Jatuh Cinta

Romance Series 2107

Sudah beberapa jam Roshi mengurung dirinya sendiri di kamar. Kavi sempat khawatir dengan kondisi Roshi, dari tadi pagi hingga sore ini Kavi belum mengetahui apakah Roshi sudah makan atau belum. Kavi tetap memilih untuk menyibukkan dirinya dan tidak mengganggu Roshi.

Beberapa menit kemudian, Kavi mendengar suara pintu kamar Roshi yang terbuka. Ia sedikit merasa lega, itu artinya Roshi sudah tidak mau lagi berkepanjangan menyiksa dirinya. Dari lantai atas, suara kakinya cukup berisik dan mengganggu pendengaran Kavi yang sedang asyik menonton televisi.

"Kak, malam ini teman Roshi ngajakin makan malam bersama, Roshi boleh ikut gak?" Roshi yang hanya menggunakan kaos tipis yang berwarna putih membuat bagian dalamnya telihat tembus pandang dan celana pendek jeans. Kavi yang semula memandangnya, dengan sigap ia mengalihkan pandangan ke segala arah selain ke arah pandangan Roshi. Fikirnya, matanya akan terus tersiksa jika ia terus terusan memandang penampilan Roshi hari ini. Tanpa sepatah kata, ia hanya menganggukkan kepalanya dan memberi isyarat kalau ia mengizinkan Roshi pergi. Tanpa sepatah katapun, Roshi pergi meninggalkan Kavi. Setelah melihat Roshi minggat dari pandangannya, Kavi berbalik arah dan memandangi Roshi dari belakang. Khayalnya mulai melayang jauh kesegala otak dan fikirannya. Walaupun sudah mendapatkan penolakan, tetap saja Kavi berambisi untuk memiliki Roshi. Karena terlalu berambisi, ia sampai memikirkan bagaimana caranya menyantap Roshi di malam pertama perkawinan mereka. Oh tidak, hentikan khayalmu Kavi.

Sekitar pukul tujuh malam, dua wanita yang cukup anggun memakai dress berwarna merah dan biru datang untuk menjemput Roshi. Aku mengajaknya berbincang bincang, banyak yang sudah kuketahui tentang mereka. Wanita yang memakai dress berwarna merah bernama Winda dan yang memakai dress berwarna biru bernama Ghina. Mereka berteman dengan Roshi sejak duduk di bangku SMA. Kavi senang melihat pergaulan Roshi yang luas dan tetap terarah. Ia tak lagi merasakan bosan sejak SD hingga SMP sekolah di Yayasan yang dibangun oleh panti itu sendiri. Sejak Kavi mengadopsinya di umur 16 tahun, ia menyekolahkan Roshi di sekolah yang cukup mahal dan terkenal. Teman teman Roshi semuanya serba berkecukupan, tetapi kesederhanaan Roshi tidak membuatnya sulit beradaptasi dengan teman temannya. Ia malah banyak disukai oleh teman temannya. Terbukti, setelah tamat SMA teman temannya masih mengajak Roshi untuk bertemu melepas rindu.

Tak lama berselang waktu, Kavi, Winda dan Ghina mendengar suara kaki Roshi yang berisik dari lantai atas. Kavi dibuat takjub dengan penampilannya malam ini. Ia menggunakan dress berwarna kuning dengan high hells berwarna gold dan tatanan rambut hitam panjangnya yang tergulung rapi menambah keayuannya. Pertama kali, Kavi melihat Roshi dandan secantik ini. Mataku hampir tak berkedip melihatnya. Untung saja Winda menepukkan kedua tangannya di depan mataku dan membuatku tersadar kembali akan dunia ini.

"A very beautiful girl!" Ungkapan Kavi menyambutnya dari bawah. Ia hanya tersenyum melihat Kavi

"Kami pergi dulu ya kak." Kedua temannya terlihat terburu buru dan menarik Roshi yang tak sempat berpamitan dengan Kavi.

Sekarang saatnya tiba, bukan hanya Roshi dan teman temannya yang ingin berpenampilan menarik malam ini. Kavi juga mengundang teman temannya ke acara yang ia tunggu pada akhir tahun.

"Sepertinya kamu tidak akan melewatkan malam yang indah ini." Wanita berkerudung kuning memanja bersender di pintu kamar Kavi sambil melihatnya yang sedang sibuk menata dirinya

"Apakah aku terlihat jauh lebih tampan?" Sambil memegang dan merapikan dasi yang jatuh dari leher hingga perutnya itu, Kavi masih sempat bertanya kepada wanita berkerudung itu tentang penampilannya. Wanita itu melirih, ia hanya menaikkan alisnya tanpa berkata apapun. Sepertinya ia jauh melihat ketertarikannya kepada Kavi.

"Hey, beri aku nilai untuk penampilanku malam ini." Kavi tak berusaha mengejar wanita berkerudung itu, ia kembali menatap ke arah cermin dan merapikan sehelai rambutnya yang terjatuh karena sibuk menjerit wanita berkerudung yang tak penting itu.

Demi apapun Kavi sama sekali tidak terfikir dengan malam ini. Malam ini adalah malam yang sangat indah, semuanya sudah tersusun rapi. Tuhan pun tampak mendukung usaha Kavi dengan cuaca malam ini. Tidak ada sedikitpun tanda tanda akan hadirnya hujan. Malam tidak terlalu larut, Kavi turun dari mobil hitam kinclongnya yang sudah dipersiapkannya untuk malam ini. Tak disangka, wanita berkerudung itu telah sedia menunggu Kavi di depan kafe yang terlihat cukup menarik dengan pintu masuknya yang dihiasi ribuan daun bunga dan cahaya lilin yang menambah adrenalinnya. Memasuki kafe ini, jantung Kavi tak memberi isyarat berdetak tak beraturan seperti saat ini. Ia lupa akan nafasnya, seharusnya ia mempersiapkan nafas yang jauh lebih kuat. Wajahnya terlihat gugup, namun wanita berkerudung itu tetap saja memaksanya untuk masuk dan duduk di sebuah kursi yang telah disediakan. Di taman bagian dari kafe ini telah dipersiapkan Kavi khusus untuk acaranya malam ini. Tak ada satupun pengunjung kafe yang lolos dari penjagaan wanita berkerudung itu. Ia menyeleksi dengan sempurna tamu tamu yang boleh menginjakkan kakinya di taman kafe ini. Wajah Kavi masih terlihat gugup, ia menggosok gosokkan kedua tangannya untuk mengontrol nafasnya.

"Jangan terlalu gugup, malam ini punya kamu. Nikmati malam ini." Seorang pria yang bernama Reno itu merupakan teman baik Kavi, ia menjadi bagian besar dari acara yang dibuat Kavi malam ini. Ia menepuk pundak Kavi beberapa kali untuk menambah semangat juang Kavi hari ini.

Tak lama menunggu waktu, wanita berkerudung itu terlihat sibuk dengan kedatangan seseorang. Ia meminta Kavi untuk bersembunyi disuatu tempat. Wajah gugupnya ingin memelas, tetapi adanya bujukan Reno membuat Kavi nenuruti perintah wanita berkerudung itu.

Seseorang sudah masuk ke dalam taman kafe tanpa halangan dari wanita berkerudung itu. Ia sama sekali tunduk pada seseorang yang baru saja memasuki taman ini. Ketika seseorang itu masuk, team musik langsung melantunkan alunan piano yang diiringi dengan biola. Alunannya terdengar sangat romantis dan sangat enak untuk dinikmati.

Tak lama setelah suara musik mewarnai malam yang indah ini, Kavi yang sudah gagah menggunakan kemeja putih yang dilapisi jas berwarna gold disandingkan dengan model rambut yang macho datang menghampiri seseorang yang sangat spesial tanpa hambatan masuk ke taman yang khusus untuk acara Kavi malam ini. Lantunan musik dengan indah masih mengiringi langkah Kavi. Tepat dihadapan seorang wanita yang memakai dress berwarna kuning, ia memetikkan setangkai bunga mawar putih yang tak jauh dari posisi kedudukan wanita itu. Kemudian ia mengeluarkan sebuah kotak emas yang berisi cincin putih yang cukup bernilai untuk seorang wanita.

"Gadis kecilku, sekali lagi aku katakan padamu. Aku adalah lelaki yang tidak pernah mengerti dengan makna cinta. Aku adalah lelaki yang berantakan. Aku hanya manusia biasa yang memiliki hati. Selama ini hati aku terasa kosong. Aku merasa Tuhan sudah memberikan berkat kepada aku dipertemukan dengan wanita seperti kamu. Kamu datang memperbaiki aku yang berantakan, kamu datang mengajari aku apa makna cinta, dan kamu datang mengisi hati aku yang kosong. Roshi Bunga Andari, dihadapanmu sudah ada seorang lelaki yang sangat mencintaimu, akulah Kavier Agung Haryasa, lelaki yang berhasil kamu jatuhkan hatinya. Will you marry me?" Malam ini adalah malam yang sengaja dibuat oleh Kavi untuk menyatakan perasaannya kepada Roshi. Wanita berkerudung itu adalah Shasha, orang suruhan Kavi yang ahli dalam acara seperti ini. Dan terbukti wanita berkerudung itu berhasil membuktikannya dengan malam ini. Winda dan Ghina juga termasuk dalam orang yang bekerja sama dengan Kavi. Mereka sengaja mengajak Roshi makan malam bersama untuk memberikan Kavi waktu untuk berdandan lebih tampan dan rapi.

Suasana hati masih dalam keadaan yang romantis. Kavi berlutut dihadapan Roshi yang matanya mulai berkaca kaca melihat ketulusan cinta Kavi. Orang disekeliling mereka mulai bersorak memaksa Roshi menerima cinta Kavi. Sebenarnya alasan Roshi berat menerima Kavi karena ia takut Kavi akan mempermainkannya saja karena ia hanya gadis kecil yang lugu. Tapi melihat malam hari ini, Roshi semakin dibuat yakin dengan ketulusan Kavi. Roshi mengambil petikan bunga mawar putih yang ada digenggaman jari jempol dan telunjuk Kavi. Ia menghirup bau harum dari mahkota bunga itu. Ia tersenyum dan menganggukkan kepalanya memberi tanda bahwa ia menerima cinta Kavi. Orang disekeliling mereka juga ikut haru dan tersenyum sambil bersorak dan bertepuk tangan. Kavi membalas senyum Roshi dan bangkit memeluk gadis yang sudah resmi akan menjadi calon istrinya itu. Reno, Shasha, Winda dan Ghina pun turut berbahagia menjadi bagian besar dalam acara yang direncanakan Kavi ini. Kavi memasangkan cincin emas putih itu di jari manis tangan sebelah kiri Roshi. Tangannya yang lembut membuat cincin itu dengan mudahnya menetap di ujung jari manisnya. Setelah memasang cincin, Kavi mencium kedua tangan lembut Roshi dan kembali memeluknya hangat. Mereka menikmati malam yang berbahagia ini dengan penuh suka cita. Mereka menghabiskan malam ini dengan penuh rasa cinta yang bahagia.

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience