Paijo Sang Pejuang 2 (Special HUT RI)

Romantic Comedy Series 630

Dan pak rt yang sedang membawa baju Belanda untuk pak Daffi kenakan, bertemu dengan salah satu warga yang baru saja bertemu dengan orang gila mencari pacarnya.

Aku dan para abdi dalem lainnya masih mencoba menghentikan Jumiati untuk tidak ikut drama. Lalu kami semua membujuk ibunya agar tidak mengizinkannya untuk ikut drama, dan ternyata ibunya yang akan menggantikan posisi Jumiati.

"Budhe.." panggil Paijo.

"Apa budha budhe meneh jo ?" tanya ibu Jumiati.

"Jo biar aku saja.." kata Aiman.

"Mangga." sambung Paijo.

"Maksud urang eta kawas ieu budhe, Jumiati pan hayang milu drama nya di larang kitu budhe." jawab Aiman.

"Kamu ngomong apa saya tidak ngerti ?"

"Yeh.. Si Asep pake bahasa sunda segala, jadi seperti ini budhe. Jumiati kan mau ikut drama, ya di larang gitu budhe.."jawab Paijo.

"Tidak mau anak ku kan ikut drama kok ya saya larang kecuali main di kali baru saya larang, lagian juga drama anak saya akan masuk tv ngapain saya larang."

"Tidak masuk tv budhe" sambung Aiman.

"Kok gak masuk tv gimana man, kan katamu drama ya berarti masuk tv."

"Lik jo.." seru Arif memberi kode pada Paijo.

"Mboten mlebu tv budhe, cuma munggah panggung wae." kata Paijo menjelaskan pada ibu Jumiati.

"Tau waktuna juga cuma sakeudeung." keluh Aiman.

"Ngomong opo meneh piyambake, jo ?"

"Kulo ora ngerti budhe, sediluk kulo tanyakan disik."

"Ya wis buruan tanyain." pinta ibu Jumiati.

"Inggih budhe.." kata Paijo patuh.

"Nggak usah bertanya lagi pada saya jo biar saya jelaskan saja, maksud saya cuma sebentar dan tidak masuk tv, jadi saya minta tolong larang Jumiati untuk tidak ikut drama. Karena Jumiati akan jadi istri Kapten Belanda. Dan yang jadi Kapten Belanda nya adalah pak Daffi." Aiman menjelaskannya pada ibu Jumiati.

"Apa!!!" Ibu Jumiati kaget saat mendengar penjelasan dari Aiman.

"Atakiwir.." Paijo juga kaget saat mendengar teriakkan dari ibu Jumiati.

"Kenapa jo ?" tanya Aiman.

"Kaget man.." jawab Paijo lagi.

"Oh.." seru Aiman.

"Kenapa budhe ?" tanya Arif.

"Jumiati berperan menjadi istri orang Belanda, dan yang jadi orang Belanda nya pak Daffi ?"

"Iya..", jawab para abdi dalem dengan kompak.

"Nggak bisa dan gak pantes juga."

"Nah gitu kek budhe dari tadi." sambung Arif.

"Karena yang pantes jadi istrinya Meneer Belanda itu adalah saya. Saya pantes kan jo, man, dul, rif ?"

"Tau..", jawab Arif kesal.

"Ya sudah kalau begitu permisi, saya mau ke depan dulu."

"Iih.." seru Aiman dengan ekspresi wajah yang sangat jijik.

"Nggak ibu, nggak anak sama saja bikin emosi." keluh Aiman.

"Iih lemat, lemot, lemet. Hmm.." keluh Paijo juga.

Lalu datanglah ibunya Jumiati mencegah drama dan ibunya lah yang menggantikan Jumiati sebagai istri Meneer Van De Kock (yang di perankan oleh pak Daffi).

Di saat drama babak kedua di mulai aku, Aiman dan Arif di dorong Abdul Latif, lalu aku pun masuk ke tempat latihan drama dan membuat berisik, kanjeng ibu pun marah dan bertanya padaku.

"Oke kita mulai ya dramanya." kata kanjeng ibu.

"Duar duar duar duar.." sorak para abdi dalem.

"Eh Joya ada apa sih jangan ribut dong ini sedang mulai nih dramanya." kata kanjeng ibu dengan kesal pada Paijo.

"Maaf kanjeng ibu, ini nih si Aiman dorong-dorong saya." sambung Paijo.

"Enak saja ini lho Arif yang dorong saya." sambung Aiman.

"Enak saja saya lagi, ini lho keponakanmu yang dorong-dorong saya dan akhirnya saya juga ikut dorong-dorong kamu. Lalu saya kira sudah bisa latihan drama kanjeng ibu." sambung Arif yang menjelaskannya pada semua yang ada di halaman samping rumah.

"Abdul Latif kenapa kamu dorong-dorong Aiman, Arif, dan Paijo ?" tanya kanjeng ibu.

"Saya tanya jam kanjeng ibu." jawab Abdul Latif.

"Kamu juga yang salah nanya jam dorong-dorong." keluh Arif.

"Oh jadi kamu nanya jam ?" tanya Aiman.

"Iya.." jawab Abdul Latif lagi.

"Tunggu ya sebentar, aaaaa woooooo aaaaa woooo woooo wooo.." sorak Paijo dengan suara yang keras.

"Joya, Joya stop jangan berisik sudah jam dua belas ini waktunya orang tidur siang.." keluh kanjeng ibu yang merasa keberisikan dengan suara teriakan dari Paijo.

"Tuh.." seru Aiman.

"Jam dua belas.." seru Paijo juga.

Lalu kemudian Gendis pun datang memberitahu bahwa dia dikejar-kejar sama orang gila, yang disangkanya Gendis adalah pacarnya yang bernama Jennifer.

Dan pak Daffi mengecek ke depan rumah untuk membuktikan perkataan dari Gendis.

Sedang enak-enaknya ngobrol di depan rumah datanglah orang gila yang di maksud oleh Gendis dan pak rt. Pak Daffi dan kami, para abdi dalem melarikan diri dari orang gila tersebut dan yang di sandra oleh orang gila itu adalah ibunya Jumiati.

Dan aku pun masuk ke dalam rumah, lalu di dalam rumah orang gila itu berteriak mencari Cemong (seekor monyet betina miliknya), aku pun mengusulkan pada salah satu yang ada di ruang tengah untuk berpura-pura menjadi Cemong, tapi ternyata semua yang ada di ruang tengah melirik ke arahku.

Akhirnya mau tidak mau aku sendirilah yang menjadi Cemong untuk menyelamatkan Ninuk (ibunya Jumiati).

"E.. E.. Eh.. Dengerin deh ada suara." kata Paijo.

----

"Oi.. Yang di dalam rumah dengarkan saya, saya mencari Cemong, Cemong dimana kamu ? Auooooo.." Jono berteriak mencari Cemong.

----

"Haaa Cemong ?" semua orang yang ada di dalam rumah kaget mendengar teriakkan dari Jono.

"Sttss dengarkan lagi masih ada terusannya." kata Paijo.

----

"Cemong itu monyet kesayangan saya, apakah kalian melihatnya. Saya akan pulang ke hutan bersama dengan Cemong dan Jennifer." kata Jono masih berteriak mencari Cemong.

---

"Oh iya ya Cemong, Cemong mana Cemong ?" tanya kanjeng panik mencari Cemong.

"Kanjeng ibu ngapain ?" tanya Paijo juga.

"Cari Cemong jo.." jawab kanjeng ibu.

"Emm gini nih ciri-ciri orang yang nggak pernah masuk bioskop three in one begini nih, kanjeng ibu kan yang di cari Cemong monyet nya Jono. Sekarang saya tanya kanjeng ibu, Cemong bukan ?"

"Bukan."

"Bukan kan, terus kalau begitu kanjeng ibu monyet nya siapa ?"

"Oh iya ya, saya monyet nya siapa ? Lho hmm Joya.. Hmm.." tanya kanjeng ibu dengan kesal pada Paijo.

"E.. Stop.. Daripada marah-marah mendingan kita musyawarah saja siapa yang akan menjadi Cemong untuk membebaskan Ninuk, ibunya Jumiati.." Paijo memberikan saran.

"Iya ya bener juga apa kata kamu jo.." sambung kanjeng ibu.

"Siapa ya, siapa ?" tanya semua yang ada di ruang tengah dan saling lihat-lihatan untuk mencari siapa yang cocok untuk menjadi Cemong.

"Kok semuanya jadi lihat ke arah saya sih, perasaan saya jadi gak enak nih.." keluh Paijo.

"Joya.." seru kanjeng ibu.

"Tuh kan benar. Emm kanjeng ibu nggak usah di terusin saya tau kok maksudnya apa, begini kan ? Uuu aaa uuu aaa." kata Paijo yang menirukan suara monyet.

Dan aku di dandani oleh Abdul Latif dan Aiman, aku pun di bawa menemui orang gila di luar. Orang gila mengetahui kalau aku bukanlah Cemong (seekor monyet betina) miliknya, dia pun menghajar ku hingga aku babak belur.

"Sudah itu mang.." kata Abdul Latif.

"Nah iya sudah." sambung Aiman.

"Kenapa harus saya sih, kan yang cocok itu bukan saya. Sudah cakep-cakep gini kaya Justin Bieber malah di dandani kaya kera sakti." keluh Paijo.

"Justin Bieber ? Nggak cocok kalau Justin Bieber mah jo.." kata Aiman.

"Terus apa dong mang ?" tanya Abdul Latif.

"Kalau kaya kamu mah jo, kaya jas tukang ojek baru tuh pantes." jawab Aiman.

"Haha.." Abdul Latif hanya tertawa.

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience