Aksi Pengawasan

Romance Series 509

Bagas berusaha menguasai diri. Tak sadar beberapa saat yang lalu Brenda pun menjerit. Ia shock karena mobil tiba tiba oleng.
"Are you okay Mr? " tanya Brenda.
Bagas yang menarik nafas panjang pun segera menjawab,
"Yeah ya.... I'm okay. Sorry sudah membuatmu kaget. " Bagas memegang tangan Brenda. Ia khawatir tadi. Khawatir Ranon tidak selamat, dan yang kedua khawatir mobil kena lecet. Karena pasti pertanyaan Mr Michael akan sangat panjang lagipula pasti hal itu bakal mengecewakan big bossnya.
Melihat sebuah restoran yang lumayan baik, Bagas menepikan mobil dan mengajak Brenda turun.
Duduk berdua mereka tidak saling bicara. Bagas sudah cukup menyimpulkan sendiri wilayah macam apa tempat anak anak ini bekerja. Sungguh itu mendatangkan iba di hatinya. Namun ia tak bisa berbuat apa apa. Dan melihat dari penampilan Tuan Tanum tadi, Bagas bisa menyimpulkan hal hal yang lebih dari sekedar teror atau bentuk bentuk pengkhianatan lain. Karena sepertinya bahkan pembunuhan pun sudah biasa mereka lakukan. Bagas jadi bergidik ngeri. Rasanya ia bisa menyimpulkan bahwa tindakannya tidak boleh terlalu jauh.
Tak lama makanan terhidang dan Brenda pun makan dengan lahap. Bagas melihatnya seolah olah ia tidak makan beberapa hari lamanya. "Kalian susah makan ya?" heran Bagas bertanya.
"Ehm.... maaf Tuan, kami kalau makan dibatasi sekali. Setiap hari kami ditimbang dan tidak boleh lebih. Timbangan itu harus stabil dari hari ke hari. Kalau sampai ada yang ketahuan hamil diberi pilihan, berhenti atau digugurkan. Tapi berhenti berarti mati. " Brenda menunduk sampai di titik ini. Tanpa sadar air matanya menetes.
Bagas semakin sadar ia berurusan dengan orang orang tanpa hati. Bukan berarti pengecut, tetapi ia tak ingin bertindak konyol. Akhirnya selesai mereka makan Bagas memutuskan untuk mengajak Brenda pulang serta menyudahi semua ini. Belum sampai mereka beranjak tiba tiba ada dua orang berkacamata hitam masuk ke dalam restoran dan anehnya mereka tidak memesan apapun.
Bagas curiga mereka adalah suruhan Tuan Tanum. 'Darimana mereka tahu aku disini? ' batin Bagas.
"Brenda apakah kamu pernah disuntik dengan dalih imunisasi namun kamu merasa aneh di sekitar bekas suntikanmu? "
"Iya Tuan, semua dari kita disuntik. Biasanya di lengan kiri."
Kepala Bagas mulai berkedut kedut. Antara pening dan takut berada dalam bahaya.
"Okay Brenda, setelah makan kamu berkemas ya dan kita pulang"
"Oh jadi saya hanya diminta menemani seperti ini saja? " Brenda nampak kebingungan.
"Saya punya istri yang saya cintai Brenda. Tidak mungkin saya mengkhianatinya."
"Andai semua lelaki seperti Anda, Tuan. Pasti dunia tak ada masalah bayi tanpa orang tua atau hal lain lain semacam perselingkuhan" tiba tiba Brenda manyun mulutnya.
"Ha ha ha.......manusia tentu berbeda beda." Bagas memberi alasan.
"Satu hal yang harus kamu pegang, Tuhan selalu baik pada manusia. Kalau kamu nanti bisa bertemu lagi dengan Ranon, kalian bersahabatlah dengan baik. Sampaikan salamku untuknya. Kalian jangan patah semangat, pikirkan terus apa yang kalian ingin lakukan. Dan cobalah untuk terus berbaik sangka pada alam. Jangan pernah berhenti berdoa. Okay"
Brenda berkaca kaca matanya. "Anda baik sekali Tuan."
"Semua orang bisa jadi orang baik asal ia mau."
"Brenda kamu jangan menengok ke belakang. Setelah ini kita langsung pergi saja ya."
"Kenapa Tuan? Aku pikir Tuan akan mengajakku pergi ke Indonesia tanah air Tuan." Brenda tersenyum manis.
"Ha ha..... iyaa next time boleh saja. Kabari aku kalau kamu bisa diajak pergi."
Bagas menatap Brenda penuh arti. Yang dipandangi hanya tersenyum seolah tahu bahwa dirinya tak boleh larut dengan pesona lelaki tampan di hadapannya ini. Karena kehadirannya memang hanya untuk meneliti seorang Bagaskara. 'Kecerdikanmu luar biasa Tuan' pikir Brenda.
"Tuan kamu bisa menghubungi aku melalui satelite. Jika dirimu butuh bantuan seseorang." Sapa Brenda tiba tiba. "Tuan boleh ketikkan pigeonpretty dimana saja Tuan bisa mention maka aku akan membersamai Tuan paling lambat satu kali 24 jam dari titik Tuan mengirim pesan."
"Are you sure? " Bagas menempelkan jari ditekuk di dekat mulutnya. Nampak ia ragu dengan pesan berbahaya ini.
"Very sure, Tuan"
"Antar benua? " tanya Bagas lagi.
"Antar benua. Meskipun kamu tak bisa membedakan mana yang asli dan mana diriku yang cloning." Brenda tersenyum.
'Berarti kamu bukan sembarangan perempuan' Bagas membatin, ia curiga ia adalah pesuruh Tuan Tanum. Asisten langsungnya. Sedangkan Bagas baru saja ingin memberitahunya soal bagaimana melepas chip ke dokter langganannya di Dubai ini, tapi mendengar perintah bersahabat gadis ini tiba tiba niat itu ia urungkan.
Keduanya nampak terdiam dengan pikiran mereka sendiri sendiri.
"Boleh aku menyampaikan sesuatu hal sebelum kita pulang? " Brenda nampak memohon sesuatu.
Bagas nampak mengamati perempuan di depannya dengan ekspresi yang sulit ditebak, "Oh ya silakan"
"Tuan bawa aku pergi dari neraka itu." Air mata Brenda mulai jatuh. "Kamu tidak takut suaramu sampai ke telinga mereka? "Bagas sedang mencoba menggali isi hati gadis itu.
"Tidak Tuan. Karena semua perekam sudah Anda tinggalkan tadi di kamar. "
Bagas terbelalak. Seolah terkejut di hadapan Brenda. "Oh ya? "
"Tak perlu berdusta begitu Tuan. Aku tahu Tuan cerdas."
"Lalu chips di badanmu fungsinya apa?"
"Ini hanya untuk check lokasi Tuan."
"Tapi kamu dalam bahaya jika membuka semuanya padaku."
"Aku tahu apa yang aku lakukan Tuan. Aku yakin Tuan bukan sembarangan orang. Jadi aku berani menyampaikan ini semua."
Brenda menunduk.
"Tapi kamu jangan menceritakan hal seperti ini ke sembarangan orang. Kamu membahayakan dirimu sendiri!! " Bagas mencoba mengingatkan.
"Aku tahu Tuan. "
"Atau ini bagian dari trickmu? "
"Nooo!!! Please Tuan percayalah padaku. " Brenda menangis.
"Hey jangan menangis. Hentikan!" Bagas mengangsurkan tissue ke depan Brenda.
"Terimakasih kamu sudah percaya padaku ya. Saya akan pikirkan. Tapi satu hal, jika memang kamu percaya pada saya, kamu bisa pergi bersama Ranon ke tempat yang sudah kami janjikan bersama."
"Dimana Tuan? "
"Aku tak ingin katakan. Kamu harus melepaskan Ranon dulu. Baru kamu bisa mengerti semuanya. Nanti aku hubungi kamu lewat email. Apa tadi namanya, pigeonpretty. Hmm.... tak lazim ya"
"Sengaja Tuan. Aku balik susunannya. " Brenda meringis. Dia sudah tidak menangis lagi.
"Tapi aku betul betul sudah faham dengan niat baikmu. "
"Sudah cukup? Ayo kita pulang. "
"Sudah Tuan. Aku juga ingin kembali segera"
"Dua orang di belakangmu sudah gelisah."
"Oh ya?" Brenda nampak kaget. "Sebentar Tuan aku mau bermain main sebentar dengan mereka. Tuan segera keluar ke mobil ya, aku akan menyusul setelah aku kerjain mereka, " sahut Brenda. Bagas mengedikkan bahu, "Terserah kamu saja". Mereka akhirnya berlalu keluar dari meja tempat duduk. Bagas menuju mobil sementara Brenda mendatangi kedua orang lelaki tadi. Pas kebetulan seorang waiter melaluinya dan Brenda berpura pura terpeleset, dengan cepat Brenda mengambil gelas juice dan menyiramkannya ke dua orang lelaki yang mengamatinya. Dalam sepersekian detik Brenda menjatuhkan dirinya ke lantai sehingga tak seorangpun dari dua orang itu percaya bahwa Brenda pelakunya. Saat Brenda terbangun dia melihat dua orang lelaki itu bertengkar mulut dengan waiter. Dan secepat kilat pula Brenda keluar restoran melalui pintu samping melalui ketiga orang yang bertengkar tadi.
Dari kejauhan Bagas memandang kejadian itu tersenyum simpul. 'Hebat juga ini cewek'.
'Tapi aku tak boleh tertipu'
Brenda mendatanginya dan mengajak segera pergi. Bagas pun meluncurkan supercarnya di jalanan, menuju kastil Mr Michael. Berkali kali Brenda melihat ke belakang, tak satu pun mobil mengejar mereka.
Kedua orang tadi kesal bukan main melihat buruannya terlepas

Please check IG aku ya hana_ame51

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience