Tinggalkan jejak sebagai pembaca ^-^
Author sangat mengharapkan apresiasi para pembaca.
Happy reading ^^
°°°-°°°-°°°
|The Blues|
Saat ini Kelas XI IPA 2 tengah belajar kimia. Suasanya senyap dan hanya terdengar respirasi dari manusia-manusia ini. "Jadi, kesetimbangan kimia adalah kesetimbangan dinamis yang menunjukkan laju reaksi kearah produk sama dengan laju reaksi kearah reaktan." kata guru wanita muda. Namanya Amira Winata. Murid dan guru disini acap kali memanggilnya dengan panggikan Mis Mira. Ia menjelaskan materi dengan pelan dan keseluruhan agar peserta didiknya paham.
Ragil yang duduk paling belakang merasa bosan dengan kimia hari ini. Entah mengapa. Memang bukan mata pelajaran yang ia cintai apalagi ia sayangi, tapi ia bukan tipe murid yang abai pada pelajaran.
Ia merobek kertas dari pertengahan bukunya dan meremasnya menjadi gumpalan bola. Dengan sebelah mata menyipit ia membidik kepala Genta yang duduk 2 meja didepannya. Bak snipper dengan semangat yang bertabuh bola itu melayang, namun tak tepat sasaran. Lemparannya malah mengenai Andrew yang duduk didepan Genta. Ragil berpura-pura tidak tau, sedangkan Andrew mencari-cari pelakunya.
"Andrew," tegur Mis Mira. Seluruh pasang mata menatap Andrew. "Ngapain kamu?" tanyanya tegas. Andrew si laki-laki cupu hanya mencicit memohon maaf sambil menunduk. Pelajaran berlanjut dan tawa Ragil pecah tanpa suara.
Bintang dan Fajar menatapnya seolah ia telah tertangkap basah. Dengan serempak keduanya menggelengkan kepala dan mengelus dada sambil beristighfar.
Ragil menyudahi tindakannya dan mencoba fokus meski masih bosan. Oh, ya ampun.
***
Mata pelajaran silih berganti. Tiba waktunya penghuni sekolah pulang. Yah, meski waktunya pulang namun beberapa murid dan guru masih berkutat dengan tugas sekolah, seperti mengoreksi tugas siswa, bercengkrama, dan sebagainya. Sedangkan beberapa murid ada yang nongkrong dikantin atau ikut kegiatan ekskul.
Ketiga murid cewek baru saja menyelesaikan tugas piketnya. Mereka berjalan beriringan dan teelihat santai. Obrolan ringan menjadi pengisi suasana hingga keparkiran. "Kalian nginep dirumah gue ya malam ini …" pinta salah satunya, Faza. Cewek rambut sebahu dengan bandana hitam. "Lagiankan besok Minggu." imbuhnya.
"Om dan tante emangnya gak dirumah?" tanya cewek yang lain bernama Ayunda. Faza menggeleng. "Yaudah, nanti kita datang." ucap cewek bername tag Dwi.
Ketiganya menaiki motor matic masing-masing dan pulang. Faza dan Ayunda pulang berbarengan sebab searah sedangkan Dwi berpisah diperempatan traffic light.
Dwi berpikir mengambil jalan pintas agar segera tiba dirumah. Cukup jarang kendaraan bermotor melintas sini. Perasaannya menjadi tak karuan. Ia menaiki kecepatan motornya.
Benar saja, ia dibuntuti beberapa motor. Dari spion ia melihat kalau itu adalah para preman. Sial! Kecepatan mereka melebihi kecepatan Dwi. Sekarang ia dikepung oleh preman-preman ini. Tak ada jalan untuk kabur selain menghajar mereka.
Grep! Dua preman dibelakang mencekal kedua tangannya. Dia memberontak sekuat tenaga dari atas motornya. Preman yang lainnya turun sambil tertawa. Dalam hati ia mengumpati mereka semua.
Ia diseret paksa, namun tak tinggal diam saja, ia semakin membrutal menyelamatkan diri. Namun apa daya, tenaga preman ini lebih kuat darinya. Ia terus memberontak, "Lepasin gue!"
Tawa preman-preman itu kian menguat. "Diam gadis cantik, gak bakalan kita apa-apain kok." ujar salah satunya sembari tertawa.
"TOLONG! TOLONG!"
"HEI! GAK BAKALAN ADA YANG DENGERIN! APA LAGI NYELAMATIN!" bentaknya.
"TOLONG! TOLONG!" teriaknya lagi.
Sementara itu, dari kejauhan ada lima motor sport yang berjalan santai kearah mereka. "Woi! Woi! Lo semua denger gak?" tanya salah satu diantara kelimanya. Mereka berhenti melaju. Teman-temannya heran dan menajamkan pendengaran. "Kaya ada yang minta tolong." lanjutnya.
Mata mereka semakin awas melihat sekitar. "Itu tuh! Disana!" tunjuk cowok berhelm biru tua. "Wah, anak Cakrawala tuh!" lanjut cowok dikanannya. Lantas kelimanya menghampiri gadis yang dikerumuni para preman.
Mereka menghajar habis-habisan preman-preman itu hingga lunglai di tanah. "Lo semua denger ya, kalau gue ngeliat lo semua gangguin cewek ataupun orang lain lagi, gue pastiin lo semua tinggal nama." ancam cowok bertubuh tinggi dengan jaket hitam.
Dengan menahan sakit mereka lari tunggang langgang bersama motornya. Cowok berjaket coklat menghampiri Dwi, "lo oke? Atau ada yang terluka?" tanyanya. Dwi menggeleng, "gue gak papa kok." cicitnya.
"Makasih, ya. Lo semua udah nolongin gue." ucapnya.
"Sama-sama. Lagian The Blues gak bakal biarin cewek Cendrawasih digangguin preman-preman kaya gitu." ujar cowok berjaket coklat.
"Yaudah, kalo gue gue cabut duluan ya. Sekali lagi makasih udah nolongin." Dwi berjalan kemotornya.
"Genta, antarin dia pulang!" perintah Ragil. Genta terkejut dan menolak, "Kok gue?!" Ragil hanya menatapnya datar, sementara Genta menuruti perintah Ragil dengan terpaksa.
Dwi hendak melaju meninggalkan kelima famous boy Cakrawal ini sebelum dicekat suara Genta. "Biar gue anter lo pulang ya." Kening Dwi berkerut mendengar ucapan Genta. "Kalau lo ada apa-apa dijalan gimana? Mending gue anterin sampai rumah biar lebih safety. Gue gak terima penolakan, oke?"
Tanpa persetujuan Dwi, Genta menyalakan motornya dan keduanya pergi.
"Cocok tuh dua orang." celuuh cowok berjaket merah.
***
Dwi tiba dirumah Faza selepas Isya'. Kedua temannya bersama seorang cewek duduk melingkar diatas ranjang Faza. "Kok lama?" tanya cewek berambut panjang pirang alami.
Ia masuk lebih dalam kekamar Faza dan turut duduk bersama mereka. "Gue tadi dicegat preman." tuturnya.
"Ha?! Kok bisa?!" Teman-temannya kaget mendengarnya.
"Jadi kan, gue tadi lewat jalan pintas, memang sepi sih, ternyata gue diikutin preman dan mereka mencegat gue." jelasnya.
"Tapi lo okay kan? Ada yang luka?" panik cewek berambut pirang. "Nggak, gue okay kok, Yun. Untung waktu itu ada The Blues yang nolongin."
"Tapi Wi, ada hikmahnya juga. Lo jadi pernah deket sama bintangnya sekolah, yaah, walaupun situasinya kaya gitu." kata cewek berambut sebahu dengan bandana hitam.
Suara deheman itu menarik perhatian mereka. "Oh iya, gue lupa, ini Adila, sepupu gue. Adila, ini Dwi." Faza memperkenalkan keduanya. Dwi dan Adila berjabat tangan.
"Jadi, yang kalian maksud tadi siapa?" tanya Adila penasaran. "Oh, itu, kami bicarain The Blues. Mereka itu bintangnya SMA Cendrawasih." kara Ayunda penuh kagum.
"The Blues?" heran Adila.
"Iya, namanya The Blues yang isinya 5 cowok ganteng, eh, bukan ganteng lagi, tapi tampan. Kyaa.."
Pletak! Jitakan mendarat dikening gadis itu membuatnya mengaduh kesakitan.
"Pokoknya ya La, kalau liat mereka lo mendadak mematung." bumbu Faza. Dwi menggeleng-geleng melihat kedua temannya yang begitu mengagumi The Blues.
"Mereka itu diluarnya keliatan dingin, kaku, kaya triplek, suka balapan, tapi didalamnya baik banget. Buktinya Dwi diselamatin sama mereka."
"Udah Yun. Lo terlalu mengagumi. Dihempas kenyataan pahit baru tahu rasa lo." peringat Dwi.
"Gue jadi penasaran gimana The Blues itu." anstusias Dwi.
"Mampus, rusak sudah kepolosan anak orang." gumam Dwi. Ia membaringkan badannya yang pegal. "Makin nambah deh populasi orang bucin."
"Lo belum pernah sih ngerasain makanya gitu. Coba kalau udah ngerasain jatuh cinta, ngerasain pacaran, ngerasain rindu, pasti lebih bucinan lo daripada kami." oceh Ayunda.
"Eh, awas lho, nanti kena sendiri bucinnya. Karena biasanya orang yang ngomong kaya gitu bakalan kena sendiri. Disaat lo jadi bucin nanti kami bakalan ngetawain lo." kata Faza.
Dwi mengabaikan omelan temannya yang unfaedah. Ia memejamkan mata dan mengistirahatkan badannya. Sekelebat kejadian sore tadi berputar kembali. Saat-saat The Blues menolongnya dan diantar pulang cowok bernama Genta.
Oh ya ampun. Ini aneh. Ada yang tidak beres. Buru-buru ia menepisnya dan pergi kealam mimpi duluan.
°°°-°°°-°°°
Jangan lupa votenya pembaca yang budiman.
1. Ragil Pamungkas
2. Risyana Krisan
3. Genta Mahessa
4. Bintang Pradana
5. Rizky Pratama Siregar
6. Fajar Ariangga
7. Kyra Queensha
8. Mahesa Wardana
9. Raka Satrya
10. Arendra Wicaksana
11. Dwi Cakraatmadja
12. Ayunda Rahma
13. Faza Allendila
14. Adila Paradita
-30 Maret 2020-
DKR
Share this novel