Pernikahan Yang Terpisah

Romance Series 509

Selama bekerja di Dubai ini bersyukur istriku nyaman meski tinggal di apartemen yang tidak terlalu besar namun karena interiornya mewah, ditambah pemandangan indah dari jendela kamar kami, jadinya everyday is a holiday, apalagi kami kan pengantin baru saat itu. Makanya di bulan kedua istriku langsung hamil. Bersyukur selama setahun kehamilannya tidak bermasalah. Yang pasti kami betul betul mengalami momentum kebahagiaan.

Terkadang aku sadar bahwa Tuhan memberikan bahagia karena masa kecil aku bukan masa kecil yang indah. Saat ayah masih ada memang rumah kami besar.  Tapi aku ingat betul saat ayahku tiada, kami tiba tiba pindah dari rumah besar dan kehidupan kami tidak terlalu baik. Bahkan setahun bersama Ibu akhirnya gak lama aku dan kakak serta adikku diminta paman tinggal di rumahnya. Dan terpisah dari Ibu. Sejak itu aku tak pernah berjumpa Ibu. Bahkan sampai aku menikah. Yang tersisa dari keluarga kami hanya kekerabatan kami bertiga yang kompak dan saling sayang. Kami ingin mencoba mencari ibu tapi informasinya sedemikian gelap. Akhirnya kami bertiga menunda rencana mencari ibu.

Sofia memilih melahirkan di Dubai. Sehingga aku kemudian mencari apartemen untuk Papa Hatman dan Mama Niken yang akan menunggui putrinya melahirkan cucu pertama. Perbedaan melahirkan di Dubai dan negara kita kata Mama Niken jauh lebih canggih di Dubai. Dan kondisi pasien di Dubai cepet banget sembuh atau mungkin karena Sofia melahirkan normal, keesokan harinya luka jahitnya sudah kering dan sudah bisa pulang.

Bahkan dia bilang di hari ke empat itu udah gak terasa perih sama sekali dan sudah langsung lincah mengurus baby Raymon. Aku bahagia sekali memiliki keluarga yang utuh. Namun kemudian atas pertimbangan kedua mertuaku, Raymon mereka minta dirawat di Jakarta saja karena masih terlalu kecil jika dilepas sendirian tanpa baby sitter sama sekali. "Kasihan Sofia gak bisa istirahat." kata Mama Niken.

'Aahh aku jadi sedikit terganggu dengan keputusan Sofia harus pulang ke Indonesia.' Jadinya aku meminta agar mertuaku tinggal dulu di Dubai untuk sementara waktu buat menemani Sofia. Jadi kalaupun Sofia harus kembali ke Indonesia, gak lama dia bisa lagi menemani aku di negara minyak ini.

Seminggu sebelum Sofia kembali ke Indonesia (akhirnya aku jauh dari anakku yang kata semua orang dia mirip denganku), aku dalam kondisi yang benar benar galau dan aku kebetulan dipanggil oleh pimpinanku, si boss bule dari USA. Tahu gak?  Katanya kinerjaku baik dan aku mau diperpanjang bahkan hingga lima tahun ke depan. 'Aduhhh bagaimana ini..... kenapa aku harus pegang pabrik siihhh? ' bener bener aku merasa sedang membuang rejeki di depan mata. Kalau aku boleh menangis aku akan meraung raung di tengah taman depan Burj Khalifa atas kebingungan hatiku. Tapi saat itu juga aku putuskan tetap akan bekerja di Dubai. Minimal selama perjanjian dengan kakakku, selama lima tahun pertama. Karena aku sangat nyaman berada di perusahaan ini.

"Mas, ini semua ujian komitmen untuk kita semua. Kamu jangan galau, pasti ada hal baik yang menjadi hikmah atas pilihan berdasarkan ketaatan pada orang tua. Dalam hal ini kan pamanmu."

"Iya Hon. Apa boleh buat. Aku harus berbaik sangka pada Allah."

Sofia pun memeluk lenganku sambil tangan satunya berada di box bayi yang ada di hadapannya.

"Ganteng sekali anak Mami..... Kayak siapa sihh iniii? " tanya Sofia sambil senyum senyum. Nampak sekali Sofia sedang mengembalikan mood ku.

Tibalah saat menyedihkan itu. Aku mengantar Sofia dan anakku beserta mama mertuaku, Mama Niken ke bandara DIA (Dubai Internasional Airport). Aku memeluk istriku tak ingin lepas rasanya. Apalagi setelah ini Sofia langsung balik lagi ke rumahnya karena kan aku belum punya rumah di Jakarta. Namun istriku berjanji bahwa ia akan menyusulku lagi setelah Raymon sudah lebih mandiri. Sehingga Sofia bisa menemaniku lagi di kota cantik ini.

Dan beberapa bulan ke depan tanpa Sofia ini aku manfaatkan sebaik baiknya untuk bekerja keras, tuntas dan cerdas. Agar aku tak punya waktu memikirkan istriku dan aku bisa menabung lebih banyak sehingga nanti di tahun kelima aku bisa punya uang cukup untuk beli tanah dan membangun rumah impian istriku. Beberapa uang yang terkumpul aku sisihkan untuk membeli saham blue chip. Agar kelak semua tabunganku kembali berlipat lipat.

Aku juga bernegosiasi pada big boss bahwa di tahun kelima nanti supaya aku diberi kesempatan mengembangkan perusahaanku di Indonesia sehingga bisa berpartner saja, dan aku tidak harus kembali menjadi karyawan mereka.

Untuk negosiasi itu aku diminta datang ke rumahnya. Saat itu aku sebetulnya enggan. Namun big boss adalah orang nomer satu top manajemen perusahaan dimana aku kerja dan punya karyawan lebih dari dua puluh ribu orang di berbagai negara di dunia. Karenanya kesempatan untuk bertemu adalah hal yang luar biasa. Sayangnya Sofia sudah kembali ke Indonesia. Jadi aku terpaksa datang sendiri.

Beberapa kilometer aku tempuh untuk sampai ke lokasi dimana Boss Michael tinggal. Dia adalah orang Amerika. Dan karena memilih berkantor di Dubai ia pun membeli rumah di negara itu. Ketika berada disana ternyata beberapa ART nya adalah orang Indonesia. Sehingga aku yang melihatnya pertama kali seolah terpana, meskipun bukan karena soal cinta atau asmara, ada salah seorang asisten,  bu Amy namanya, aku bersalaman dengan beliau saat mengantarku ke kamar tidurku, seolah aku dejavu melihat perempuan berusia lima puluh tahunan (mungkin seumur ibuku) itu dan bersikap sangat profesional. Bahkan sangat perhatian padaku ketika melayaniku sampai keesokan paginya aku berada di rumah big boss. Rupanya Mr Michael ini sangat respect dengan kemampuanku bicara empat bahasa meskipun ilmu teknik sipilku juga tergolong baik.

Bertemu dengan putranya yang masih kecil bernama Kevin, dan juga istri Mr Michael yang bernama Rose, makin membuat jalinan persahabatan kami semakin baik.

Jujur setelah makin paham seluk beluk perusahaan, aku semakin berat meninggalkan perusahaan Pak Michael dan suatu ketika harus pulang ke Indonesia. Untunglah masih tersisa waktu untuk bekerja totalitas sambil menarik perhatian Pak Michael. Beberapa kali menginap di rumahnya, aku diberikan tugas dan tanggung jawab berlebih. Tapi apa boleh buat aku harus jalani. Akhirnya aku lumayan kenal dengan semua orang yang bekerja di rumah bossku itu. Yang bernama bu Amy itu ternyata dulu tinggal di Indonesia. Bahkan katanya dia punya anak tiga orang seusiaku juga katanya. Aku sebetulnya agak curiga, karena entah kenapa seperti ada ikatan antara aku dan Bu Amy. Tapi aku tak banyak bertanya karena selain tak enak hati aku tak mau menambah beban pikirannya.
Mr Michael sering juga menyediakan wanita wanita penjaja tubuh, namun dikatakan oleh Boss aku, mereka ini eksklusif. Tapi aku harus menggunakan pengaman untuk bersentuhan dengan mereka. Aku tak bisa menolak, karena aku juga sudah tersiksa selama enam bulan lebih tidak bisa membersamai orang yang kucintai. Dalam hati aku hanya berdoa 'Tuhan maafkan aku'. Dan juga meminta maaf pada Sofia meski dalam hati. Mana berani aku terus terang.

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience