Chapter 2 : Kepo yang gagal

Romance Series 292

????????

Keesokan harinya.

Seperti yang sudah-sudah. Irma tiba di sebuah kedai yang menjual kue balok lumer coklat dengan tepat waktu agar tidak kehabisan lagi.

Jam masih menunjukkan pukul 06.00 pagi dan Irma sudah merasakan perutnya lapar. Perasaan dilema antara pulang kerumah terlebih dahulu untuk mengisi perutnya yang lapar atau menetap di depan kedai tersebut membuat Irma menjadi galau.

Dan lagi, rasa ingin buang air besar pun hadir begitu saja di dirinya. Irma merutuki kekesalannya karena semakin lama perutnya semakin sakit! Ya Allah, situasi yang darurat seperti ini membuatnya tanpa banyak pikir lagi harus segera pulang kerumah.

Irma pun segera menaiki motor matiknya dengan kecepatan penuh. Jalanan yang masih lenggang di pagi hari membuat Irma ngebut dengan kecepatan tinggi namun sungguh disayangkan ketika tanpa bisa dihindari ia melewati sebuah lubang besar dan jatuh begitu saja dijalanan.

Brak!

"Aaargh!! Ya Allah, ini sakit sekali." ringis Irma.

Irma hanya menghela napas. Dengan tertatih ia mencoba memposisikan motornya yang tiba-tiba terasa berat oleh kondisi yang di alaminya. Seorang pria yang baru saja keluar dari mobil pun tiba-tiba menghampirinya dan membantunya.

"Mbak, Mbak tidak apa-apa?"

Irma menoleh kearah sosok pria tersebut yang kini membantunya. Irma tidak mengedipkan kedua matanya sama sekali bahkan rasa sakit ditubuhnya hilang begitu saja karena melihat sosok pria tampan dipagi hari yang sedang menolongnya.

Irma merasa familiar dengan wajah orang tersebut. Seperti pernah melihatnya di sebuah majalah dan disosial media.

"Mbak?" pria itu melambaikan tangan didepan wajah Irma.

"Eh?" irma berdeham dan rasa sakitnya kembali hadir begitu sadar dari lamunannya.

"Em, saya tidak apa-apa om. Cuma luka dikit."

"Apa katanya? Om? Apakah wajahku se tua itu?" ucap pria itu dalam hati

Pria itu tahu jika terjatuh dijalanan aspal sungguh menyakitkan. Beruntung pakaian yang di kenakan Irma adalah pakaian gamis yang menutup seluruh aurat tubuhnya sehingga tidak nampak dan terekspos didepan seorang pria yang kali ini sedang menatapnya. Disisilain, pria itu menatap Irma yang memiliki wajah cantik.

"Rumahnya dimana Mbak? Mari saya antar."

"Eh, gak usah om. Saya-"

"Tidak apa-apa. Kebetulan saya satu jalur kearah sana." tunjuk pria itu kearah jalan yang berada didepannya. "Kali aja rumah Mbak satu arah dengan alamat rumah saya."

Irma menimbang-nimbang sejenak. Apakah ia masih bisa mengendarai motornya yang baru saja terjatuh dan sedikit rusak sementara ada pria tampan di pagi buta sedang membantunya?

Ah, ini sih namanya rezeki nomplok pagi hari. Bahkan ia melupakan perasaannya yang hendak buang air besar sejak tadi. Pria itu merogoh ponselnya sejenak dan terlihat menghubungi seseorang.

"Mbak gak usah khawatir." kata pria itu setelah beberapa menit kemudian memutuskan panggilannya.

"Motor Mbak nanti bisa dibawa kok sama asisten saya. 15 menit lagi dia akan datang."

Dengan terpaksa Irma hanya mengangguk dan tidak menolak dari bantuan dari pria tampan tersebut.

"Lebih baik Mbak masuk kedalam mobil saya ya."

"Ha?"

Pria itu sudah membukakan pintu mobilnya bagian belakang dan dengan canggung Irma masuk kedalam sambil menunggu asisten pribadi pria itu.

Irma segera merogoh ponselnya untuk melakukan selfie kemudian mengirimkannya ke grup Instagram Alayupayiyuh yang berisikan anggota dua orang wanita. Siapa lagi kalau bukan Levi pemes dan Shin alay.

Irma : "Holang kaya, pagi-pagi sudah duduk manjahhhh didalam mobil."

Send.

Tidak menunggu waktu yang lama tiba-tiba Shin membalas pesan tersebut.

Shin : "Kamu dimana Ir? Idih, mobil siapa tuh?"

Levi ikut membalas...

Levi: "Ir, ingat bentar lagi kiamat. Tobat-tobat kenapa sih? Jangan bilang kamu lagi sama om-om. Ini masih pagi  loh! Kok sudah duduk manjahhhh di mobil om-om, semalam keluyuran ya?"

Irma mengetik...

Irma : "Jahara kau Lev. Ya gak lah! Aku emang sama om-om, tapi om-om ganteng super duper baik hati keleesss."

Shin : "Siapa sih?"

Irma : "Ada deh. Mau tau aja!"

Shin : "Dasar gak jelas!" kesal Shin.

Levi : "Irma mah dari dulu gak jelas. Ck!" sindir Levi

Irma : "Ah bodo amat. Yang penting-"

Belum sempat mengirimkan balasannya, pintu mobil terbuka dan pria tadi muncul sambil menyunggingkan senyum manisnya.

"Itu motor Mbak sudah diangkat ke mobil pick up. Nanti dibawa ke bengkel didekat simpang empat sana. Mbak tahu kan tempat bengkelnya?"

Irma menoleh sejenak kearah belakang dan ternyata memang benar. Sebuah pickup ada dibelakangnya bahkan motornya sudah diangkat kebagian belakang pickup.

Shin : "Woi Irma. Balas ah, kamu lagi dimana sih?"

Lagi-lagi pesan dari Levi dan Shin, Irma abaikan.

"Em iya om saya tahu. Makasih banyak ya."

Pria itu mengangguk. "Sama-sama Mbak. Kasih tahu aja alamat Mbak dimana, saya antar sekarang ya."

Tanpa menunda waktu lagi, pria itu segera menutup pintu mobilnya kemudian duduk di bagian depan untuk mengemudikan mobilnya. Sejak dulu jika ada seorang wanita yang menumpang di mobilnya, Kalvin selalu menyuruh wanita tersebut untuk duduk dibagian belakang mobil mengingat batasannya terhadap yang bukan mahramnya.

Pria itu tidak menyangka akan bertemu dengan wanita cantik seperti Irma yang terjatuh dipagi hari menggunakan motornya dan hal itu sudah menjadi takdir.

Jika pria itu tidak melakukan lembur semalaman dalam mengurus beberapa pekerjaannya di perusahaan hingga sekarang, mungkin ia tidak akan bertemu Irma dijalan pagi ini.

Mobil berjalan dengan santai. Sebentar lagi waktu hampir menunjukan pukul 07.00 pagi. Bayangan tentang kue balok isi lumer coklat membuat Irma menjadi lesu dan tidak bersemangat lagi apalagi ia gagal untuk mencicipinya.

Notip pesan yang berasal dari grup di Instagram kembali muncul dan Irma berusaha mengabaikannya. Irma sudah tidak mood lagi untuk membalas isi pesan-pesan tersebut yang baginya tidak berfaedah ditambah rasa sakit dikakinya yang saat ini sedang luka.

Mobil pun akhirnya tiba didepan rumah dan membuat Levi yang sejak tadi berada di balkon lantai atas rumahnya melongo.

"Mobil siapa itu? Kok berhenti didepan rumah Irma?" Levi pun segera mengeluarkan ponselnya kemudian memotret dari kejauhan dan mengirimkannya melalui pesan pribadi pada Shin.

Levi : "Ada mobil mahal tuh! keren banget dan berhenti didepan rumah Irma."

Pesan tidak terbalaskan, namun Shin muncul begitu saja di balkon rumahnya yang kebetulan rumah Levi dan Shin saling bersebelahan.

"Levi!!" panggil Shin

Levi menoleh. "Apa?"

"Siapa itu? Eh liat, tuh Irma keluar dari mobil dibantu sama ibunya. Kenapa sih tu anak? Dari tadi gak jelas. Pesan grup aja enggak di balas!"

"Kepo ah. Aku mau turun kebawah terus kerumah irma dulu!" ucap Levi

"Sama aku juga Lev! "

Buru-buru Levi turun kelantai bawah dan sebelum mencapai ambang pintu, seorang ibu paruh baya yang merupakan ibu kandung Levi pun menegur.

"Eh! Kamu mau kemana? Ini masih pagi. Gak baik anak gadis keluyuran pagi-pagi apalagi hari ini hari libur."

Levi terkejut, dan membela diri. "Ish, Ma bentar aja kok. Aku mau kerumah-"

"Tidak ada tapi-tapian! Tuh nasi di mejikom habis, sana cuci beras terus dimasak! cucian juga belum di jemur. Gak liat ya cuaca lagi mendung? Ntar kalau kehabisan daleman yang kering gimana? Sana kerjain dulu ah pekerjaan rumah baru boleh keluar."

"Ma, plish sebentar aja deh.."

Ibu Levi hanya mendengus kesal dan mulai mengeluarkan senjata andalannya. Sebuah sapu lidi yang membuat Levi hanya mencelos dan menunda keinginannya yang mau kepo kerumah Irma.

"Iya deh iya. Udah ah Ma jaman sekarang gak musim lagi mukulin anak pakai sapu lidi. Emang aku anak kecil? Sudah besar aku tuh. Tinggal nunggu di halalin aja lagi."

"Asalamualaikum... Lev!!! Ayo kita kepoin si Ir-"

Shin yang baru saja tiba dirumah Levi tiba-tiba terdiam dan terkejut ketika melihat Ibu Levi yang kini menatapnya tajam sambil memegang sapu lidi. Shin pun ketakutan dan memilih lari. Lari dari kenyataan hidupnya. 

????????

Gagal deh kerumah Irma ????

Makasih ya sudah baca. Sehat selalu buat kalian.

With Love ????
LiaRezaVahlefi

Instagram
lia_rezaa_vahlefii

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience