Rate

three

Drama Series 493

Tanpa terasa, hari demi hari telah berganti. Sudah 2 minggu ayah di Indonesia, dan sekarang saatnya ayah untuk kembali ke Amerika. "Yah, ayah yakin akan kembali malam ini juga? Aku belum puas yah... " aku bergelayut manja pada pangkuan ayah, bagaikan bocah SD manja yang tak mau melepas sang ayah. "Ayah juga sebenarnya belum mau kembali sayang. Tapi ya mau bagaimana lagi, ayah harus kembali karena ayah masih banyak tugas di Amerika. Selama Dellia di sini, jaga bunda baik-baik. Entah kapan ayah akan kembali." entah mengapa, aku merasa janggal pada kalimat terakhir yang diucapkan ayah barusan.

***
"Dah ayah! Cepat kembali ya!" seruku sembari melambaikan tangan kearah pesawat yang akan mengantar ayah ke Amerika. Dari bawah sini, dapat kulihat senyum sayu ayah dari dalam pesawat. Entah kenapa firasat buruk mulai menghantuiku.

***
"Hahaha! Masa sih? Gak nyangka ya, si cupu Sinta bisa sampe nekat nembak si Reza si malaikat ganteng di kelas 10?" sorharinya!] aku sedang main kerumah Yuna, melepas kebosanan. "Iya, serius aku gak bohong! Aku denger kabarnya dari trio bawel! Kamu tau sendiri kan, trio bawel itu memang paling cepat tau banyak informasi seputar anak-anak SMANSA." kata Yuna penuh semangat. Tiba-tiba, ditengah perbincangan asyikku dengan Yuna, ponselku berdering.
"Ya, halo bun?"
"Sayang, cepat kamu pulang nak! Ada kabar buruk! "
"Kabar buruk apa bun? "
"Sudah, kamu pulang aja dulu. Nanti bunda ceritain di rumah."
Tuttt..... Sambungan telpon terputus. Dari suara bunda di telepon tadi, jelas sekali menunjukan kekhawatiran yang sangat. "Eh Yun, kayaknya aku harus pulang sekarang deh." kataku pada Yuna. Sebenarnya aku agak ngerasa gak enak kalau harus pamit sekarang. Padahal aku baru 15 menit dirumah Yuna. "Cepet banget. Pasti emergency ya? Mau aku panggil sopir? " tanya Yuna menawarkan bantuan. "Eh, gak perlu Yun. Gak usah. Aku naik angkot aja. " tolakku halus. Aku takut merepotkan. "Yasudah. Besok main kesini lagi ya! " pesan Yuna. Aku mengangguk. "Inshaallah ya Yun. Udah ya aku mau pulang. Bye! " dengan tergesa-gesa aku berlari keluar rumah Yuna. Untunglah, angkot datang dengan segera. Setibanya aku dirumah, aku segera menghampiri bunda. "Kenapa bun? Kok bunda kelihatan sedih?" tanya ku sambil mengelus punggung bunda. "Pesawat yang ayah tumpangi..........Kecelakaan"

"APA?! "

***
"Aku mondar-mandir di depan ruang ICU. Ayah sedang didalam sana, sedang dalam masa pemeriksaan. Aku berharap tak ada hal buruk yang menimpa ayah. Sementara itu, bunda hanya terduduk lemas sedari tadi. Selain mengkhawatirkan ayah, aku juga sangat mengkhawatirkan Bunda. Aku harap mereka berdua baik-baik saja. Ditengah kegelisahanku, dokter Fredy, dokter yang menangani kasus ayah keluar dari ruang ICU. Buru-buru, aku mendatangi Dokter Fredy dan menanyakan keadaan ayah padanya. Dengan kepala tertunduk lemas, Doter pun berkata, "maaf nona Dellia. Anda dan Nyonya Zainab bisa langsung melihat keadaan Tuan Ghani." kata sang dokter. Aku memanggil bunda untuk masuk. Buru-buru bunda datang dan mengikutiku masuk kedalam ruangan. Didalam, dapat kulihat ayah terbaring lemas diatas ranjang rumah sakit. "A-ayah... " aku hampir meneteskan air mata. "Ghani, kamu kenapa? Kalau seandainya aku tau kau akan mengalami insiden ini, aku pasti takkan mengizinkanmu kembali ke Amerika. Tidak akan pernah!" tampak sekali dalam raut wajah bunda penyesalan dan kesedihan yang amat mendalam. Aku jadi iba pada bunda. "Zainab.... Dellia... Aku tau kalian sayang sama ayah... Tapi sepertinya ayah gak bakal bisa lama-lama lagi... Zainab jaga Dellia baik-baik. Dan Dellia, nurut sama bunda ya nak. Jangan nakal dan jangan buat yang aneh-aneh. Satu hal yang harus kalian tau, ayah.... " ayah terbatuk, dan melanjutkan, "sayang kalian... " tepat setelah ayah menyelesaikan kalimatnya, mata ayah tertutup rapat. Jantungku seolah berhenti berdetak. Apa-apaan ini?! Suasana sunyi seketika. Bunda dengan tergesa memanggil dokter. Dokter pun memeriksa ayah. Begitu Dokter Fredy melepas stetoskopnya, aku langsung menyerbu Dokter Fredy dengan pertanyaanku. "Dok, ayah gimana? Gapapa kan?" tanyaku dengan penuh kekhawatiran . "Maaf nona Dellia. Ada kabar buruk untuk anda dan nyonya Zainab. Sebelumnya saya minta maaf
sebesar-besarnya, karena saya tidak berhasil menyelamatkan Tuan Ghani. Tuan Ghani.....
Gagal melalui masa kritisnya."

***
{thanks ya yang idah baca! jangan lupa komen dan kasih Bintang 5.nantikan kelanjutan setiap harinya!]

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience