Alifiya Nindiyani

Drama Series 6565

Happy Reading!??
__________________
??Si Gadis Dandelion??

Dibalik selimut tebal nampak seorang gadis yang masih terlelap dengan nyenyaknya tak menghiraukan sinar matahari yang nampak masuk dari celah-celah jendela kamarnya.

Namun dengan tiba-tiba pintu kamarnya diketuk oleh seseorang dari luar kamarnya, gadis tersebut tak merasa terusik sama sekali malah semakin menutup selimutnya hingga keseluruh tubuhnya.

"Fia..bangun! sarapan pagi dulu, nih umi udah masakin makanan kesukaan kamu," ucap seorang wanita paruh baya yang tengah berdiri didepan kamarnya.

"Iya mi ... sebentar, Fia masih ngantuk," jawab Fia dengan malas.

"Udah buruan Fia, abi udah nungguin kamu tuh dibawah... umi juga ada kabar gembira buat kamu," ucap Uminya kembali.

"Iya, iya nanti Fia nyusul...," setelahnya Fia segera beranjak dari tempat tidurnya dan mengganti bajunya dengan pakaian santainya.

"Buruan!," tegas uminya dari luar pintu kamarnya, kemudia terdengar suara langkah kaki yang berjalan menuruni tangga.

"Hufhhh dingin...," setelah bergumam tak jelas, Fia segera keluar kamar dan menuju ruang makan sebelum uminya kembali mengomelinya.

Sesampainya diruang makan terlihatlah abi dan umi Fia yang sudah siap ingin menyantap sarapan, sedangkan Fia baru saja tiba diruang makan.

"Udah dibilangin kalo habis sholat shubuh itu jangan tidur Fia...," ucap uminya penuh perhatian.

"Hehehe iya mi maaf, habis tadi Fia ngantuk banget mi gara-gara waktu malem ngerjain skripsi," elak Fia membela diri.

"Ya itu udah jadi resiko kamu, karena penulis yang hebat pasti akan melalui tahap yang berat tapi percayalah jika Fia kerjakan dengan sungguh-sungguh pasti berbuah manis bagi Fia," ucap abi menyentuh hatiku, memang sedari kecil aku sangat suka menulis, mau itu menulis cerpen, puisi ataupun apalah itu tapi yang berhubungan dengan sastra.

"Siap bi, Fia bakal belajar sungguh-sungguh dan gak bakal ngeluh lagi," ucapku dengan semangat, sedangkan abi dan umi hanya tersenyum bangga.

"Ya udah, makan dulu yuk sarapannya ngobrolnya dilanjut nanti," tambah umi, kamipun segera menyantap masakan buatan umi yang terdengar hanya dentuman sendok.
. .
"Oh iya mi, katanya ada kabar kembira yang mau umi omongin," ucapku seraya mendudukkan pantatku disofa ruang tamu.

"Itu, abangmu dua hari lagi mau pulang dari pondoknya...," jawab umi yang membuatku tiba-tiba menjadi heboh akan kabar kedatangan abangku satu-satunya, ya walaupun hanya abang angkat sih tapi tetap saja bisa bikin rindu adiknya.

"Wahhh beneran mi, abang Abil mau pulang?," ucapku dengan semangat 45.

"Iyalah beneran masa boongan," kekeh umi.

"Hari ini kamu ada kelas Fi?," tanya umi.

"Gak ada mi, tapi Fia mau ijin keluar...," ucapku kepada umi.

"Mau kemana kamu Fi, masih pagi juga," bukan umi yang menjawab pertanyaanku melainkan abi yang baru saja keluar dari kamarnya.

"Biasa bi, mau ngambil objek yang bagus buat pemotretan hehehe," jawabku seraya terkekeh kecil.

"Kamu mah, paling juga bunga dandelion lagi kan yang dipotre?, sekali-kali abi sama umi gitu yang dipotret," jawab abi dengan nada kesal namun bercanda.

"Hehehe ia nanti gantian deh abi sama umi yang dipotret,"

"Ya udah kamu boleh keluar tapi pulangnya jangan siang-siang, soalnya nanti umi mau buat kue kesukaan abangmu itu," ucap umi.

"Asssiapp umi...," jawabku semangat.

***

Disinilah aku sering melepas semua unek-unek didalam hati, hamparan bunga dandelion semakin menambah keindahan taman ini. Tak lupa mulutpun serasa tak mau berhenti memujiNya, tak jarang pula bunda dandelion disini ku jadikan objek pemotretanku yang bertemakan "Bunga Unik", tak jarang pula akupun sering meniup bunga dandelion tersebut. Yang hanya dengan satu tiupan saja bibit-bibitnya akan terbang membumbung ke langit.

Akupun segera menyiapkan camera DSLRku dan segera mengarahkan cameraku ke bunga dandelion yang menjadi objeknya, berhubung masih pagi dan mataharipun belum berada tepat ditengah aku memutuskan untuk memotret bungan dandelion dari arah barat sehingga terlihat pula sinar matahari yang berada disebelah timur.

"Nah, alhamdulillah cukup bagus," guamamku seraya tersenyum melihat hasil jepretan kameraku.

Setelah selesai dengan kegiatanku hari ini, segera ku kemasi barang-barangku kedalam tas. Tiba-tiba aku teringat akan seseorang yang beberapa hari lalu mengatakan bahwa ia ingin mengkhitbahku, ya ku akui dia adalah lelaki baik yang taat akan agama namun entah kenapa hatiku belum yakin padanya, bahkan akupun belum membicarakannya dengan umi dan abi.

Haruskah aku menerima khitbahmu, ya aku akui kau adalah lelaki pertama yang baik tapi entah mengapa hatiku tak yakin denganmu. Batinku dalam hati dan dengan tiba-tiba air mataku sudah meluncur bebas dipipi.

Tiba-tiba aku mengingat kejadian yang pernah menimpaku satu bulan yang lalu, yakni seorang pria yang datang ke rumahku untuk mengkhitbahku dan dia adalah pria yang ku idam-idamkan. Setelah aku menerima khitbahannya, tanpa disengaja disuatu tempat aku melihatnya memasuki club dan setelah aku mencari tahu ternyata dia sedang ada masalah dikeluarganya, tapi tak harus ke club juga bukan?.
Dan setelah masuknya ia ke club itu juga sikapnya menjadi berubah, dia menjadi egois. Akhirnya aku membatalkan khitbahnya, dan tepat tiga hari yang lalu teman satu kampusku tiba-tiba menyatakan diri ingin menkhitbahku namun belum ku beri jawaban, karena jujur aku masih takut untuk memulainya kembali.

Ah sudahlah, akan aku ikuti saja alur hidupku ini. Gadis dandelion itu membatin kembali seraya berjalan meninggalkan taman yang penuh dengan bunga dandelion yang saat ini telah disinari matahari sepenuhnya.

###

(TBC)

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience