Antusias. Bahkan suka memberi banyak ide serta banyak menghapali surah-surah ayat suci Al-Qur'an.

Sedangkan Levi, gadis itu terlihat sungkan. Selalu merasa tidak enak. Tapi, dia penyayang. Suka anak kecil bahkan suka berbagi kepada orang-orang kekurangan disekitarnya.

Shin, Irma, dan Levi. Ketiga wanita itu benar-benar membuatnya dilema dalam memilih. Semuanya cantik. Semuanya baik. Dan semuanya manis. Sebuah keputusan yang sulit dalam jangka satu tahun ini ia melihat ketiga wanita itu secara bersamaan meskipun diwaktu dan tempat yang berbeda.

Kalvi rasa satu tahun sudah cukup baginya. Saatnya ia melakukan shalat istikharah disepertiga malam nanti. Ia harus meminta dan memohon pada Allah untuk pasangan hidup yang terbaik diantara ketiga wanita itu.

Tidak mungkin kan dia menyukai ketiga wanita sekaligus? Kalvin memang tidak pernah menjalin kasih selama ini. Namun sebagai pria yang baik, Ia akan mengambil keputusan yang tepat dan tidak bersikap egois untuk meraih ketiga hati wanita itu sekaligus.

????????

Kalvin mulai berjuang. Lalu sama siapa hatinya akan berlabuh ? ????

Makasih sudah baca. Sehat selalu buat kalian.

With Love ????
LiaRezaVahlefi

Instagram
lia_rezaa_vahlefii

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience