Gadis Kecil

Romance Series 2107

Cuaca yang terik menggerahkan tubuh gadis cantik yang sedang kegirangan menyanyi sambil melompat setelah kepulangannya dari sekolah. Setiap harinya, Roshi selalu menjalankan rutinitasnya yang pergi berjalan kaki dari rumah menuju sekolahnya.

Roshi Bunga Andari, gadis cantik yang baru berusia 7 tahun ini hidup hanya berdua dengan seorang wanita yang sangat ia cintai, yang tak lain adalah ibunya. Ayahnya pergi meninggalkan ibunya tanpa alasan disaat Roshi baru berusia enam bulan. Ketika Roshi besar, ia selalu bertanya tanya tentang keberadaan ayahnya, tapi ibunya selalu menggelengkan kepalanya dan hanya menasihati Roshi untuk rajin belajar dan tidak meninggalkan shalat lima waktu.

Siang ini, Roshi sedikit kebingungan dengan hal yang dialaminya di sekolah. Gurunya selalu meminta kehadiran ibunya untuk membicarakan uang pendaftaran masuk sekolah Roshi yang belum lunas, sementara sudah tiga bulan Roshi duduk di kelas 1 di SD Negeri yang tak jauh dari rumahnya. Roshi berniat untuk menceritakan kebingungannya kepada ibunya setelah ia sampai di rumah nanti.

Setelah sampai di rumah, Roshi dibuat tambah kebingungan lagi. Rumahnya tiba tiba dibanjiri oleh banyak orang. Ia dipeluk oleh seorang wanita yang sedang menangis tersedu sedu yang tak lain adalah tantenya. Ia merasakan ada yang tidak beres dengan keadaan rumahnya. Ia melepaskan pelukan tantenya dan berlari ke dalam rumahnya. Ia melihat orang orang mengelilingi satu orang yang sedang tidur dengan ditutupi kain dari ujung rambut kepalanya hingga ujung kuku kakinya. Orang ini seperti tidur dalam keadaan yang sudah tidak bernyawa lagi. Karena rasa penasarannya, Roshi mendekatinya dan membuka kain yang menutupi wajah orang ini. Ia melihat seorang wanita dalam keadaan yang pucat tidur dengan memejamkan mata dengan santainya. Saat tantenya kembali datanh dan memeluknya, Roshi menyadari bahwa tantenya dan semua orang yang datang ke rumahnya hari ini untuk menangisi ibunya. Seketika, Roshi teriak menangis sambil memeluk ibunya.

"Ibu bangun! Roshi gak mau Ibu mati!" Tangisannya pun mengundang keprihatinan banyak orang disekelilingnya. Diusianya yang masih 7 tahun, ia harus menerima cobaan dari Tuhan untuk hidup tanpa adanya bimbingan dari seorang ayah dan ibunya. Roshi harus berfikir keras untuk kemana dirinya pergi untuk melanjutkan hidupnya. Apakah mungkin Roshi harus tinggal dengan tantenya yang juga hidup dengan keempat anaknya yang serba berkecukupan?

Tantenya memutuskan  untuk menitipkan Roshi di panti asuhan. Dari usianya 7 tahun sampai usianya yang sekarang genap berusia 16 tahun, tantenya tidak pernah datang untuk melihat kabarnya. Karena Roshi adalah gadis cantik yang imut dan lucu, banyak sekali orang yang datang ke panti asuhan yang ingin mengadopsi Roshi. Tapi, Ibu panti tidak mau melepas Roshi karena ibu panti itu sendiri sangat menyukai kehadiran Roshi di panti asuhan binaannya ini. Pada akhirnya, di usia Roshi yang sekarang ini, dengan berat hati ibu panti melepas Roshi dengan seorang pemuda kaya yang mau menyuntikkan dana yang besar hanya karena menginginkan Roshi. Demi kemajuan panti, ibu panti pun melepaskannya dan membiarkan Roshi untuk diadopsinya.

Kavier Agung Haryasa, pemuda berusia 27 tahun yang bekerja dengan usaha bisnisnya dan mendirikan sebuah perusahaan yang cukup dikenal. Dengan kata lain, pemuda ini adalah pengusaha yang kaya dan pekerja keras. Ternyata, pertama kali ia merasa tertarik kepada Roshi saat ia melihat Roshi dengan tulus memeluk ibunya ketika ibunya meninggal. Kavi menjadi salah satu orang yang datang saat ibunya meninggal. Tapi kini, Kavi memutuskan untuk menarik Roshi dari panti asuhan bukan menganggap Roshi sebagai anaknya, melainkan adik yang bakal mengisi rumah besarnya yang tak berpenghuni.

Setelah tiga tahun hidup bersama Roshi, kini Kavi merasa dirinya semakin terurus. Ia mulai merasakan jatuh cinta kepada Roshi dengan melihat sifat Roshi yang keibuan. Tapi, Kavi belum berani menyatakan perasaannya karena ia masih ragu dengan perasaan Roshi terhadapnya.

Malam ini, angin berhembus kencang mengisyaratkan akan datangnya hujan. Di meja makan, Kavi tersenyum melihat Roshi yang sedang mempersiapkan banyak makanan untuknya hari ini. Setelah mempersiapkan semuanya, Roshi yang duduk semeja dengannya seperti biasanya selalu menyuduhkan nasi di piring yang telah disediakannya untuk Kavi. Sekarang, Roshi dan Kavi sudah jauh saling mengenal kebiasaan kebiasaan masing masing. Makanya tak heran kalau melihat Roshi yang mengetahui porsi nasi yang dibutuhkan Kavi untuk kenyang lebih pass.

Mengisi keheningan malam ini, Kavi mulai membuka pembicaraan. "Roshi kakak minta maaf kalau pertanyaan kakak menyinggungmu, kemana ayahmu?"

Menggerakkan kedua alisnya, Roshi dekat kuat menghela nafas, "Gatau kak! Yang kutau, hari ini kamu adalah ayahku." mendengar jawaban Roshi, seketika Kavi melototkan matanya.

"Kan sudah berulang kali kakak bilang, kakak mengadopsimu bukan karena kakak mau menjadikanmu anak!" Wajahnya menggeram melihat Roshi, tapi reaksi Roshi seolah tak takut dan malah tertawa kecil melihat Kavi yang sedari tadi menggeram melihatnya

"Terus buat apa dong? Buat bikin anak?" Ujar Roshi sambil membuat lengkungan di depan perutnya dengan jemari tangan kirinya memberikan isyarat layaknya seperti seorang wanita yang sedang mengandung.

Kavi menghela nafas. "Emang kamu mau bikin anak sama kakak?"

"Ogah!" Roshi menghentikan makan malamnya, dan pergi berlari menuju kamarnya tanpa memperdulikan Kavi yang masih santai menikmati makan malam yang nikmat ini.

Setelah menghabiskan makanannya, Kavi berjalan menuju kamarnya dan tidur tanpa memperdulikan Roshi yang berkecil hati karena ulahnya.

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience