Rate

six

Drama Series 493

Matahari telah bertukar dengan sang bulan. Mataku yang bulat menatap lekat-lekat rembulan. "Sayang, ayo tidur nak. Sudah malam. Tutup jendelanya gih! Dingin. nanti kalo kamu masuk gimana?" suara lemah bunda menerobos gendang telinga. "Iya bun." aku pun menurut dan menutup jendela sesuai perintah bunda. Aku pun duduk di sofa dan membaca majalah remaja yang aku pinjam dari perpustakaan sekolah. Perlahan-lahan mataku mulai tertutup dan aku pun tertidur pulas.

***
Pukul 00:00 tepat, ketika aku sedang tertidur, suara rintihan kesakitan membangunkan aku dari tidurku yang nyenyak. "Ah... Sakit... Sakit... " seperti suara.... Bunda? "Bunda?! Bunda kenapa? Suster! Suster!" aku menjerit-jerit panik. Seorang suster masuk kedalam ruangan bunda. "Ada apa?" tanya sang suster. "Bunda sus... Bunda!" seruku panik. "Mohon untuk tenang ya." suster pun membawa bunda menuju UGD. disana, bunda mendapatkan penanaganan medis. "Nona Dellia, mohon tunggu diluar." pinta seorang dokter yang ternyata bernama dokter Faisal. "Dok, tolong selamatkan bunda saya ya. Saya sudah kehilangan ayah saya. Saya tak mau kehilangan bunda." dokter Faisal mengangguk dan mengenakan stetoskopnya. "Saya akan berusaha."

***
Aku mondar-mandir didepan ruang UGD. aku terus berkomat-kamit membaca doa, berharap tak ada hal buruk yang akan terjadi pada bunda. "Permisi nona Dellia. Sepertinya nyonya Zainab ingin bicara sesuatu pada nona. Dari tadi dia hanya menyebut-nyebut nama nona." tanpa berkata-kata aku langsung menerobos masuk dan memeluk bunda erat-erat. "B-bunda, bunda gapapa kan? Dellia khawatir banget sama bunda... "
"D-dellia sayang.... B-bunda mau b-bicara sama kamu sayang... Jadilah anak yang sholehah ya sayang... Banggakan bunda dan ayah yang mungkin sudah sampai ke surga.... " tepat setelah bunda menyelesaikan kata-kata nya barusan, mata bunda tertutup rapat.

"BUNDA!!!"

***
Satu-persatu orang pergi meninggalkan pemakaman. Kini, hanya ada aku, tante Fatma, Nenek, dan Yuna. Aku sekarang adalah seorang anak yatim piatu. Seorang anak tanpa bunda dan ayah. Mereka telah kembali ke pangkuan sang pencipta. Baru saja kehilangan ayah, kini harus kembali merasakan kehilangan. Kehilangan bunda yang sangat ku sayang. Sedih sekali rasanya. Hatiku seolah tertusuk beribu-ribu pisau tajam yang baru diasah. Pilu. Kini aku hanya punya mereka, Nenek, tante Fatma, dan Yuna. "Yang sabar ya Dell. Aku yakin ini pasti ada hikmahnya." Yuna mengelus-elus pundakku. "Makasih ya Yun."
"Dellia, ayo kita pulang." ajak tante Fatma.

***
Hari-hari tanpa bunda terasa sangat sepi. Biasanya ada seseorang yang menyapaku begitu bangun pagi, kini tak ada. Tante Fatma sibuk bersiap berangkat kuliah, dan nenek sedang memasak didapur. Tak ada yang menyapaku begitu aku bangun dipagi hari. Sepi rasanya. Aku berjalan gontai menemui nenek didapur. "Pagi nek" sapaku lemas. "Pagi juga sayang. Pagi ini sarapan sup ayam ya?" ujar nenek. Aku mengangguk. Sarapan apapun, semuanya sama saja. Kujalani tanpa bunda dan ayah. "Hari ini mau sekolah gak? Kalau mau, sekarang segera mandi, pakai seragam, dan setelah itu sarapan bareng nenek dan tante Fatma." kata nenek. "Hm.... Yasudah deh nek. Dari pada cuma dirumah, mending aku kesekolah."

***
{Hy guys! Sorry ya lama gak update. Soalnya authornya belakangan lg banyak kerjaan alias sibuk! Semoga kalian gak kapok deh baca novel ini tentang K.I.T.A! Jangan lupa komen, kasih Bintang lima, dan follow profilku ya!]

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience