Service Girl

Romance Series 509

Project demi project mengalir derasss ke kantor kami. Membuat Mr Michael bahagia luar biasa. Semua karena andilku yang mampu melakukan approaching di awal menggunakan bahasa yang sesuai dengan target konsumen. Sudah beberapa perusahaan raksasa dari China, Jerman dan juga Arab sendiri yang menandatangani kontrak. Dan effect buatku pastinya adalah aku mengenal pebisnis international, lebih luas dan pastinya plus bonus dari Big Boss Michael. Karena ia menjanjikan 1% dari setiap nilai project, bisa masuk kantung pribadiku. Sungguh angka yang lumayan. Mungkin ini rejeki Raymon anakku.
Bulan ini aku bisa mengirim uang untuk Sofia membeli mobil. Dan dia sangat bersuka cita saat kita bertemu di video call tadi siang.
Ah, kangenku pada Sofia sungguh tak tertahankan. Namun apa boleh buat, aku harus sabar menunggu Sofia datang lagi ke Dubai.
Dalam menjalani karir di perusahaan minyak ini, aku juga sering diupdate oleh Eko tentang pabrik kami di Sukabumi. Bahkan aku pun mencarikan order dari relasi disini agar ada catatan export dari perusahaanku. Dan semua juga berjalan lancar. Hal itu membuat aku sangat sibuk. Sampai nyaris melupakan Ranon. Aku masih ingat saat terakhir bertemu wanita itu, aku berencana membuatkannya passport. Aku menghubungi kolega aku yang bisa 'menembak' passport untuk orang asing. Dan ternyata bisa diproses. Sedang tidak terlalu ketat katanya. Bersyukur aku, jadi bisa membantu Ranon. Meskipun aku belum terpikirkan untuk effect samping kaburnya Ranon nanti. Karena mengingatnya tiba tiba aku ingin bertemu gadis itu. Sehingga sore itu kutelpon Mr Michael agar aku bisa janjian dengan Ranon.
"Ya Mr Bagas, coba hubungi Bu Amy ya karena dia yang berikan dan pilihkan Ranon malam itu ke Mr Tanum. Saya akan berikan nomernya."
Sore itu juga aku hubungi Bu Amy.
"Selamat sore Ibu Amy, ini saya Bagas. Yang minggu kemarin mampir ke rumah dan ketemu Ranon."
"Ah iyaaa tentu saya ingat. Bisa saya bantu Nak... eh.... Tuan?"
Bagas kaget ketika Bu Amy memanggilnya 'Nak'. Sesaat hatinya terasa sejuk.
"Boleh saya bertemu Ranon? "
"Baik sebentar saya call dulu ya"
"Oke Bu nanti saya telepon lagi"
Bagas mulai menyelesaikan semua pekerjaan hari itu dan kemudian bersiap siap keluar kantor.
Sesampai di gedung parkir, Bagas bertemu seseorang dengan perawakan tinggi besar dan perut buncit. Awalnya orang ini nampak turun dari mobil supermewah dan sengaja mendatangi Bagas karena sudah memperhatikan dari jauh. Bagas nampak kaku bersalaman dengan Mr Tinggi Besar yang mengulurkan tangan lebih dulu.
"Selamat sore Mr Bagas, perkenalkan saya Tanum, rekan Mr Michael" orang itu menyunggingkan senyumnya.
"Oohh.... Hai Mr Tanum, senang bertemu anda." Bagas agak sedikit kaget namun tersembunyi dalam balutan keramahan salamnya.
"Bolehkah kapan kapan saya ajak anda minum kopi? " tanya Mr Tanum ramah.
"Sangat boleh Mr Tanum. Terimakasih atas service anda pada perusahaan kami ya, " Bagas menegaskan.
"Well sure Mr Bagas, saya sudah lama bersahabat dengan Michael. Jadi siapapun sahabat Michael bisa menjadi sahabat saya juga. "
Kedua orang itu nampak tertawa bersama sama.
"Kalau begitu saya ijin berpamitan Mr Tanum, karena masih ada pekerjaan lagi."
"Baik Mr Bagas. Silakan, lanjutkan perjalanan Anda. Jangan lupa dengan tawaran saya."
"Terimakasih sekali lagi." Bagas kemudian mengangguk sopan dan permisi masuk mobilnya. Seperti biasa ia diberikan fasilitas supercar warna biru metalic oleh Pak Michael. Setelah melintas, Mr Tanum berkata pada anak buahnya, "Awasi orang itu. Jangan biarkan ia mengacau bisnis kita"
Dan semua anak buah Tanum menjawab serempak. "Siap Boss".

Bagas menelepon Bu Amy, namun tidak diangkat oleh orang tua itu. Beberapa saat kemudian ada chat masuk dari Bu Amy, "Tuan, maaf, Ranon sedang sakit. Bisakah diganti oleh yang lain? "
Bagas belum menjawab pesan itu. Tiba tiba nalurinya berkata ada yang tidak beres dengan kondisi Ranon. Namun ia tidak kalah cerdas dengan para mafia human traficking itu. Setidaknya prediksi Bagas awalnya adalah untuk menjaga agar sepak terjangnya tetap selamat.
"Boleh bu, kirim saya pengganti Ranon."
Detik berikutnya Bagas melaju cepat di jalan raya menuju rumah Mr Michael. Walaupun lebih cocok adalah kastil atau kerajaan. Bukan sekedar rumah. Karena tempat tinggal Big Boss nya itu memiliki banyak kamar dan puluhan bahkan ratusan pelayan. Garasi depan lebih mirip lapangan bola yang diberi penutup. Stadion tapi versi lebih kecil, sebagai tempat parkir puluhan mobil mewah. Kamar yang biasa Bagas tempati pun lebih lebih dari penthouse sebuah hotel. Letaknya di sebelah kastil utama dan pemandangan dari jendela adalah pertemuan laut dan daratan yang penuh dengan tanaman bunga. Cantik sekali. Siapapun akan betah berada di kamar itu.
Bagas segera mandi sore dan ganti kemeja dengan corak lebih santai.
Tak lama pintunya diketuk dari luar. Betul dugaan Bagas, Bu Amy sedang membawa seorang perempuan muda yang juga tak kalah cantik dengan Ranon. Hanya saja perempuan ini nampak lebih berpengalaman dan raut wajahnya lebih mirip Sophia Harcuba...
"Silakan masuk..... Terima kasih Bu Amy". Dan Bagas buru buru menutup pintu.
Detik berikutnya Bagas memeluk gadis itu dan membisikkan, "lepas semua atributmu"
Brenda, nama perempuan itu terlonjak tiba tiba karena nyaris tanpa persiapan lelaki tampan di hadapannya langsung menyerang.
Namun dia professional.
Tanpa ragu di hadapan Bagas ia lepas semua pakaiannya satu per satu. Sampai tersisa penutup dada dan segitiga penutup motif renda.
Bagas memberi kode untuk melepas anting dan kalungnya juga. Tapi Brenda menolak, sehingga dia terdesak ketika ditodong dengan senjata api. Akhirnya semua perhiasan pun juga ditanggalkannya. Bagas memberikan kotak cantik untuk tempat dikumpulkannya perhiasan tersebut.
Setelah Brenda melakukan semua yang diperintahkan Bagas, ia menunggu sambil merasa was was.
Namun wajahnya yang awalnya nampak ketakutan kini merasa heran setelah Bagas memberinya baju wanita pengganti yang minta ia kenakan. Bagas memberi isyarat telunjuk di mulut. Sambil memperhatikan Brenda berganti baju, Bagas memperhatikan semua perhiasan termasuk jam tangan Brenda. Dan yang dicarinya ketemu. Sebuah perangkat perekam berikut GPS bagi semua anak buah Mr Tanum.
Deg!
Bisa diduga, kemarin semua pembicaraannya dan Ranon langsung diketahui oleh Tanum. Itu sebabnya tadi sore orang itu mendatanginya.
Bagas diam saja di hadapan Brenda yang masih nampak ketakutan sampai tubuhnya bergetar. Bahkan secara kebetulan Bagas sudah membongkar rahasia besar bisnis Tanum. Sebab kata Michael mereka punya pasukan perempuan lebih dari seribu orang di seluruh dunia. Service excellent dan keamanan tingkat dewa. Bagas sungguh mengkhawatirkan keselamatan Ranon sekarang.
Melihat Brenda yang gemetar dan pucat pasi, Bagas mengangsurkan minuman. Tak lama kemudian Bagas memeluk pinggang Brenda dan berbisik di telinganya, "Kamu jangan takut, aku tidak akan menyakitimu. aku hanya ingin semua aman. Aku punya jabatan, jangan sampai disalahgunakan orang tidak bertanggung jawab."
Bagas membelai tubuh Brenda. Dan perempuan itu nampak lega dan mau tersenyum.
Beberapa menit Bagas tampak menyetel rekaman seseorang yang sedang berhubungan b*dan. Rekaman itu diputarnya dengan suara cukup keras.
Brenda yang bingung, tetap memperhatikan dengan baik. Setelah rekaman berjalan baik, Bagas mengajak Brenda keluar kamar sambil tetap menempelkan telunjuk di bibir.
"Setelah ini kita bebas mau bicara apapun. Ayo kita masuk mobil. Aku tidak menyewa kalian untuk menemaniku tidur. Tapi ada yang sedang aku selidiki.
"Baik Tuan. "
"Nama kamu Brenda ya? " tanya Bagas basa basi sambil menyetir mobilnya menjauh dari kastil.
Brenda nampak mengangguk. Nampak dia ingin tahu sesuatu.
"Bagaimana Tuan tahu jika kita disertai perekam dan GPS? "
Bagas tersenyum tanpa menjawab apapun. "Rahasia" kata Bagas sedetik kemudian.
Brenda pun tertawa. Nampak situasinya sudah mulai mencair.
"Kamu dari Perancis ya? "
"Nampaknya Tuan tahu semua tanpa harus banyak bertanya" jawab Brenda tersenyum lebar.
Lagi lagi Bagas tertawa lebar.
"Ceritakan tentang dirimu"
Dan mengalirlah kisah pilu masa kecil Brenda yang dipaksa berpisah dari orang tuanya karena sekelompok penculik.
Bagas mengangsurkan tissue untuk menghapus air mata wanita itu.
"Brenda aku ingin tanyakan sesuatu tapi aku mohon kamu tutup mulut ya."
Brenda hanya mengangguk.
"Apa kabar Ranon. Tolong jawab jujur. "
Mendengar pertanyaan Bagas mendadak Brenda nampak sedih. "Maafkan aku Tuan, sebetulnya aku tak boleh bercerita."
"Kamu aman Brenda. Dan aku tidak mungkin membocorkan rahasia pembicaraan ini."
Brenda menghela nafas panjang dan kemudian bicara lagi, "Ranon dipukuli Tuan, entah kenapa kemarin dulu waktu dia pulang berkencan dia langsung dihadang Tuan Tanum dan sekarang dia dirawat di Rumah Sakit namun semacam penjara untuk kami.
Tiba tiba setir Bagas oleng dan nyaris menabrak pembatas saking kagetnya mendengar penjelasan Brenda. Sekarang Bagas yang pucat pasi.

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience