Malam Yang Melelahkan

Romance Series 2107

Sejak menghabiskan malam yang begitu indah itu, Kavi dan Roshi semakin dibuat sibuk dengan rencana pernikahan mereka. Banyak sekali kemauan Roshi di hari pernikahannya. Sempat saling berbeda pendapat, namun Kavi lebih memilih mengalah dan menuruti kemauan Roshi. Semakin mendekati hari pernikahan, Kavi semakin menunjukkan kasih sayangnya pada Roshi, begitupun dengan Roshi yang sekarang sudah tidak ragu lagi untuk bermesraan dengan Kavi.

Tidak terasa satu minggu lagi, Kavi dan Roshi akan menlangsungkan akad nikah dan resepsi pernikahan mereka. Segala persiapan mulai dari sewa gedung, fitting gaun dan jas pengantin, dekorasi, catering dan kapasitas undangan, semuanya sudah mereka persiapkan dengan matang. Mendengar kakaknya yang akan segera menikah, Chandra berniat akan pulang dari luar negeri. Dan hari ini adalah waktu kepulangannya dari luar negeri. Kavi dan Roshi dengan haru dan bahagia menyambut kepulangan Chandra.

"Hello Brother, how are you there?" Kavi melepas rindu dengan adik satu satunya itu. Ia menepuk pundak Chandra beberapa kali sambil memeluknya. Ia tidak menyangka akan kesuksesannya menyekolahkan adiknya. "Apaan sih kak, aku masih bisa bicara pakai Bahasa Indonesia." Mendengar keluhan Chandra yang tidak suka diperlakukan seperti turis asing yang tak bisa berbahasa Indonesia, timbul tawa yang lepas dari kakak beradik ini. "Ini calon kakak iparmu, namanya Roshi." Tanpa ada tawa lagi diantara mereka, Kavi dengan bangga memperkenalkan Roshi, calon istrinya itu dengan adik kesayangannya yang selalu meledeknya. Roshi yang lebih dulu mengulurkan tangannya, dengan sigap Chandra menyambut uluran tangannya dengan senyuman. "Aku tidak menyangka, ternyata kakak pandai mencari calon istri yang cantik." Mereka kembali tertawa lepas, Chandra yang memuji Roshi semata mata hanya ingin meledek kakaknya yang sudah terlalu tua untuk mendapatkan wanita seperti Roshi. Walaupun usia Chandra lebih tua dua tahun diatas Roshi, ia tetap menghormati Roshi sebagai calon kakak iparnya.

Setelah pulang ke rumah, mereka banyak berbicara tentang kehidupan Kavi selama adiknya di luar negeri. Chandra yang lebih mengetahui sifat kakaknya itu, dibuat kaget dengan perubahan sifat Kavi sekarang. Kavi sekarang terlihat lebih dewasa dan mandiri. Chandra lagi lagi memuji Roshi dan berterimakasih padanya yang telah membuat kakak kesayangannya itu berubah drastis.

Empat hari menjelang hari pernikahan, Kavi dan Roshi yang ditemani Chandra dan Reno masih dibuat sibuk dengan pencarian photographer. Kavi sudah menyewa tiga photographer di hari pernikahannya, namun tetap saja ia merasa belum puas. Ia ingin mencari dua photographer lagi yang lebih dipercaya di hari pernikahannya nanti. Banyak rekomendasi dari kerabat dekat Kavi dan Roshi, namun tidak ada satupun yang nyantol di hati Kavi. Begitulah Kavi, ia memiliki pendirian yang teguh. Hal yang tidak sesuai dengan hatinya, Kavi memilih meninggalkannya. Kali ini, mereka mendatangi sebuah rumah yang didalamnya penuh dengan foto berbingkai dari photographer yang handal.

"Selamat siang pak, ada yang bisa saya bantu?" Seorang wanita berpenampilan rapi menyambut kedatangan Kavi, Roshi, Chandra dan Reno. Sepertinya ia adalah petugas informasi di rumah yang dipenuhi bingkai dan foto ini. "Saya boleh bertemu dengan photographer foto ini, mbak?" Kavi yang sedari tadi memandangi seluruh isi lukisan yang mengelilingi rumah ini mulai tercantol dengan foto seorang wanita yang berbahagia dilamar oleh kekasihnya.

Wanita itupun segera memanggil seorang photographer yang mengambil foto yang dimaksud Kavi. Ia merasa kaget melihat seorang wanita datang menemuinya. "Meisya!" Kavi, Chandra dan Reno dibuat kaget dengan kedatangan wanita itu. Namun, Roshi yang tidak mengetahui merasa bingung dengan reaksi ketiga lelaki disampingnya yang langsung kaget melihat wanita yang diketahuinya adalah seorang photographer. Dengan wajah yang langsung memucat, Kavi menarik tangan Roshi dan menuntunnya keluar dari rumah ini, Chandra dan Reno mengikuti mereka dari belakang. "Saya akan anggap kamu sebagai seorang pecundang, jika tanpa salam kamu keluar dari rumah ini." Langkah mereka seketika terhenti mendengar ucapan Meisya, mantan pacar Kavi. Masih dengan wajah pucatnya, Kavi hanya mengangguk dan mengucapkan assalamualaikum lalu kembali melanjutkan langkahnya yang sempat terhenti.

Hari pernikahan pun tiba. Dimana tadi pagi, Kavi dengan lancarnya mengucapkan ijab qabul pernikahan mereka. Siang ini, mereka menjalani resepsi pernikahan mereka yang banyak mengundang tamu. Darimulai anak panti asuhan tempat Roshi dibesarkan, teman teman sekolah Roshi dan Kavi, rekan kerja Kavi, semuanya tak terabaikan. Kavi memandangi ketiga photographer yang sibuk kesana kemari menuruti tamu undangan yang ingin mengabadikan moment pernikahan Roshi dan Kavi. Andai saja ia tidak bertemu Meisya waktu itu, pasti ia tidak akan merasa kekurangan di hari pernikahannya hari ini. Ucapan dari teman teman dan rekan kerja Kavi turut menambah kebahagiaan mereka berdua.

Acara berlangsung dengan sangat mewah dan elegant. Wajah Kavi terlihat lelah dan puas dengan pernikahannya. Setelah acara berakhir, Kavi memutuskan untuk pulang ke rumahnya dan segera menikmati malam yang sangat ditunggunya. Sesekali menghilangkan kelelahannya, Kavi menjaili Roshi dan mereka tertawa bersama.

Acara pernikahan sudah berlangsung. Syukur bagi mereka acara berjalan dengan sangat lancar tanpa hambatan sedikitpun. Saat pulang ke rumah dengan wajah yang sangat melelahkan diantara mereka berdua, Kavi membuka bajunya hingga ia bertelanjang dada dan tanpa ragu ia merebahkan dirinya di tempat tidur yang ditungu-tunggunya. Sekamar dengan Kavi dan melihat Kavi mulai menunjukkan aura negatif membuat Roshi merasa asing. Walaupun sudah sah menjadi suami istri, Roshi yang melihat Kavi bertelanjang dada merasakan ketidaknyamanannya malam ini. Ia berfikir malam ini bagai harimau yang menerkamnya habis habisan. Kavi membawa kaos dan celananya ke kamar mandi yang ada di dalam kamar Kavi dan segera mengganti baju. Melihat reaksi Roshi seperti orang ketakutan, Kavi berdiri di depan kamar mandi dan menunggu Roshi hingga keluar. Tak lama kemudian, tanpa Roshi sadari ia sudah berbenturan dengan dada kekar Kavi yang terceplak jelas bidang dadanya. Roshi semakin dibuat takut memandang Kavi.

Tanpa ragu, Kavi mengangkat tubuh Roshi dengan mesra dan merebahkannya ke tempat tidur. "Awhhhhh." Mendengar suara Roshi yang lembut, membuatnya semakin semangat menyantap Roshi malam ini. Tanpa mereka sadari kini tak lagi satupun benang kain yang menyelimuti tubuh mereka. Roshi tidak menyangka Kavi akan seganas ini padanya di malam pertama. Roshi yang takut sebelumnya akan merasakan kesakitan yang luar bisa, berbalik ia merasakan bahagia dengan kenikmatan yang tak terhingga di malam ini. Malam yang hangat ini benar benar menghilangkan rasa lelah dan kantuk mereka setelah satu harian melayani tamu undangan. Mereka sangat menikmati malam ini. Kavi sudah merasa puas dengan sajian yang diberikan Roshi kepadanya malam ini. Tubuhnya yang berkeringat memberi arti kerja kerasnya malam ini. Roshi pun tergeletak lemas di ranjang setelah mencoba permainan malam yang spektakuler ini. Kavi melihat Roshi yang kehabisan energi, dengan sigap mengangkat Roshi ke kamar mandi untuk mensucikan diri kembali. Bukan langsung membersihkan dirinya, Kavi melanjutkan ronde kedua di kamar mandinya dengan segala gaya yang berbeda beda. Melihat Roshi seperti sudah tidak berdaya lagi, Kavi pun menyudahinya dan benar benar membersihkan diri mereka. Setelah bersuci kembali, kelelahanpun mengundang rasa kantuk. Mereka tertidur pulas dalam satu ranjang dengan bayangan mimpi yang indah.

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience