Happy reading ^^
°°°-°°°-°°°
|Tantangan The Dark|
Hari ini hari pertama pertandingan berlangsung, SMA Cendrawasih mengadakan lomba olahraga antar kelas untuk memupuk semangat bekerjasama tim antar murid.
Kepala sekah membuka acara ini dengan tiga kali ketukan pada mikrofon. Sorak-sorai murid menggema di penjuru lorong SMA Cendrawasih. Pertandingan hari ini berlangsung heboh. Tiap kelas yang bertanding memiliki supporter yang tak kalah hebohnya dengan penonton sepakbola internasional.
Bintang. Murid XI IPA 2 yang mewakili kelasnya dalam lomba bulu tangkis tunggal putra. Ia bersiap-siap untuk gilirannya menghadapi lawan. Dukungan-dukungan sekelas terus ia dengar.
"Selanjutnya.. Bintang Pradana, perwakilan XI IPA 2 melawan Gading Wira Kusuma, perwakilan XI IPS 1," ucap MC bulu tangkis. Suara khasnya membakar sorakan penonton.
"BINTANG!! BINTANG!!" ucap pendukungnya.
"GADING!! GADING!!" Pendukung Gading Wira Kusuma tak mau kalah. Kedua kubu mempertahankan dukungan masing-masing.
"Wow.. kedua kubu tampaknya sangat bersemangat. Haha.. tapi siapakah yang akan menang? Mari kita saksikan pertandingannya." Wasit memulai pertandingan dengan Gading pembuka servis. Tepukan tangan dan sorakan dukungan masing-masing kubu terus berlanjut.
Ragil, Genta, Fajar, dan Rizky tentu mendukung Bintang. Dalam hati keempatnya berdoa agar Bintang masuk babak selanjutnya dan keluar sebagai pemenang utama bulutangkis tunggal putra.
"Gila ni ciwi-ciwi. Apa gak sakit pita suaranya teriak-teriak mulu?!" keluh Genta. Kedua cuping telinganya ia tekan untuk meredam teriakan penonton. Fajar, Rizky dan Ragil menoleh ke sumber suara teriakan paling keras di dekat mereka.
"Namanya juga fansnya Bintang," kata Ragil.
"Baru Bintang yang main belum juga gue. Bisa-bisa suara ciwi-ciwi di dengar sekota nih," canda Rizky.
Fajar dan Genta menatapnya horor dan berpura-pura muntak seolah jijik mendengarnya kepedean. Ragil hanya menggeleng-geleng kepala.
"Sok jijik lu," cetus Rizky. Tawa Fajar dan Genta meledak kala wajahnya tertekuk. Keduanya bertos karena berhasil membuat Rizky diam.
"Udah woi! Tonton tuh Bintang lagi tanding!" putus Ragil. Mereka semua kembali fokus melihat Bintang berjuang. Riuhnya tepuk tangan menjadi-jadi saat Bintang sukses membobol pertahanan Gading di poin terakhir. Napasnya terengah-engah dan keringat bercucuran.
"Aduh! Pengen ngelap keringatnya!" celutuk salah satu penonton siswi. Genta refleks melihat cewek itu dan bergidik melihat tingkah centilnya.
Pemain yang bertanding berganti dan Bintang menghampiri sahabat-sahabatnya. Terdengar jeritan yang tertahan dari para pengagumnya Bintang. "Good job!" puji Ragil.
"Kok lo kesini?" tanya Fajar.
"Males gue duduk disana." katanya.
"Hei, mending lo pergi, fans lo mulai menggila," cakap Gemta sambil menunjukkan gerombolan fansnya Bintang. BINTANG sendiri terlihat tak acuh. "Abaikan ajalah," keluhnya.
Mereka bercakap-cakap menikmati suasana sendiri hingga pertandingan bulu tangkis usai. Ketua OSIS selaku host keseluruhan mengumumkan pertandingan selanjutnya yaitu futsal.
"Baiklah para penonton.. sekarang waktunya pertandingan futsal. Hmm.. kelas mana duluan ya? Ah... futsal XII IPS 2 melawan futsal XII IPA 1!!" Pekikan, tepuk tangan, dan sorakan penonton semakin keras. Wasit futsal memulai pertandingan.
The Blues menonton pertandingan futsal dengan mie instan cup dan sebotol air mineral. Acara berlangsung hingga petang membuat siswa-siswi kelelahan namun tetap semangat.
Seperti biasa, The Blues berjalan beriringan di jalanan yang sepi, berbicara perihal hari ini. Namun sebaris motor menghadang jalan mereka. Para penghadang itu memakai jaket kulit hitam dan turun dari kendaraan.
Mata yang nyalang dan dagu yang terangkat itu menyiratkan keangkuhan. Mimik wajahnya menyorot menantang. Melihat hal itu Ragil turun dari motornya dan melepas helm hitam yang dikenakan. Hal serupa dilakukan sahabatnya. Dua kubu itu saling berhadapan.
"Gue tekankan sekali lagi, lo dan anak-anak lo ini harus tunduk di bawah kekuasaan gue."
"Kalo gue gak mau?" tantang Ragil. Lawannya menyeringai. Sedetik kemudian laki-laki dihadapan Ragil ini menggeram tak suka. "Gue tantang lo, lusa kita balapan." Kemudian dia berbalik dan berhenti. "Gue harap lo gak jadi pecundang," ejeknya. Gengnya pergi dengan tampang mengejek pada The Blues.
Rahang di wajah bintang Cendrawasih itu mengetat dan kedua tangan terkepal. "Keparat!" desis Rizky.
***
Sebuah taksi berhenti di depan rumah minimalis dengan kesan elegan. Lalu seorang gadis berseragam sekolah keluar dari taksi dan membuka gerbang rumah, tak lupa ia menutup kembali dan segera masuk rumah. Sebelum masuk ia mengucapkan salam dan beberapa suara menyahut.
Ternyata keluarga gadis itu tengah berkumpul. "Kak, ganti baju abis itu langsung makan ya. Jangan lupa lho," ujar wanita hampir setengah abad itu. Gadis berseragam sekolah itu menuruti perintah sang ibu, segera ia ke kamar berganti baju.
"Kok kakak baru pulang ma?" Tanya anak kecil berusia 9 tahunan. Mainan kereta api korea berwarna biru, kuning, merah, dan hijau tengah ia pegang. "Kan kakak ada lomba olahraga di sekolahnya," jelas sang mama. Anak kecil itu hanya ber-oh dan melanjutkan kegiatannya.
Di kamar, gadis itu sudah mandi dan memakai baju tidur bermotif kartun. Ia duduk di tepi ranjang dan menatap laci nakas di dekatnya. Perlahan ia membuka dan mengambil buku diary berwarna pink. Ia membukanya tepat pada bagian selembar foto yang ia selipkan. "Sebentar lagi,"ujarnya.
Share this novel