Sesampainya dirumah aku segera berlari memeluk umi, sedangkan bang Abil lah yang membawa belanjaanku. Umi terlihat heran dengan diriku yang tiba-tiba memeluknya dengan air mata yang kembali mengalir diwajahku.
"Kamu kenapa sayang?," tanya umi padaku sedangkan aku hanya menangis dipelukkan umi.
"Ini adeknya kenapa bang Abil?," tanya umi kepada bang Abil karena aku hanya diam saja. Dan yah, akhirnya bang Abil menceritakan kejadian tadi yang ku alami dengan sedetai-detailnya.
Wajah umi terlihat marah namun masih bisa menahan emosinya, "udah gak papa, bersyukur sama Allah karena Allah udah tunjukkin sifat aslinya dia...udah jangan nangis ya sayang," ucap umi seraya menghapus air mataku, sedangkan aku hanya mengangguk-ngangguk bak anak kecil yang tengah dihibur oleh ibunya.
"Oh iya, nih mi sarung tangan pesanan umi yang tadi dipinjem Fia buat nonjok Raffi," ucap bang Abil tiba-tiba merubah suasana yang tadinya hening penuh tangisanku sekarang menjadi suasana yang terlihat ceria karena kekehan umi dan aku yang tertawa.
"Hahaha...ya udah sini, umi mau buat kue kering kamu mau ikut buat gak dek?," tanya umi membuatku menjadi bersemangat dan mulai melupakan kejadian tadi.
"Mau dong mi," jawabku semangat.
"Eh...u-mi," ucap bang Abil tiba-tiba dengan suara yang ku dengar sedikit gugup.
"Ya abang Abil ada apa?, mau ikut buat kue juga?," tanya umi tekekeh.
"Gak mi, eh...nanti malam bisa gak kita kumpul diruang keluarga habis isya sama abi juga. Soalnya ada yang pengen Abil omongin," ucap bang Abil kembali seraya menundukkan kepalanya.
"Iya in syaa Allah bisa, emang kamu ngomong apa bang?," ucap umi mewakili pertanyaanku.
"Nanti umi sama Fia juga tau..," jawabnya seraya menunjukkan senyuman manisnya.
***
Ceklek...
Tiba-tiba pintu terbuka dan nampaklah abiku dan bang Abil yang baru saja menjalankan sholat isya dimasjid sedangkan aku dan umi melaksanakannya dimushola rumah. Seperti ucapan bang Abil tadi siang, akhirnya kami berempat duduk diruang keluarga dengan santai bahkan baju koko serta sarung abi dan bang Abil masih menempel dibadan.
"Abil, katanya kamu mau ngomong sesuatu sama kita ya?," tanya umi yang duduk disebelahku sedangkan abi dan bang Abil duduk disofa lain.
"Kamu mau ngomong apa Bil?," tambah abi.
"Se..sebenernya, malam ini Abil udah berniat buat ngelamar dek Fia," ucap bang Abil to the point sekali, dan setelah mendengar ucapan bang Abil kami semua terkejut begitupun dengan jantungku yang tiba-tiba ingin melompat dari tempatnya.
"Ngelamar?, maksud kamu apa Bil?," tanya abi.
"Abil mau ngelamar Fia buat jadi istri Abil bi...apa itu salah? kan Fia sama Abil bukan mahrom bi," jelas bang Abil.
"Memang sih kalian bukan mahrom, tapi setahu umi kan Abil hanya punya perasaan rayaknya kakak kepada adiknya kan sama Fia?," sekarang umi yang mengintrogasi bang Abil.
"Iya mi itu dulu, waktu Abil belum sempet ke pesantren...tapi sekarang, demi Allah mi perasaan itu sudah berganti layaknya seorang lelaki yang mencintai wanita pujaannya, namun setelah Abil tau kalau Fia akan segera menikah jadi Abil berusaha ngilangin rasa ini dan sampai akhirnya juga ada santriwati yang datang melamar Abil namun Abil tolak karena merasa ragu-ragu sama dia dan disetiap mimpi Abil pula Fia selalu datang, dimimpi Abil Fia pasti akan menjadi makmum Abil ketika Abil sholat dimanapun dan setelah sholat Fia pasti cium tangan Abil sambil bilang "Ana ukhibbuka Fillah," jelas bang Abil panjang lebar, sedangkan sedari tadi air mataku dengan bebas dipipi. Rupanya bukan hanya aku saja yang memimpikan hal diluar nalarku melainkan bang Abil juga.
"Lho Fia kok nangia?," tanya abi bingung melihatku menangis.
"Subhanallah, Fia juga semenjak mengerjakan sholat istikhoroh tak jarang pula bang Abil datang ke mimpi Fia, dia selalu menggenggam tangan Fia seraya berjalan melewati sebuah taman yang sangat indah," ucapku dengan air mata yang masih mengalir dipipiku.
"Subhallah, rupanya kalian bertemu didalam mimpi masing-masing...oh iya, terus sejak kapan Fia ada rasa sama abangmu ini?," tanya umi kepadaku.
"Entahlah mi sejak kapan, yang pasti setelah kepulangan bang Abil ke sini dan setiap bang Abil ada didekat Fia pasti jantung Fia kyak mau lompat gitu," ucapku jujur yang malah lainnya hanya terkekeh.
"Tapi, percayalah umi abi bahwa selama Abil pulang ke sini, hubungan antara Abil sama Fia hanya sebatas kakak dan adik karena Abil juga tau batasannya," jelas bang Abil kembali.
"Iya abi percaya kok,...ya sudah lah mi segera kita nikahin saja mereka mi daripada nunggu lama-lama," ucapan abi pun berhasil membuatku membulatkan mata.
"Kapan bi?," tanya umi.
"Satu minggu lagi bisa kan?," ucap abi kembali.
"Bisa lah bi, kitakan udah stay semuanya...coba yang ditanyain calon pengantinnya dulu," goda umi dan bisa kupastikan sekarang pipiku sudah memerah seperti kepiting rebus.
"Gimana Abil sama Fia siap kan nikah satu minggu lagi?," tanya abi kepadaku dan bang Abil yang kulihat sedari tadi dia hanya menunduk.
"In syaa Allah siap bi," jawab bang Abil sembari mendongakkan kepalanya.
"Si..siap bi," sedangkan aku malah gugup, wadohhhh bisa dibully ini mah sama umi.
"Haduhhh anak umi, belum apa-apa aja udah gugup," kekeh umi, tuh kan bener!.
"Ya sudah, kita sudah sepakat pernikahan Abil sama Fia dilangsungkan satu minggu lagi, dan buat Fia satu minggu ini kamu dirumah nenek dulu ya lagian juga deket kan ke kampusnya?," ucap abi dan hanya ku angguki, ya iyalah masih gerogi kali.
"Kalo Abil, tetap disini ya...oh iya kamu udah daftar dirumah sakit kan?," tanya abi pada bang Abil.
"Udah bi..," ucap bang Abil.
"Alhamdulillah deh, semangat terus ya nak semoga cita-cita kamu menjadi dokter bisa tercapai," ucapan terakhir abi pun diaminkan oleh aku, umi dan calon suamiku,eh!*
Jika memungkinkan bagi orang yang sedang mabuk cinta untuk meraih cinta pujaan hatinya dengan ketentuan syariat, maka inilah terapi yang paling utama. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
??? ???????? ??????????? ???? ?????????? ???????? ?????????? ???????????????? ????????? ??????? ?????????? ?????????? ??????????? ?????? ???? ?????????? ?????????? ???????????? ????????? ???? ???????.
“ Wahaii sekalian pemuda, barangsiapa yang sudah mampu untuk menikah maka hendaklah dia segera menikah. Barangsiapa yang belum mampu, maka hendaklah dia berpuasa karena puasa dapat menahan dirinya dari ketergelinciran perbuatan zina. ” (H.R Bukhari dan Muslim)
Hadits ini memberikan dua solusi, yaitu solusi utama dan solusi alternatif. Solusi petama adalah menikah. Jika ini bisa dilakukan, maka inilah yang terbaik. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
???? ???? ?????????????????? ?????? ??????????
Saya belum pernah melihat (solusi) untuk dua orang yang saling jatuh cinta selain menikah (HR. Ibnu Majah, shahih).
Adapun bagi yang belum mampu menikah, maka ada solusi alternatif yaitu berpuasa untuk meredam gejolak syahwatnya.
###
Vommentnya jangn lupa.
[Belum direvisi]
Share this novel