Rate

four

Drama Series 493

"Dokter pasti bohong kan? Gak Mungkin! Ini gak mungkin! Ayah! Ayah! Ayah pasti masih hidup!" aku meraung-raung tidak terkendali. Sementara itu, sang dokter hanya menunduk sedih. "Saya turut berduka cita. Saya pamit dulu." Dokter Fredy pun pergi meninggalkanku bersama dengan bunda dan jenazah ayah. Sebenarnya sangat berat rasanya jika menyadari bahwa ayah telah menyandang kata jenazah. Ketika aku sedang larut dalam kesedihan yang amat mendalam, aku baru menyadari bahwa ada sesuatu yang terjadi, ketika mendengar erangan kesakitan dari.... Bunda? "B-bunda k-kenapa?"tanyaku dengan penuh kekhawatiran ketika melihat bunda merintih kesakitan sambil memegangi kepalanya. "Dok! Dokter!"panggilku dengan panik. Dokter Fredy pun masuk kedalam ruangan. "Ada apa nona Dellia?" tanya Dokter Fredy tak kalah panik. "Dok, bunda dok!" seruku penuh kepanikan. Dokter Fredy pun dengan sigap segera mengambil tindakan. "Mohon nona Dellia menunggu diluar. Saya akan melakukan pemeriksaan pada nyonya Zainab." kata Dokter Fredy. Aku pun menurut. Dengan harap-harap cemas aku mondar-mandir didepan pintu ruangan. Ayah baru saja tiada dan bunda tiba-tiba jatuh sakit? Apa-apaan ini? Kenapa takdir bisa begitu kejam padaku?!
Tap... Tap.... Tap..... Terdengar suara langkah kaki yang sepertinya sedang terburu-buru. "Dellia! Dellia!" terdengar seperti seseorang meamanggil namaku. Aku pun menoleh. Tante Fatma? "Tante? Kok tante bisa disini?" tanyaku. "Tadi sebelum bundamu berangkat kerumah sakit dia sempat mengabariku kalau ayahmu kecelakaan dan dilarikan ke rumah sakit ini. Apa ayahmu baik-baik saja? Dan kemana bundamu? Kenapa gak terlihat?" tanya tante Fatma bertubi-tubi. "Ayah... Ayah sudah tiada tante Fatma." Kataku dengan kepala tertunduk. Wajah tante Fatma seketika berubah. Dia tampak terkejut. Hening seketika. "Ahaha! Jangan bercanda kamu Dellia. Ini bukan april mop. Lagi pula kalau bercanda jangan sampai kelewatan. Sampai berhubungan dengan hal seperti itu. Jangan lagi ya Dellia!" tante Fatma tertawa kecil dengan mimik wajah yang tampak khawatir. "Nggak tante. Aku gak bohong. Aku juga sulit untuk memercayai nya, tapi itulah kenyataan nya. Dan soal bunda, bunda sedang dirawat sekarang. Tiba-tiba bunda tumbang ketika sedang melihat jenazah ayah tadi. Doakan aja ya te bunda gapapa." diriku memaksakan untuk tersenyum, tapi hatiku tidak. Hatiku masih belum bisa menerima sepenuhnya kepergian ayah. "Ghani... Gak nyangka adikku yang bandel dan jail itu pergi secepat ini. Rasanya baru kemarin aku bertepuk tangan atas kelahirannya, tiba-tiba saja pada hari ini aku harus merasakan pedihnya kehilangan adik yang selalu langganan berantem denganku waktu kecil."mata tante Fatma berkaca-kaca. Dapat dilihat dari wajahnya rasa kehilangan yang amat mendalam. Tiba-tiba saja, Dokter Fredy muncul dari balik pintu. Tanpa ditanya, Dokter Fredy berkata, "Nona Dellia, saya punya satu kabar baik dan satu kabar buruk. Setelah pemeriksaan, saya bisa menyampaikan dua kabar ini. Kabar baiknya, Nyonya Zainab untuk sekarang baik-baik saja, dia sudah siuman. dan untuk kabar buruknya.... " Dokter Fredy menghela napas panjang. "Apa kabar buruknya dok? Cepat katakan!" aku sudah cukup lega dengan kabar baiknya. Tapi aku tak tau kabar buruk apa yang akan dokter dihadapanku ini katakan. "Kabar buruknya adalah, nyonya Zainab mengidap kanker otak. Waktu hidupnya tak akan lama lagi. Menurut perkiraan waktu hidup nyonya Zainab hanya empat sampai enam minggu saja. Tapi semuanya ada ditangan yang maha kuasa. Tolong jaga nyonya Zainab baik-baik. hidupnya bisa saja lebih cepat berakhir atau mungkin akan lebih lama. Oh ya.satu lagi. Sepertinya,menurut gejala-gejala yang dialami oleh nyonya Zainab,sepertinya nyonya Zainab sudah lama mngidap kanker otak. Tapi mungkin karena dia selalu bahagia, jadi nyonya Zainab bisa bertahan lama" Dokter Fredy menjelaskan panjang lebar. Kabar buruknya sangat menyakitkan. Rasanya aku mau pingsan. "T-tante Fatma.... Bunda! Bunda tante! Bunda.. Hiks, hiks..."aku menangis tersedu-sedu. "Sabar ya.. Tante tau perasaan kamu. Tante juga kaget.. Kamu harus bisa mengontrol emosimu. Gimana kalau kita liat keadaan bunda didalam?" tante Fatma berusaha menenangkanku. Kami berdua pun masuk menemui bunda. "B-bunda! Kenapa bunda gak ngasih tau aku sih kalau bunda kena kanker otak! Bunda jahat!" seruku. Air mataku mengalir begitu saja, sementara tante Fatma mengelus-elus punggungku. "Maaf sayang... Bunda gak tega ngasih tau kamu. Bunda tau waktu hidup bunda gak lama lagi. Tapi bunda tau pasti kamu bakalan sedih banget. Jadi bunda gak tega sayang... " kata bunda dengan lemah. "Bunda, bunda harus bertahan hidup ya... Aku tanpa bunda....bukan siapa-siapa....."

***
{Maaf ya guys, episode hari ini lebih singkat dari biasanya.... Tapi tolong jangan lupa kasih Bintang lima, follow profil kuh, dan jangan lupa nantikan update setiap harinya ya! Saranghaeyo!!(=^.^=)]

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience